Sasa

433 38 0
                                    

"Butuh waktu dua tahun agar tubuh anda dalam kondisi yang baik" jawab dokter saat aku bertanya kapan aku diperbolehkan hamil lagi.

Itu artinya butuh waktu hampir tiga tahun sampai tuan Kim bisa mendapatkan anak laki-laki nya.

Sasa pasti sudah bisa berbicara banyak di usia tiga tahun. Sasa sudah pasti terikat dengan ayahnya. Apakah nanti Sasa bisa berpisah dengan ayahnya?

Apa Sasa akan bisa menjalani kehidupan sederhana setelah ia terbiasa menikmati hidup mewah sejak dalam kandungan?

Bukankah lebih cepat bila tuan Kim menyewa wanita lain untuk mengandung putranya.

Apakah aku dan Sasa akan dibuang dalam waktu dekat?

Memikirkan hal yang tidak pasti membuat ASI ku tidak bisa keluar banyak. Sasa terpaksa meminum susu formula sebagai tambahan.

Aku dan Sasa pulang ke rumah tuan Kim. Para pelayan sempat mengerumuniku. Mereka ingin melihat Sasa. Mereka bahkan memberi Sasa berbagai macam hadiah. Aku sangat berterima kasih.

Sampai akhirnya kepala pelayan membubarkan mereka.

Ibu Park, istri dari bapak Park, yang membantuku mengasuh Sasa. Ia lah yang mengasuh tuan Kim saat tuan Kim masih kecil.

Semua anggota keluarga Park bekerja di kediaman tuan Kim. Bapak Park bekerja sebagai supir. Park Ji Min, anak mereka bekerja sebagai pastry chef.

Aku menyukai semua cake yang dibuat oleh Jimin. Kami seumuran. Jadi aku sudah menganggap Jimin sebagai temanku.

Jimin membawakanku cake untuk merayakan kelahiran Sasa.

"Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jimin ... Gomawo ..."

"Nyonya ... Selamat atas kelahiran Sasa" kata Jimin.

"Jangan panggil aku nyonya. Panggil aku Hana"

"Maaf nyonya. Saya tidak bisa"

"Jimin ... Apa besok kau bisa membuatkan ku castella? Aku kangen dengan castella buatanmu"

"Tentu saja bisa, nyonya. Saya akan menyiapkannya"

Castella buatan Jimin sangat enak. Aku sangat menyukainya.

Ibu Park sudah seperti ibu bagiku. Ia sangat cekatan mengasuh Sasa. Aku belajar banyak hal darinya.

"Ibu ... Apa ibu tau di mana orang tua tuan Kim?"

Ibu Park hanya diam. Ia memintaku jangan bertanya lagi tentang orang tua tuan Kim. Merupakan hal yang tabu untuk menyebut-nyebut orang tua tuan Kim.

Aku penasaran. Dari hari pertama sampai hari ini belum pernah aku melihat foto ataupun wajah mereka.

Mereka bisa saja tidak setuju dengan keputusan putra mereka tentang caranya memiliki anak. Terutama dari wanita biasa sepertiku.

Sampai akhirnya ada ribut-ribut di pintu depan saat aku dan tuan Kim baru saja pulang dari memberi imunisasi Sasa.

Tuan Kim memintaku masuk ke dalam rumah.

Seorang pria paruh baya menghampiriku "Kau istri Joon? Apa ia cucuku?"

"JANGAN SENTUH ANAKKU DENGAN TANGAN KOTORMU" marah tuan Kim.

Apa dia ayah tuan Kim?
Apa yang terjadi di antara mereka?


Mr. Kim Nam JoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang