30.

16.3K 1.2K 508
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_________________________________________

Hari sudah semakin malam, namun Aksa tidak tahu harus tidur di mana. Sekarang, dirinya sudah tak memiliki apa-apa, kehidupan mewah yang biasa ia jalani kini sudah tidak ada lagi.

Lelaki itu menatap langit malam yang terlihat mendung. Perlahan, setetes air hujan membasahi wajah tampannya. Lama-kelamaan tetesan air hujan tersebut menjadi semakin deras, membuat Aksa mau tidak mau harus berlari mencari tempat untuk berteduh.

Kebetulan, di sana ada sebuah toko yang sudah tutup, sepertinya toko itu bisa dijadikan tempatnya berteduh sampai hujan reda. Dengan cepat, Aksa berlari menuju toko yang ia maksud.

Aksa menghela napas panjang. Bajunya basah, namun ia sama sekali tak memiliki baju ganti. Haruskah Aksa memakai baju basah ini sampai pagi tiba?

Badannya menggigil, ia duduk di depan toko sembari memeluk kedua lututnya--memperhatikan rintik air hujan yang menari-nari membasahi bumi. Walaupun begitu, ia tetap terkena percikan air hujan tersebut.

Setelah lama memperhatikan air hujan, Aksa memutuskan untuk tiduran di lantai depan toko, mungkin untuk malam ini ia harus tidur di sini. Setidaknya, ia bisa beristirahat sekarang.

°°°°°°

"Heh! Bangun kamu!!!"

"BANGUN!!! Toko saya bukan tempat penampungan gembel ya!"

Byur!

Orang itu menyiram Aksa yang tengah tertidur pulas di depan tokonya, membuat Aksa langsung terbangun dan gelagapan. Aksa menatap seseorang yang kini berada di hadapannya, kemudian bertanya, "Kenapa Bapak siram saya?!"

"Harusnya saya yang bertanya, kenapa kamu tidur di depan toko saya?! Di sini bukan penampungan gembel macam kamu!!!"

Deg!

Gembel? Apakah sebutan gembel telah melekat pada dirinya? Apakah ia sekarang terlihat seperti gembel? Tentu saja iya, bahkan kini Aksa tidak mempunyai uang sepeser pun untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Sebutan mana lagi yang pantas disematkan untuk Aksa selain sebutan gembel?

Aksa pun hanya mampu menundukkan kepala. Ia sadar ia yang salah karena sudah tidur di depan toko bapak ini tanpa izin. "Maafkan saya, Pak," ucapnya.

"Sudah sana pergi! Kalau kamu lama-lama di sini, nanti nggak ada yang mau beli di toko saya!!!"

Aksa mengangguk, ia melangkahkan kakinya pergi dari toko itu dengan baju yang basah kuyup. Ia tidak tahu harus pergi ke mana, Aksa berjalan tanpa arah dan tujuan.

Seketika langkahnya terhenti saat merasakan perutnya berbunyi. "Gue laper," gumam Aksa. Lalu, melanjutkan langkahnya kembali. Menahan rasa laparnya, meski dari kemarin siang setelah pulang dari rumah sakit ia belum makan.

Ketika Aksa sedang menyusuri jalan, ia melihat sebuah warung makan. Di sana banyak orang yang tengah makan dengan lahapnya. Sementara Aksa, cowok itu hanya bisa menelan ludah.

Dengan gontai, Aksa melangkah mendekati warung makan tersebut. Ia melihat banyak lauk yang berjejer di sana. Kemudian, menghampiri sang pemilik warung.

"Permisi, Bu."

"Iya? Ada apa ya?" tanya ibu warung itu.

"Apa Ibu butuh bantuan? Saya bisa bantu-bantu di sini, nggak dibayar juga nggak papa kok, Bu. Saya pingin makan, saya cuma butuh sepiring nasi sama lauknya, kalau lauknya cuma tempe aja juga nggak papa, Bu," ujar Aksa, ia benar-benar sudah sangat kelaparan.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang