Prolog

65K 3K 38
                                    

Welcome to my new story.

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
______________________________________

"Luna diculik, Sa!"

Mendengar penuturan Cesario di seberang sana, membuat tangan Aksa terkepal kuat.

"Siapa yang berani nyulik Luna?!" tanya Aksa.

"Komplotan geng motor Pikers. Lo harus cepet nyelametin Aluna. Dia disekap di gedung tua dekat sekolah kita," ucap Cesario.

Tanpa menjawab sepatah kata pun, Aksa langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Untuk beberapa saat ia melirik ke arah jam dindingnya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dengan segera, Aksa turun dari kasur king size, lalu mengambil jaket kulit berwarna hitam dan memakai jaket tersebut di tubuh atletisnya.

Membutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit untuk sampai di gedung tua yang ditujukan Cesario di telepon tadi.

Gedungnya tampak sepi.

Cepat-cepat Aksa turun dari motor sport merahnya, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung tua berlantai lima itu.

"Luna!" teriak Aksa. Teriakannya begitu menggema di segala penjuru ruangan.

Ia berlari menaiki anak tangga satu per satu. Sesampainya di lantai paling atas, Aksa pun tak bisa menemukan keberadaan geng Pikers atau Aluna yang mereka sekap. Sebenarnya di mana mereka sekarang? Apakah Cesario salah informasi?

Ketika Aksa berbalik badan dan berniat turun dari gedung tua itu. Tiba-tiba Aksa merasakan sakit yang teramat sangat di bagian dadanya. "Akh!!!"

Darah merembes keluar dari sana, ia tertembak. Aksa pun ambruk dengan napas tersengal-sengal.

Samar-samar ia mendengar suara derap langkah kaki beberapa orang mendekat ke arahnya, ternyata mereka adalah anggota geng Pikers sedang berdiri di sekitarnya. Tak berselang lama, muncul-lah seorang perempuan memakai masker yang diketahui adalah ketua dari geng motor tersebut.

Ia tertawa puas melihat Aksa menahan rasa sakitnya. Ia pun berjongkok menatap wajah Aksa yang terlihat pucat.

"Si--siapa lo?" tanya Aksa terbata-bata, ia memang belum pernah melihat wajah dari ketua geng Pikers, karena gadis itu selalu memakai masker untuk menutupi identitasnya.

"Gue?" Gadis itu membuka masker yang menutupi hidung dan mulutnya, lalu menyeringai ke arah Aksa.

Sontak, mata Aksa membulat sempurna tatkala melihat wajah seseorang yang berada di hadapannya.

"Lo ...."

"Iya, gue! Gue mau lo mati, Aksa!"

"Iya, gue! Gue mau lo mati, Aksa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang