strawberry milkshake

111 16 0
                                    

Tae Tae mengajak Sasa dan Kiki ke rumahnya ...

Tae Tae lalu mencoba sweater pemberian Sasa. Sweater dengan dominasi warna merah yang harganya cukup mahal. Sekitar 1.000 dollar.

000 dollar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Otte (gimana)?" Tae Tae memakai sweater pemberian Sasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Otte (gimana)?" Tae Tae memakai sweater pemberian Sasa.

"Samchon ganteng."

Wajah Tae Tae itu memang tampan. Pakai baju apa aja pasti bagus. Seandainya ia bekerja sebagai aktor atau model pasti bakal laris manis. Tetapi Tae Tae lebih memilih untuk mengelola kebun milik kakeknya.

Tae Tae lalu mengajak mereka ke dapur. Ia mulai memasukkan beberapa buah strawberry, air es, susu cair, gula dan juga es krim ke dalam blender.

"Rrr ... Rrr ..." Bunyi blender. Sasa dan Kiki menyaksikan strawberry yang hancur di blender.

Setelah beberapa saat Tae Tae menuangkan strawberry milkshake ke dalam gelas. Memberinya untuk Sasa dan Kiki.

"Enak ..." Sasa dan Kiki menyukai strawberry milkshake buatan Tae Tae.

"Jimin samchon bilang bawa pulang banyak-banyak strawberrynya. Jimin samchon mau bikin selai strawberry sama strawberry cake."

"Sekarang kita ganti baju dulu." Tae Tae memberikan pakaian kerja ukuran mini untuk Sasa dan Kiki berikut topi.

Kemudian mereka mulai menuju ke kebun.

Sasa masih ingat saat Tae Tae berbicara dengan tanaman saat dulu mereka mengunjungi kebun Tae Tae.

Flashback

"Yeppo .. yeppo ... Semuanya yeppo." Tae Tae memuji-muji tanamannya.

"Samchon aneh ... Tanaman bisa dengar samchon? Kan nggak punya telinga?" Sasa merasa aneh dengan Tae Tae yang berbicara dengan tanaman.

Tae Tae berjongkok. Mensejajarkan pandangannya dengan Sasa.

"Tanaman memang tidak punya telinga seperti kita. Tetapi mereka sama seperti manusia. Mereka bisa mendengar apa yang kita bicarakan. Sasa suka dipuji, kan?"

Sasa menganggukkan kepalanya.

"Kalau kita sering memuji mereka, mereka akan tumbuh dengan baik. Tapi kalau kita berkata yang kasar dan menyakitkan, mereka akan menjadi layu. Sasa tidak senang kan kalau appa atau eomma Sasa marahin Sasa?" Tae Tae menjelaskan.

Sasa menganggukkan kepalanya. Ayah dan ibunya memang sangat jarang marah. Boleh dibilang lebih sering mengingatkan dirinya. Sebagai bagian keluarga Kim, sebagai bagian dari keluarga elit ada sopan santun yang harus dijaga. Begitu juga dengan perkataan.

Sasa dan Kiki akhirnya mulai ikut berbicara dengan tanaman.

"Aigoo ... Yeppo ... Sasa sudah lama nggak ke sini tapi semuanya bagus-bagus. Pasti Tae samchon yang sering puji-puji, ya?"

Tae Tae lalu mengajari cara memetik strawberry yang benar. Sasa dan Kiki melihat dengan seksama. Mereka tak ingin strawberry yang mereka petik cepat busuk.

Tak terasa sudah tiga puluh menit mereka memetik strawberry. Sasa memperlihatkan ke Tae Tae hasil petikannya. Kiki juga sama.

"Kenapa Kiki cuma dapet segini?" Tae Tae melihat keranjang Kiki hanya berisi separo dari petikan Sasa.

Kiki menyentuh perutnya yang agak buncit. "Styawbeyyi di sini."

Tadi sewaktu Kiki memetik strawberry, ia merasa lapar. Jadi saat memetik dua strawberry, ia memakannya satu strawberry.

Petik, petik, makan, petik, petik, makan. Begitu strawberry di mulutnya habis, ia memakan lagi strawberry. Jadinya hasil petikannya hanya sedikit.

Kiki tersenyum memperlihatkan gigi-gigi mungil rapinya.

"Nggak pa pa. Kita istirahat dulu." Tae Tae menggelar tikar dan mereka lalu duduk. Tae Tae memberi mereka air minum.

"Samchon kapan datang nginap di rumah Sasa?"

"Nanti kalau sudah selesai panen, samchon ke sana."

"Yeay ..." Sasa merasa senang.





Mr. Kim Nam JoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang