Mereka lalu kembali ke desa. Hana, Sasa, Kiki, Daniel dan Tae Tae mengantar Nam Joon sampai depan mobil. Nam Joon akan pulang ke Seoul. Ia masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan segera. Ia lalu mengecup dan memeluk Hana. Juga Sasa dan Kiki.
"Hyung ..." Tae Tae menunjuk pipi kanannya. Ia juga ingin dikecup Nam Joon. Tapi Nam Joon langsung masuk mobil dan pulang.
Ponsel Daniel berbunyi. Ia mendapat panggilan telepon dari ibunya. "Eomma." Mereka lalu berbincang-bincang.
"Eomma, Daniel mau pindah sekolah." Daniel menginginkan pindah sekolah ke Seoul supaya selalu dekat dengan Sasa.
"Ke Amerika?"
"Daniel mau pindah sekolah ke Seoul."
Tapi sang ibu tidak mengijinkan. "Tidak boleh."
"Eomma ~" Daniel berusaha membuat hati ibunya luluh.
"Tidak boleh. Eomma ijinkan Daniel bolos sekolah tapi eomma nggak akan ijinkan buat pindah sekolah." Ye Ji menolak dengan tegas. Daniel akan mewarisi perusahaan ayahnya saat ia besar nanti. Karena perusahaan Soo Hyun berada di Paris, Daniel juga harus bersekolah di sana. Daniel tahu ia tidak bisa berbuat apa-apa. Panggilan telepon berakhir.
Daniel menghembuskan nafasnya. Lagi dan lagi. Daniel melihat Sasa. Ia menghembuskan nafasnya lagi.
"Daniel kenapa?" Hana bertanya melihat perubahan sikap Daniel. Seperti orang dewasa yang lagi banyak pikiran.
"Eomma nggak ijinin Daniel pindah sekolah."
"Daniel mau pindah sekolah ke mana?" Hana bertanya yang ia sudah tahu jawabannya.
"Seoul. Daniel takut kalau Daniel jauh-jauh dari Sasa, nanti Sasa suka sama orang lain."
Hana cuma bisa berpikir dalam hati. ~ Daniel ini masih bocah tapi ...
"Nanti Imo bawa Sasa jalan-jalan ke Paris," ucap Hana.
"Beneran?" Mata Daniel menjadi berbinar-binar.
"Iya."
"Janji?" Daniel menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji." Hana dan Daniel saling menautkan jari kelingking mereka dan menempelkan ibu jari mereka. Daniel seketika itu menjadi ceria kembali.
"Nanti Imo tanya samchon kapan ia ke Paris."
"Aku juga mau ikut," celetuk Tae Tae.
"Kebunmu bagaimana?"
"Nanti aku minta tolong ayah sama ibu."
Keesokkan harinya. Seorang pria datang ke kebun Tae Tae hendak membeli strawberry. Hana mengenali pria itu. Pria dari masa lalunya. "Oppa?"
"Hana. Kamu tinggal di sini?" Tanya pria yang dipanggil oppa itu.
"Aku cuma berkunjung. Kalau oppa?"
"Aku pulang kampung."
Oh, iya. Aku lupa. Yoon Gi oppa itu asalnya dari Daegu.
"Istriku, siapa dia?" Tae Tae tiba-tiba berada di samping Hana.
Istriku?
Tae, kalau Nam Joon oppa dengar, lehermu bisa langsung ia gorok. Tamat riwayatmu."Tae, kenalkan dia Yoon Gi oppa. Dia itu ..." Hana tidak meneruskan kalimatnya. Ia bingung akan mengungkapkannya atau tidak. Ia takut Tae Tae salah paham.
"Aku dulu kakak kelas Hana." Yoon Gi mengulurkan tangannya.
"Aku Tae Hyung." Tae Tae menerima uluran tangan Yoon Gi.
"Tae Tae itu sepupu suamiku. Oppa ke sini mau apa?"
"Sampai lupa. Aku mau beli strawberry. Temanku bilang di sini strawberrynya manis dan enak."
Tae Tae lalu mengantar Yoon Gi ke tempat penyimpanan strawberry. "Mau berapa box?"
"Satu box. Berapa harganya?"
"Xxx won."
Yoon Gi membayar strawberry. Tae Tae lalu menaruh satu box strawberry di mobil Yoon Gi. Yoon Gi memandangi Hana. Begitu juga sebaliknya. Tae Tae yang melihat mereka berdua merasa yakin hubungan mereka itu lebih dari sekedar kakak dan adik kelas.
