Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________Aksa turun dari mobil dan berjalan santai menuju kelasnya. Wajahnya amat lesu, pancaran bola mata itu menandakan kelelahan. Entah sampai kapan ia harus hidup seperti ini, hidup dengan seorang perempuan yang tidak ia cinta.
Begitu banyak kebohongan Aksa pada Luna. Gadis yang kini menjadi pujaan hatinya itu sama sekali tidak mengetahui kalau ia sudah memiliki seorang istri, lantas bagaimana jika Luna mengetahui kebenarannya? Apakah Luna akan pergi meninggalkan Aksa untuk selama-lamanya?
"Aksa ...!" Seketika langkah Aksa terhenti, ia berbalik badan dan mendapati teman-temannya sedang mendekat.
"Woy, Bro! Ke mana aja lo selama beberapa hari ini nggak masuk sekolah?" Pertanyaan tersebut meluncur dari mulut Satya.
"Bahkan lo nggak ikut kumpul di markas kemarin malam, hp lo juga nggak bisa dihubungi," imbuh Gio.
Aksa terdiam. Jawaban apa yang harus ia lontarkan untuk menjawab pertanyaan dari temannya ini? Berada di situasi yang menyulitkan membuat Aksa merasa kehabisan kata-kata, suaranya seakan tercekat di tenggorokan.
"Sa, ada masalah?" Itu suara Cesario, dia memang paling peka dengan ekspresi wajah seseorang.
Cepat-cepat Aksa menggeleng. Setelahnya ia tertawa, namun anak Argos semakin tercengang melihat gelagat aneh dari ketuanya ini.
"Gue nggak ada masalah, cuma ya beberapa hari kemarin gue ... mm ... sa--sakit," balas Aksa tampak terbata-bata.
"Lo sakit apa?" tanya Ziad.
Lagi-lagi, Aksa dibuat bingung harus menjawab apa. Mengapa teman-temannya tak mengizinkan Aksa untuk sekadar bernapas lega?
"Kepo banget kalian," ucap Aksa sembari menatap sinis ke arah keempat temannya.
"Kita bukan kepo, tapi peduli sama lo, bego!" Satya menjitak kepala Aksa.
"Nah bener tuh." Gio menimpali.
Aksa memutar kedua bola matanya malas, lalu segera berjalan menuju kelas tanpa mempedulikan teriakan Satya dan Gio yang memekakkan telinga.
Sementara di sisi lain, Cia baru saja turun dari angkot yang ia naiki. Lantas melangkahkan kakinya memasuki gedung SMA Trisatya.
Tatapannya kosong, wajahnya agak pucat. Memikirkan banyak hal mengenai Aksa. Cia tahu ia salah karena memaksakan kehendak dan menerima perjodohan itu, tetapi apakah salah jika ia memperjuangkan cintanya?
Ia hanya ingin merasakan dicintai Aksa, itu saja tidak lebih.
Sesampainya di kelas, Cia langsung duduk di tempat duduknya. Sekilas, ia melihat ke arah Aksa yang tengah berbincang dengan teman-temannya.
"Cia!" panggil seseorang yang berhasil membuat Cia menoleh ke sumber suara.
Di sana, dari ambang pintu, terlihatlah Andini--sahabat Cia memanggil-manggil namanya. Andini segera menghampiri Cia dan duduk di samping perempuan itu.
"Ci, gue mau cerita sesuatu sama lo!" ucap Andini antusias.
"Gue baru aja jadian sama salah satu anak Argos. Cowok yang gue incar waktu itu, ternyata dia juga suka sama gue!"
Mendengar kata "Argos" disebut-sebut, Cia menjadi tertarik dengan cerita Andini. Tentu dia tahu kalau ketua dari geng Argos adalah Aksa--suaminya, karena dulu Aksa sering kali bercerita mengenai gengnya itu.
"Oh ya? Siapa?" tanya Cia.
"Dia ... Cesario, wakil ketua geng Argos."
"Wah! Aku ikut seneng dengernya, Din." Cia tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...