rumah abu

276 27 3
                                    

Sasa dan Kiki sedang tidur siang. Hana dan Joon hendak pergi menuju ke rumah abu, tempat abu ibu Hana disemayamkan.

Mereka memang sengaja menunggu Sasa dan Kiki tidur siang. Kalau tidak Sasa dan Kiki pasti merengek minta ikut.

Bapak Park mengemudikan mobil mengantar Joon dan Hana menuju ke rumah abu.

"Ibu ... Aku datang ..."
"Aku membawa Joon oppa, suamiku, ayah dari Sasa dan Kiki" ucap Hana seraya menaruh foto Sasa dan Kiki di dalam lemari kaca tempat guci abu ibunya.

Joon berbicara "Ibu ... Saya Joon, suami Hana. Ibu bisa tenang sekarang. Saya yang akan menjaga Hana"

"Ibu ... Tolong bujuk Hana agar ia mau melahirkan lagi adik untuk Sasa dan Kiki" Joon berbisik.

"Oppa ..." Hana mencubit perut Joon.

Kenapa mengadu ke ibu?

"Ouch ..." Joon meringis kesakitan.

"Ibu ... Tolong aku ..."
"Hana sudah terlalu sering mencubit saya"
"Seandainya ibu masih hidup ..."

Seandainya ibu masih hidup, ibu akan bisa menikmati hidup yang lebih layak.

Ibu Park menelpon Hana. Sasa terbangun dan tidak berhenti menangis. Ia mencari Hana.

"Eomma ... Hiks ... Hiks ..." Sasa menangis di ujung telepon.

"Sasa ... Bentar lagi eomma sama appa pulang"
"Sasa mau dibelikan apa?" bujuk Hana.

"Es krim strawberry ... Hiks ..."

"Nanti eomma beliin"
"Jangan menangis lagi nanti Kiki bangun"
"Eomma tutup telponnya dulu, ya" Hana menutup telpon.

"Oppa ... Nanti kita mampir ke toko es krim sebentar. Sasa minta dibelikan es krim strawberry" kata Hana.

"Oppa ... Apa yang kau adukan lagi ke ibu?" selidik Hana.

"Tidak ... Aku tidak mengadukan apa-apa" bantah Joon oppa.

"Bohong ..."

"Aku tidak bohong" Joon mengatakannya sambil mengaitkan kedua jarinya tanpa diketahui Hana.

Hana ...
Aku hanya berterima kasih ke ibu.
Aku berterima kasih kepadanya karena telah melahirkan dirimu.
Beban ibu pasti berat saat ia membesarkanmu.
Seandainya ibu masih hidup, aku bisa membalas sedikit jasa-jasanya.
Mungkin memberinya tiket berlibur ke luar negeri, membelikannya tas dan baju desainer.
Tapi ibu sudah tiada, seharusnya aku lebih cepat bertemu dengan ibu.
Aku juga meminta maaf karena telah membuatmu sedih.
Bersikap seolah-olah menolak Sasa.
Dan pernah merendahkan dirimu.

Mereka pun tiba di toko es krim.

"Tunggu sebentar, oppa"
"Aku mau membeli es krim untuk Sasa"

"Aku ikut"

Oppa ...
Apa kau tidak malu terlihat berjalan berdua denganku di muka umum?
Aku tidak selevel denganmu.

Joon keluar dari mobil. Ia menggandeng erat tangan Hana.

"Oppa ... Apa aku boleh membeli satu kotak lagi untuk Bapak Park dan keluarganya?"

"Boleh"

"Saya pesan es krim strawberry satu kotak. Juga es krim vanila satu kotak" pesan Hana.

"Oppa ... Lepaskan tanganmu" bisik Hana.

"Kenapa?" Joon ikut berbisik.

"Aku mau membayar es krimnya"

Joon melepaskan genggamannya. Joon tadi mengira Hana tidak menyukai tangannya digenggam oleh Joon.

Pegawai toko memberi Hana uang kembalian dan es krim yang dipesan. Mata Hana melihat menu di belakang kasir.

Lain kali aku akan datang lagi membawa Sasa dan Kiki. Menu di sini sepertinya enak-enak.

Sesampainya di rumah ...

"Eomma ..." Sasa menyambut Hana.
"Kenapa Sasa nggak diajak?"

"Eomma pergi ke rumah abu Halmi"
"Sasa masih kecil"
"Sasa belum boleh ke sana"
"Nanti kalau Sasa dan Kiki sudah besar, eomma ajak Sasa ke sana"
"Ini eomma bawa es krim strawberry"
"Ayo kita makan sama-sama"

Mereka pun memakan es krim bersama.

"Eomma ..." Sasa memanggil Hana.

"Iya ..."

"Sasa mau adik bayi" Sasa mengutarakan keinginannya.

"Hukh ... Hukh ..." Hana tersedak karena terkejut.

"Kan sudah ada Kiki"

"Kiki laki-laki"
"Sasa mau adik bayi perempuan"

"Nanti malam eomma sama appa bikin" ucap Joon tiba-tiba.

"Beneran appa?" Sasa tidak percaya.
"Besok Sasa sudah punya adik bayi perempuan?"
"Adik bayi ... Adik bayi ..."
"Ki ... Besok ada adik bayi" Sasa bersorak kegirangan.

"Oppa ..." Hana hendak menolaknya. Sasa dan Kiki sudah cukup bagi Hana. Tapi tidak bagi Joon. Joon anak tunggal.

Saat kecil ia kesepian walau ada Jimin teman bermainnya. Jadi ia menginginkan banyak anak. Walaupun pada awalnya ia hanya menginginkan satu putra untuk mewarisi seluruh hartanya.
















Mr. Kim Nam JoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang