Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________Sepulang sekolah, Aksa mengajak Luna ke suatu tempat. Awalnya Luna menolak, namun karena Aksa terus saja membujuk, akhirnya perempuan itu pun setuju.
"Kita mau ke mana si, Aksa?" tanya Luna, ia semakin mengeratkan pegangannya di pinggang Aksa, pasalnya daerah yang dilewati mereka berdua adalah hutan, tentu Luna merasa ketakutan.
"Ke suatu tempat yang akan ngebuat lo terkejut, lo pasti suka sama tempatnya," ujar Aksa.
Setelah bermenit-menit menyusuri jalan yang begitu menakutkan, mereka berdua sampai di tempat tujuan.
"Ayo turun!" titah Aksa yang mendapat anggukan dari Luna.
Mata Luna terus menatap sekekeling. Di mana-mana hanya ada pohon besar, dan begitu sunyi di tempat ini. "Sebenernya, ngapain kamu bawa aku ke sini?"
Aksa mengembangkan senyumnya, kemudian tanpa disangka, lelaki itu menggandeng tangan Luna.
"Lo bakalan tau nanti, di rumah kecil itu ...." Aksa menunjuk tepat ke arah rumah kosong yang tak jauh dari tempatnya berada. "Ada kejutan buat lo. Kita akan bersenang-senang," lanjut Aksa.
Walau ragu dan takut, Luna tetap menganggukkan kepala. Ia pun menyamaratakan langkah kakinya dengan langkah kaki Aksa.
Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk sampai di rumah kosong itu. Rumah yang sudah lama tak ditinggali, berdebu, juga atap-atapnya sudah keropos. Bagaimana bisa bersenang-senang di sini?
Saat Luna dan Aksa sudah masuk ke dalam rumah tersebut, Aksa memberi tanda kepada teman-temannya untuk segera melakukan aksinya.
"Aakkhh! Lepasin!" teriak Luna. "Siapa kalian?!" Ia memang tak bisa melihat wajah dua orang yang sudah mencekal tangannya. Selain rumah ini gelap, dua orang itu juga memakai masker, jadi Luna sama sekali tak bisa melihat wajah mereka.
"Aksa, tolongin aku!" Luna meminta pertolongan pada Aksa yang jelas-jelas mengembangkan senyumnya tatkala melihat Luna terperangkap dan masuk ke dalam jebakannya.
"Iket dia!" perintah Aksa yang diangguki oleh Satya dan Gio.
"Kamu udah jebak aku, Aksa!!!" Nada suara Luna semakin meninggi, napasnya naik turun, dan jantungnya berpacu dengan sangat cepat.
Kini, kedua tangan Luna sudah diikat kencang. Luna berusaha melepas ikatannya, namun tidak bisa.
Aksa tersenyum sinis, ia menarik satu sudut bibirnya lalu berucap, "Cepet ngomong siapa ayah dari anak yang kamu kandung itu!"
"Gue nggak akan ngasih tau lo!!!" Gaya bicara Luna yang tadinya penuh kelembutan, sekarang berubah. Aksa sudah tak heran dengan hal tersebut. Toh memang sejak tadi kelembutan gaya bicara Luna hanyalah sandiwara.
Mendengar hal tersebut, emosi Aksa semakin menguap. Dengan tatapan tajam dan penuh amarah ia berujar, "Kalau lo nggak mau ngasih tau yang sebenernya, gue bakalan bunuh lo, sekaligus anak yang ada di dalam kandungan lo!!!" Ia mengarahkan pisau tersebut tepat di depan perut Luna.
Luna menggeleng. "Jangan! Jangan lakuin itu!!!"
"Kalau gitu, ngomong yang sebenernya!!!"
Luna tetap pada pendiriannya, ia tidak akan membuka rahasianya dan Ziad kepada siapa pun, terlebih kepada Aksa.
"Gue nggak mau!!!"
Sudah cukup, kesabaran Aksa telah habis. Ia tak main-main dengan ancamannya. Aksa pun mengangkat pisau yang ia pegang ke udara, bersiap menusuk perut Luna kapan pun ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...