37.

11K 933 79
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.

Spam komen sebanyak-banyaknya dong ges, biar aku tambah semangat nulisnya, wkwk
________________________________________

Malam ini adalah kali pertama Cia akan tidur satu ranjang dengan Aksa. Rasa bahagia begitu menguar sampai menggetarkan jiwa dan raga. Senyum di wajah cantik Cia pun sejak tadi tak pernah pudar. Walau ada rasa gugup menyelimuti, tetapi tetap rasa bahagia yang mendominasi.

"Cia," panggil Aksa.

Merasa namanya dipanggil, Cia langsung menoleh ke sumber suara. Di sana, ia mendapati Aksa yang baru saja selesai mandi.

Rambut basahnya membuat Aksa terlihat semakin erotis di mata Cia. Perut six pack-nya terlihat begitu menggoda hati, membuat mulut Cia sedikit menganga lebar karena merasa takjub.

"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Aksa sembari melayangkan tatapan menggoda ke arah Cia. "Kamu terpesona ya?" Ia melangkahkan kaki mendekati Cia yang tengah duduk di tepi ranjang.

Sumpah demi apa pun, rasanya kedua pipi Cia terasa panas, bisa dipastikan kalau sekarang pipinya sudah seperti kepiting rebus. Sangat merah.

Cia langsung memalingkan wajah ke arah lain, tak mau menatap Aksa lama-lama.

"Kamu kenapa nggak pake baju di hadapan aku si?! Aku kan malu!!!" ujar Cia menekan setiap kata yang ia lontarkan.

Aksa dan Cia memang sudah mengubah gaya bicara keduanya, yang biasanya menggunakan 'gue-lo' menjadi 'aku-kamu', akan tetapi hanya di antara mereka berdua saja, jika kepada orang lain tetap menggunakan 'gue-lo'. Perlu digarisbawahi, Aksa yang memintanya, bukan Cia.

"Kenapa harus malu? Kita kan suami istri," ucap Aksa tepat di telinga Cia.

"Terus kalau kita suami istri kenapa? Harusnya kamu tetep pake tuh baju di kamar mandi. Mentang-mentang punya perut kotak enam, jadi seenaknya aja dipamerin," sindir Cia. Perempuan itu masih senantiasa menatap ke arah lain, meski di lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat ingin melihat Aksa kembali.

Tanpa diduga, Aksa langsung mendekap tubuh Cia dari samping. Tentu saja hal tersebut membuat Cia terkejut setengah mati.

"Lepas, Aksa!!!"

Bukannya semakin mengendurkan dekapannya, Aksa malah semakin mempererat dekapannya itu. "Aku bahagia banget bisa jadi suami kamu lagi, Ci. Tanpa kamu, aku nggak tau bisa bertahan hidup atau enggak," gumam Aksa.

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Aksa barusan, tentu saja membuat kerutan di kening Cia semakin terlihat jelas. "Apa maksud kamu?"

Aksa menggeleng disertai senyuman manis yang tercetak jelas di wajah tampannya. "Bukan apa-apa."

"Yuk sekarang kita tidur," lanjut Aksa.

"Kita ... tidur seranjang berdua?" tanya Cia tampak ragu.

"Iya dong, 'seranjang berdua!' Emangnya kenapa?" ujar Aksa dengan menekan kalimat seranjang berdua.

"Bahkan, kalau kita melakukan hubungan suami istri, kita bakalan dapet pahala juga loh, Ci." Aksa menaik turunkan kedua alisnya yang terlihat begitu menyebalkan di mata Cia.

"Jangan macem-macem! Kita masih sekolah. Kalau aku hamil terus dikira aib gimana?" Terdengar embusan kasar dari Cia, perempuan itu mengerucutkan bibirnya ke depan, ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku bakalan ngomong ke semua orang kalau kamu istri aku," ucap Aksa seraya menyugar rambutnya ke belakang.

"Nggak segampang itu!" Cia berdecak kecil, pandangan matanya mengarah ke arah Aksa. "Udah, sekarang pake baju kamu, Sa. Nanti masuk angin."

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang