"Samchon ... Biar Sasa yang bawa castella buat eomma."
"Sasa bisa?" Jimin sedikit ragu.
"Bisa."
"Hati-hati bawanya." Jimin menyerahkan satu piring kecil berisi castella ke tangan mungil Sasa.
Sasa membawakan castella untuk ibunya.
"Eomma ... Ini masih hangat."
"Gomawo. Sa ... Kata Tae samchon besok panen strawberry. Sasa sama Kiki disuruh datang." Hana baru saja membaca pesan masuk dari Tae Tae.
"Kita nginap, eomma?" Sasa masih ingat masakan yang dibuat ibu Tae Tae. Menurutnya sangat lezat. Ia ingin memakannya lagi.
"Appa mungkin nggak bisa temenin. Appa masih banyak kerjaan. Nanti kita ijin appa kalau appa sudah pulang."
"Jimin samchon bilang bawa pulang banyak-banyak strawberrynya. Samchon mau bikin selai strawberry."
"Styawbeyyi," ujar Kiki yang baru saja bangun.
"Strawberry." Sasa membenarkan ucapan Kiki.
"Styawbeyyi."
"Ularrr melingkarrr di pagarrr." Sasa mengajari Kiki agar bisa mengucapkan huruf r.
"Ulayyy meyingkayyy di pagayyy."
"Ki!" Sasa merasa agak kesal.
"Kiki latih terus 'ularrr melingkarrr di pagarrr.'"
"Ulayyy meyingkayyy di pagayyy."
Terdengar bunyi mobil memasuki halaman depan.
Sasa dan Kiki langsung berlari keluar. Menyambut Nam Joon yang baru saja pulang dari kantor.
"Cup ..." Satu ciuman dari Sasa di pipi kiri Nam Joon.
"Cup ..." Satu ciuman dari Kiki di pipi kanan Nam Joon.
"Cup ..." Satu ciuman dari Hana di bibir Nam Joon.
"Appa ... Sudah ..." Sasa merasa ayah dan ibunya berciuman terlalu lama.
"Appa ... Besok Tae samchon mau panen strawberry. Sasa boleh nginap?"
"Nginap di rumah Tae samchon?"
"Iya."
"Kiki juga mau nginap." Kiki ikut berbicara.
Nam Joon berpikir sejenak. Bila Sasa dan Kiki menginap di sana, otomatis Hana juga ikut menginap. Bila ia tidak ikut pergi, itu artinya Hana dan Tae Tae akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama.
Aku bisa mempercayai Hana, kan?
"Boleh." Nam Joon mengijinkan mereka menginap untuk menambah pengalaman mereka tentang perkebunan.
"Yeay ..." Sasa dan Kiki bersorak kegirangan. Mereka sudah membayangkan memetik dan memakan strawberry segar.
"Appa ikut?" Sasa bertanya.
"Appa nggak bisa ikut. Appa masih banyak kerjaan di kantor."
Sasa dan Kiki terlihat kecewa. Sasa dan Kiki tahu ayahnya memang sangat sibuk.
Malam harinya setelah makan malam ...
Sasa mulai menyiapkan barang yang hendak ia bawa. Begitu juga Kiki.
Kiki mendorong satu box besar beroda berisi mainan yang mau ia bawa. Box yang bisa memuat air 50 liter.
"Kiki mau bawa ini?" Hana bertanya.
Kiki menganggukkan kepalanya.
"Kita cuma menginap satu dua hari aja. Terlalu banyak mainannya." Hana mengingatkan. Kemudian Hana membawakan Kiki tas ransel kecil yang bisa Kiki pakai.
"Cuma boleh bawa mainan satu tas ini aja." Hana menyerahkan tas ransel ke Kiki.
Kiki lalu menaruh pedang panjangnya.
Nggak muat.
Kiki kemudian mengeluarkan pedangnya
Kiki mencoba menaruh robot mainan miliknya yang bisa bersuara yang juga berukuran besar.
Nggak muat.
Kiki lalu membawa robot mainannya dan menaruhnya di koper besar yang akan digunakan untuk menaruh pakaian mereka.
"Ki!" Sasa menegur Kiki.
"Kalau Kiki taruh mainan, nanti bajunya nggak bisa masuk. Kiki mau pake baju itu-itu terus? Bau ..."
Kiki mengalah. Ia mengambil lagi robot mainannya. Akhirnya Kiki hanya membawa beberapa mainan yang berukuran kecil.
Sedangkan Sasa menyiapkan buku gambar dan pensil warna. Sama seperti yang ia bawa saat ke kantor Nam Joon. Ditambah beberapa buku cerita. Sasa ingin Tae Tae membacakan buku cerita untuknya.
