3.

16K 1.1K 69
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar. Terima kasih.
_______________________________________

"Lo kenapa, Aksa?" tanya Cesario yang menyadari perubahan wajah Aksa. Ia melihat Aksa seperti sedang menahan rasa sakit.

Aksa tidak menjawab, dadanya benar-benar terasa sesak, namun ia tidak mau semua orang tahu kalau sekarang ia sedang merasa kesakitan.

Tentu, ini menjadi kesempatan besar bagi Syander. Cowok itu dengan segera meninju wajah Aksa tak kalah keras dari pukulan Aksa tadi hingga menimbulkan memar di sana.

"Udah! Kalian berdua jangan berantem! Jangan buat keributan di sini!" teriak Luna, melerai perkelahian tersebut.

Apa yang diucapkan Luna seakan perintah yang harus dituruti oleh Syander. Perlahan, kepalan tangan kanannya mulai terbuka, lalu ia melepas cengkeraman tangan kirinya dari kerah seragam Aksa.

Kemudian bangkit dan merapikan seragamnya yang terlihat kusut. Syander menatap tajam Aksa yang terbaring tak berdaya di atas lantai. "Lemah!"

Setelah mengatakan itu, ia berlalu pergi meninggalkan kantin dengan seringaian kecil di wajahnya karena telah berhasil mengalahkan Aksa.

Tak berselang lama, keempat teman Aksa langsung membantu Aksa berdiri. Napas Aksa masih memburu tak beraturan, badannya lemas tak bertenaga. Benar apa yang dikatakan Syander barusan, bahwa Aksa lemah. Ya, Aksa mengakui hal itu.

"Kita ke UKS ya, Sa," ujar Ziad yang hanya mendapat anggukan dari sang pemilik nama.

°°°°°°

Kini, Satya, Gio, Ziad, Cesario, dan juga Yova tengah berjalan di koridor lantai bawah. Mereka merasa ada yang aneh dengan Aksa, walaupun Yova merupakan anggota baru geng Argos, akan tetapi ia pun bisa merasakan perasaan yang sama.

"Kalian ngerasa nggak si kalau Aksa kesakitan gitu? Bukan kesakitan akibat pukulan Syander," ucap Cesario tampak berpikir keras.

Yova menganggukkan kepala. "Iya, gue ngerasa."

"Aksa sakit apa ya?" Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Gio, sontak membuat keempat temannya menoleh secara bersamaan ke arahnya.

"Maksud lo?" Ziad bertanya kepada Gio sembari mengerutkan kening--heran.

"Mm ... udahlah lupain aja ucapan gue tadi, mungkin Aksa cuma kelelahan doang, karena semalem kan kita habis balapan," pungkas Gio.

Sementara di lain tempat, Luna berjalan pelan menuju ruang UKS. UKS terlihat sepi, hanya ada dua PMR yang sedang menata obat-obatan.

Mata Luna melirik ke segala penjuru ruangan mencari keberadaan Aksa, namun yang dicari tidak ada di ruangan tersebut.

"Intan," panggil Luna, kebetulan ia mengenal salah satu PMR itu.

Merasa namanya dipanggil, Intan menoleh. Cepat-cepat Intan menghampiri Luna di ambang pintu UKS.

"Luna, kamu sakit? Mau minta obat?" tanyanya.

Luna menggeleng. "Aku lagi cari Aksa, setau aku dia ke sini, tapi kok sekarang nggak ada. Kamu tau nggak dia di mana?"

"Oh, Aksa. Dia barusan keluar, katanya udah sembuh," jawab Intan. "Emangnya ada apa kamu cari Aksa, Lun?" Tatapan menyelidik ia layangkan ke arah Luna, membuat gadis itu sudah payah menelan salivanya.

"Eng--enggak papa. Kalau gitu, aku pergi dulu!"

Sungguh, Luna benar-benar takut jikalau Intan malah berpikir macam-macam mengenai dirinya dan juga Aksa, padahal pada kenyataannya dia dan Aksa sama sekali tidak mempunyai hubungan apa-apa.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang