40.

10.4K 699 118
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________

Cia terus berlari dengan senyum yang senantiasa tercetak jelas di wajah cantiknya, ia tak bisa membendung rasa malu atas apa yang telah ia lakukan pada Aksa beberapa menit lalu. Ah, tadi ia benar-benar terbawa suasana.

Tanpa sengaja, Cia menabrak seseorang. Ia pun terjatuh karena tenaga orang tersebut lebih kuat darinya.

"Aduh!" ringis Cia.

"Lo nggak papa, Ci?"

Ternyata orang itu mengulurkan tangannya ke arah Cia. Perlahan, Cia mendongakkan kepala, melihat siapa yang ia tabrak.

"Ayo bangun!" titah Ziad diiringi dengan senyuman. Ya, orang yang ditabrak Cia adalah Ziad.

"Gue bisa bangun sendiri," ucap Cia terkesan sinis. Ia akhirnya langsung bangkit dan membersihkan roknya yang agak kotor. Setelah mengetahui jika orang tadi adalah Ziad, Cia sama sekali tak menolehkan pandangannya.

Ia tahu tatapan Ziad begitu aneh saat ia menatap netra lelaki itu. Oleh karenanya, daripada ada masalah baru, lebih baik ia segera pergi dari hadapan Ziad.

Namun sekali lagi, baru beberapa langkah Cia melangkahkan kaki, Ziad malah mencekal pergelangan tangannya. "Kenapa lo langsung pergi? Dan ... kenapa lo nggak mau natap mata gue?" Lalu, ia semakin mendekat ke arah Cia, membelai lembut pipi perempuan itu.

Cia menghela napas panjang dan menepis kasar tangan Ziad. "Nggak papa. Kita harus jaga jarak karena suami gue juga sekolah di sini!" Ia terus melangkah mundur pasalnya Ziad terus melangkah maju, hingga terdapat dinding di belakang Cia, membuatnya harus menghentikan langkah kakinya dan menahan napas karena jaraknya yang begitu dekat dengan Ziad.

"Gue kangen sama lo, Cia. Seharusnya lo lupain laki-laki brengsek kayak Aksa dan nerima gue yang jauh lebih baik daripada dia!" ujar Ziad tepat di telinga Cia.

"Menjauh dari gue!!!" Dengan sekuat tenaga, Cia mendorong tubuh Ziad. Saat berhasil terlepas dari kungkungan lelaki itu, Cia langsung berlari menjauh sejauh mungkin dari hadapan Ziad.

Sementara Ziad, ia menyeringai kecil sembari menatap punggung Cia yang mulai tak terlihat dari pandangannya.

Gue bakalan milikin lo, Cia. Dan gue bakalan hancurin hidup Aksa. Gue bakalan hancurin dia karena berani ngerebut cewek yang gue cinta!!! ucap Ziad dalam hati, ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih, pun matanya yang semakin menggelap, tanda bahwa apa yang ia ucapkan dalam hatinya tadi tidaklah main-main.

°°°°°°

"Kenapa lo ngos-ngosan gitu, Ci?" tanya Andini tatkala Cia sudah duduk di sampingnya. Kini, mereka berdua sedang berada di kantin sekolah. Cia memang menyuruh Andini untuk ke kantin terlebih dahulu dan memesan makanan karena dirinya ingin menemui Aksa sebentar.

"Pas di jalan mau ke sini, gue nggak sengaja nabrak Ziad ...."

"Cuma nabrak doang bisa sampe ngos-ngosan kayak dikejar warga?" ujar Andini memotong penuturan Cia.

"Gue belum selesai ngomong, Din! Makanya dengerin dulu omongan gue, baru lo ngomong!" sewot Cia, ia pun langsung meminum jus jeruk yang sudah dipesan Andini. "Udah ah males cerita sama lo."

"Gitu aja sewot, lagi PMS ya lo?" tanya Andini.

"Nggak!"

"Ayo lanjutin ceritanya dong, Cia. Gue kan penasaran. Habis lo ketabrak Ziad, lo kepental jauh gitu? Atau lo sama dia nggak sengaja ciuman?"

Sontak kedua mata Cia membulat sempurna, bisa-bisanya sahabatnya ini berkata demikian. Padahal bukan seperti itu kenyataannya.

"ANDINIIIII!!!" teriak Cia sangat geram pada Andini, namun sang pemilik nama hanya tertawa tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang