9.

8.1K 726 27
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar. Terima kasih.
________________________________________

Setelah pernyataan cinta dari Aksa, kini Aksa dan Luna resmi jadian, mereka berdua memutuskan untuk berpacaran. Semakin hari hubungan mereka semakin dekat.

Namun sekali lagi, kata-kata yang tak pernah diharapkan keluar dari mulut Gavin--papanya sekarang benar-benar keluar dan membuat Aksa tak bisa berkutik sedikit pun.

"Lusa adalah hari pernikahanmu dengan Cia, kamu nggak boleh ngebantah Papa!" tegas Gavin.

"APA?! Nggak bisa gitu dong, Pa!!!" Aksa menggebrak meja makan dengan napas memburu, sorot mata cowok itu menggelap.

Suasana makan malam yang tadinya damai--hanya ada suara denting sendok dan garpu yang saling beradu, sekarang berubah menjadi panas.

"Aksa nggak mau menikah dengan Cia! Aksa nggak mau!!!"

Queen yang sejak tadi diam mendengarkan perdebatan di antara Aksa dan Gavin langsung bangkit dan berjalan menghampiri Aksa--putranya.

Ya, memang beberapa hari lalu Queen berpihak pada Aksa, ia berusaha agar Gavin mau membatalkan niatnya menjodohkan Aksa dan Cia. Tetapi selepas mendengar penjelasan dari Gavin, ia telah berpikir dua kali dan memantapkan hatinya bahwa memang Cia-lah gadis yang tepat untuk menjadi pendamping hidup Aksa.

"Aksa, ini yang terbaik buat kamu. Kamu harus nurut, oke?" ujar Queen lembut.

"Tapi, Ma ...."

"Nggak ada orang tua yang mau membuat anaknya menderita, termasuk papa kamu. Mama tahu Cia gadis yang sangat baik, dan dia cocok untuk menjadi pendamping hidup kamu, Sa." Belum sempat Aksa melanjutkan ucapannya, Queen sudah memotongnya terlebih dahulu.

Jika sudah begini, Aksa bisa apa? Aksa tidak pernah membantah ucapan mamanya. Alhasil, ia pun hanya bisa berujar, "Iya, Aksa setuju akan keputusan Papa. Aksa akan menikah dengan Cia besok lusa." Terdengar helaan napas berat dari sana.

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Aksa, Queen segera mendekap tubuh putranya dan mengecup singkat kening cowok itu.

Saat di dalam kamar, Aksa langsung mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ia duduk di sisi ranjang sembari mengusap wajahnya gusar. "Kenapa harus gue yang dijodohin? Kenapa?!"

Aksa pun mengambil ponselnya yang berada di nakas meja, lalu menatap wallpaper ponselnya tersebut. Di sana, terlihatlah Luna yang sedang tersenyum bahagia. "Maafin gue, Lun. Gue nggak bisa ngebantah omongan mama."

Karena emosi yang terlalu membuncah, Aksa melempar ponsel itu ke sembarang arah, ia tak peduli jika seandainya ponsel yang ia lempar rusak.
"ARGH! SIALAN!!!"

°°°°°°

Tanpa terasa, hari yang sangat tidak ditunggu-tunggu Aksa datang juga. Hari ini, tepatnya hari Minggu, Aksa akan menikahi Cia Vanda Adira, putri dari Aditya Sanjaya yang notabene adalah sahabat papanya sendiri.

Ketika semuanya sudah siap, Aksa, Cla, Queen, dan Gavin segera melangkahkan kaki mereka menuju mobil yang sudah dihias cantik layaknya mobil pengantin.

Tak ada semburat kebahagiaan di wajah Aksa, sedari tadi wajah pemuda itu terlihat murung dan lesu. Entahlah, dirinya kini bagaikan hidup tanpa nyawa. Semuanya tampak semu.

Beberapa menit kemudian, mobil keluarga Adijaya sampai di pekarangan rumah Sanjaya. Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga mempelai wanita.

Tidak terlalu ramai memang, karena yang datang ke pernikahan Aksa dan Cia hanya kerabat dekat saja.

Aksa mengembuskan napas berat berkali-kali, acara sebentar lagi akan dimulai. Mengapa hatinya menolak untuk merasa bahagia? Mengapa ia merasa sulit menerima semua kenyataan ini?

Setelah penghulu bertanya pada Aksa atas kesiapannya, ijab kabul pun dimulai dengan Adit--ayah Cia sebagai wali nasabnya.

Adit menjabat tangan Aksa dan berucap, "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Aksafa Daniel Adijaya bin Gavin Adijaya dengan anak saya yang bernama Cia Vanda Adira dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan uang sebesar lima ratus ribu rupiah dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Cia Vanda Adira binti Aditya Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Aksa.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab para tamu sangat antusias.

Selepas pembacaan doa, Cia turun dengan memakai gaun pengantin yang begitu indah berwarna putih, dilapisi dengan brokat bunga berwarna pink.

Ditambah lagi, wajahnya yang sangat berseri-seri, membuat Cia tampak sangat cantik menggunakan gaun tersebut.

Jujur saja, Cia merasa bahagia bisa menjadi istri Aksa. Walaupun ia tahu, Aksa menentang keras perjodohan ini.

Tatkala Cia sudah menginjakkan kaki di tangga terakhir. Perlahan, ia melangkahkan kakinya menuju tempat ijab kabul di mana Aksa berada.

Aksa memasangkan cincin di jari manis Cia ketika gadis itu sudah berada di hadapannya, begitu juga dengan Cia, ia memasang cincin pernikahan mereka di jari manis Aksa. Kemudian, Aksa mengangkat tangannya ke udara. Dengan senang hati, Cia mencium punggung tangan Aksa.

Semoga Aksa bisa menerimaku sebagai istrinya, batin Cia.

Semoga Aksa bisa menerimaku sebagai istrinya, batin Cia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang