Ibu tidak kunjung membaik. Ia masih harus dirawat di rumah sakit. Uang yang aku dapat, mulai menipis. Aku bingung. Aku harus menjual apa lagi kali ini.
"Hana ... Bawa ibu pulang" Ibu mencemaskan biaya rumah sakit. Ia tau ia sudah dirawat terlalu lama di rumah sakit.
"Ibu jangan kuatir. Hana masih ada uang. Teman-teman Hana yang membantu Hana" aku berbohong. Aku tidak ingin ibu stress memikirkan kondisi keuangan kami.
Sebuah pesan masuk ke ponselku. Pesan dari tuan Kim. Ia ingin menemuiku lagi. Ia memintaku ke parkiran mobil.
Aku bingung. Apa tujuannya menghubungiku?
Apakah ia ingin melakukannya lagi? Apa aku harus mengiyakannya karena aku butuh uang? Apa itu artinya aku sudah menjadi pelacur? Wanita yang menjual tubuhnya demi uang.
Aku hanya mengikuti permintaannya. Aku sangat membutuhkan bantuannya.
Saat di tempat parkir ...
Ada supir tuan Kim yang menjemputku. Ia membawaku ke rumah tuan Kim. Rumahnya sangat besar dan mewah. Belum lagi interiornya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku bertemu dengan tuan Kim di ruang kerjanya.
"Duduklah"
Aku pun duduk di sofa.
Tuan Kim menyodorkan beberapa lembar berkas. Aku membacanya. Surat perjanjian dengan tuan Kim.
Tuan Kim ingin menyewa rahimku untuk melahirkan anaknya. Tuan Kim menginginkan anak laki-laki sebagai penerus perusahaannya.
Apa itu artinya aku harus melakukannya lagi dengan tuan Kim? Bukankah belum tentu aku akan mengandung bayi laki-laki.
Ternyata aku akan menjalani program bayi tabung dengan begitu saat aku hamil sudah bisa dipastikan bayi dalam rahimku adalah laki-laki.
Aku memandang ke arah tuan Kim. Ia sangat kaya. Tentu banyak wanita yang ingin menjadi istrinya dan mau memberikan keturunan untuknya berapapun yang ia mau. Aku sangat yakin.
Mengapa ia harus menyewa rahimku?
Jangan-jangan ... Jangan-jangan ... Ia gay?
"Aku straight" kata tuan Kim seolah-olah ia tau apa yang menjadi pertanyaanku.
Aku membaca lagi perjanjian kerjasama itu. Jumlah uang yang aku dapat cukup besar. Aku bisa membayar biaya rumah sakit ibu.
Aku terpaksa menandatangani perjanjian itu. Aku butuh uang banyak saat ini. Nyawa ibu lebih penting daripada harga diriku saat ini.
Aku mulai bisa bernafas lega. Aku bisa melunasi semua tagihan rumah sakit di saat pihak rumah sakit sudah bersiap-siap untuk mengusir ibu karena aku menunggak pembayaran.
Tapi begitu aku membayar tagihan rumah sakit, ibu meninggal.
Ibu yang telah melahirkan dan merawatku saat ini telah pergi meninggalkanku.
Aku mengkremasinya. Aku hanya bisa menangis dan menangis. Kenanganku bersama ibu terulang di dalam kepalaku.
Ibu ...
Terima kasih ... Untuk kasih sayangmu ... Untuk pengorbananmu ...
Terima kasih telah merawat dan membesarkanku selama ini ...
Aku tau kata "terima kasih" tidak akan cukup untuk membayar semua kebaikanmu.