34.

13.2K 1.2K 463
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________

Aksa terkejut setengah mati saat merasakan Cia mendekapnya sangat erat dari belakang. Ia pun berbalik dan menatap lekat manik mata hazel milik perempuan yang ada di hadapannya itu. "Cia, lo ...."

"Jangan tinggalin gue, Sa." Tanpa disangka, Cia mendekap kembali tubuh Aksa. Sungguh, ia benar-benar merindukan sosok lelaki ini.

"Cia, lo apa-apaan?!" teriak Ziad, ia menarik kasar tangan Cia agar menjauh dari Aksa.

"Lepasin tangan gue, Zi!" ucap Cia penuh penekanan.

"Ini hari pertunangan kita, lo harus inget itu!!!" Napas Ziad memburu tak beraturan. Jika ditanya Ziad marah atau tidak, tentu saja ia sangat marah. Kedatangan Aksa membuat acara pertunangan yang tadinya tersusun rapi jadi hancur berantakan.

"Aksa, ngapain si lo ke sini?! Nggak puas udah nyakitin Cia sampai-sampai lo mau batalin acara pertunangan gue sama Cia juga?! Iya?!"

Aksa menggelengkan kepalanya. "Gue ke sini bukan pengin nyakitin Cia. Gue ke sini mau minta maaf sama dia, tapi gue bener-bener nggak tau kalau hari ini kalian berdua tunangan," ucap Aksa jujur.

"Halah! Alesan! Gue tau akal busuk lo!!!"

"Nggak, Zi. Gue beneran nggak tau."

Tanpa aba-aba, Ziad memukul wajah Aksa menimbulkan sudut bibir lelaki itu berdarah. Semua orang yang berada di sana terpekik histeris. Sebenarnya Cia mencoba menghentikan aksi Ziad, namun tenaga Ziad lebih kuat dari tenaganya.

"Kenapa lo mukul gue, bangsat?!!" Aksa yang sejak tadi menahan emosinya, kini emosi itu akhirnya meledak juga. Ia pun membalas perbuatan Ziad dengan memukul wajahnya kembali.

"Aksa, Ziad! Udah! Kalian jangan berantem kayak gini!" teriak Cia yang sama sekali tidak digubris oleh keduanya.

Tatkala Aksa benar-benar merasa sangat emosi, tiba-tiba dadanya terasa nyeri kembali. "Aakkhh!" Ia memejamkan mencoba mengatur napas dalam-dalam.

Ini menjadi kesempatan besar bagi Ziad untuk memukul Aksa berkali-kali. Aksa pasrah, ia tidak bisa membalas pukulan Ziad.

"Aksa, lo kenapa?" tanya Cia khawatir, ia mendekat ke arah Aksa. "Ziad, stop!!!"

Aksa terbatuk-batuk tiada henti, dadanya terasa sakit, ia kesulitan bernapas. Matanya menatap sekeliling yang semakin memburam.

Sementara Ziad, ia menarik kerah baju Aksa, walau ia sudah tahu Aksa semakin lemah, namun ia tetap memukul Aksa sekuat tenaga. Kemudian mendorong tubuh Aksa hingga lelaki itu jatuh tersungkur. "Lemah lo, Aksa. Dasar cowok penyakitan!!!"

Tak ada yang menolong Aksa, mereka--para tamu undangan hanya menyaksikan saja kejadian tersebut, seakan kejadian itu adalah sebuah tontonan yang harus mereka tonton.

Sudah cukup, Cia tidak bisa menerima semua ini. Ia menatap nyalang ke arah Ziad. Karena emosinya benar-benar sudah meluap, Cia pun melepas cincin pertunangannya dengan Ziad lalu menginjak cincin itu menggunakan sepatu hak tinggi yang ia pakai.

"Cia, kenapa lo injek cincin pertunangan kita?!!" tanya Ziad meminta penjelasan.

"GUE NGGAK MAU TUNANGAN SAMA LO! GUE NGGAK MAU! PERGI LO DARI RUMAH GUE SEKARANG JUGA! PERGIII!!!"

Adit yang sejak tadi menyaksikan kini mulai angkat bicara. "Apa yang kamu lakukan, Cia?! Dengan kamu menginjak cincin pertunangan kamu itu, kamu sudah menginjak-injak harga diri Ayah dan reputasi keluarga kita!!!"

"Ya! Pikirin aja terus harga diri Ayah sama reputasi keluarga! Ayah nggak pernah mikirin perasaan Cia. Harusnya Ayah nggak nerima pinangan Ziad buat Cia! Harusnya Ayah tau perasaan Cia! Harusnya Ayah mikirin kebahagiaan Cia! Tapi semua itu nggak dilakukan Ayah untuk Cia!!!" teriak Cia di hadapan Adit. Kini, untuk pertama kalinya Cia berteriak di hadapan ayahnya.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang