Saat bel istirahat telah berbunyi nyaring, semua siswa berbondong-bondong menuju surganya anak sekolah, di mana lagi kalau bukan kantin.
Kelima inti geng Argos pun bangkit dari duduk mereka, dan berjalan santai keluar kelas.
Netra Aksa tak lepas dari gadis yang tengah duduk di barisan depan. Dia--Aluna Zoya Lavina, gadis yang berhasil membuat Aksa terpana melihat kecantikannya. Wajah gadis itu begitu mirip dengan Aldara, pacar Aksa yang meninggal dua tahun lalu akibat jatuh dari jurang.
Lama memerhatikan Aluna, Aksa sampai tidak sadar jika teman-temannya sudah tidak ada di dekatnya alias meninggalkan Aksa sendiri di kelas tersebut bersama dengan Aluna yang sedang fokus membaca buku paket biologi.
Sialan! Gue ditinggal! batin Aksa.
Ketika Aksa bergegas ingin berlari menuju kantin. Aluna bangkit duduknya, sepertinya dia juga ingin ke kantin.
Namun, penglihatan Aksa jatuh pada rok abu-abu yang dipakai Aluna. Aksa yang sejak tadi masih berdiri di barisan tiga dengan cepat berlari ke arah Luna.
Ia melepas jaket yang dipakainya, lalu mengikatkan jaket itu ke pinggang Luna. Sontak, Luna terkejut karena tiba-tiba Aksa sudah berada di belakangnya--nyaris tak berjarak.
"A--Aksa ...."
"Lo bisa kembaliin jaket gue kapan aja," ucap Aksa.
Luna mengerutkan kening, heran akan penuturan Aksa barusan. Ia berbalik badan menghadap Aksa sehingga wajahnya dengan wajah Aksa hanya berjarak lima senti saja.
"Kenapa kamu iket jaket kamu di pinggang aku?" tanya Luna.
Aksa berdeham, tidak mungkin kan dia mengatakan kalau Luna tembus? Darah merah kecokelatan terlihat jelas di rok abu-abu milik gadis itu.
"Mm ... itu ...."
"Itu ...?" Luna menunggu jawaban Aksa.
"Ck! Lo liat sendiri ajalah di rok belakang lo!" tutur Aksa akhirnya, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Astaga, aku bocor. Luna nyengir, menampilkan deretan gigi putihnya untuk mengahalau rasa malu yang menyelimuti dirinya.
"Ma--makasih, jaketnya aku kembaliin kalau udah dicuci ya!" teriak Luna sembari berlari terbirit-birit menjauh dari Aksa.
Tawa Aksa pecah saat itu juga, melihat pipi Luna yang merah merona akibat malu menjadi kesenangan tersendiri bagi seorang Aksafa.
°°°°°°
"Lo dari mana aja, Sa? Kok lama?"
Dengan tidak tahu malunya, Gio berkata demikian. Padahal sudah jelas tadi Aksa ditinggal, sekarang malah melontarkan sebuah pertanyaan, seolah-olah ia tidak tahu semua yang terjadi.
"Kalian ninggalin gue di kelas," ujar Aksa datar. Walaupun Aksa suka sekali mengganggu adiknya di rumah, tetapi saat di sekolah sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.
"Sorry, sorry. Tadi kita lupa, kirain lo udah ada di depan. Iya nggak, Zi?" Satya meminta persetujuan Ziad.
"Yoi, man." Ziad dan Satya ber-tos ria. "Lo harus percaya sama kita, Sa," cetusnya.
"Hmm."
"Hai, Aksa. Kenalin, gue Yovanka Gittania Firanti, panggil aja Yova." Seseorang yang tidak disadari kehadirannya oleh Aksa, kini mengulurkan tangan.
Aksa mengerjapkan matanya beberapa kali. "Lo ... murid baru itu, kan?"
Tentu Yova mengangguk takzim sembari tersenyum lebar ke arah Aksa, sang ketua geng motor Argos. "Iya, kita juga kan satu kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...