18.

14.6K 1.1K 262
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
________________________________________

"Haruskah aku tetap memeluk luka?"

~Cia Vanda Adira~

-
-
-

"Aksa, lo udah baikan? Semalem lo keliatan kacau banget," ucap Gio. Semua anggota Argos segera menghampiri Aksa tatkala mendengar penuturan Gio barusan.

Aksa hanya mengangguk dan menjawab, "Iya." Lantas, ia langsung duduk bersandar di sandaran kursi sembari memijat pelipisnya.

Entahlah, bayang-bayang kedekatan Cia dan Ziad masih bergumul di kepalanya. Aksa jadi teringat akan ucapan Ziad yang mengatakan bahwa cowok itu akan merebut Cia darinya. Apakah ucapan Ziad adalah kebenaran? Apakah dia tidak main-main dengan ucapannya?

"Sa," panggil Cesario. Pasalnya, dari tadi Aksa seperti memikirkan sesuatu.

"Hm?"

"Lo sakit?"

"Nggak." Setelah mengatakan itu, Aksa bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Ia tidak peduli dengan suara teman-temannya yang terus saja memanggil.

°°°°°°

Cia berjalan sendiri menuju kelas XII IPA 2. Ia tahu hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar alias free class, karena hari ini akan diadakan pertandingan basket antar kelas.

Jika ditanya Aksa ikut pertandingan basket atau tidak, tentu saja dia ikut. Sebagai kapten basket, dialah yang paling diharapkan untuk memenangkan pertandingan tersebut mewakili kelas XII IPA 2.

Saat sudah sampai di kelas, Cia melihat Andini yang masih sibuk membaca novel. Sahabat baiknya itu memang suka sekali membaca novel. Novel apa pun ia baca, dari genre teenfiction sampai ke genre horror.

Terkadang, Cia merasa tidak dipedulikan oleh Andini. Pasalnya, gadis itu selalu saja membaca dan membaca sampai lupa dengan dunia nyata.

"Andini!" Panggilan Cia hanya mendapat respon berupa dehaman oleh sang pemilik nama.

"Din!!!" Suara Cia naik satu oktaf, membuat Andini mau tidak mau menutup novelnya dan beralih menatap mata Cia.

"Kenapa?" tanyanya.

"Hari ini kan ada pertandingan basket antar kelas, kita ke lapangan sekarang yuk!" ujar Cia sangat antusias.

Sontak, Andini membulatkan mata sempurna. Bisa-bisanya Cia mengajaknya ke lapangan sekarang, sementara pertandingannya saja belum diumumkan lewat speaker yang berada di setiap kelas.

"Astaga, Cia! Pertandingannya belum dimulai! Lo mau apa si buru-buru banget ke sana?" tanya Andini tak habis pikir dengan ucapan Cia tadi. "Mendingan, lo baca novel dulu aja sama gue. Nih! Gue bawa novel lagi! Ceritanya seru tau." Ia memberikan satu novelnya ke arah Cia.

Namun Cia mengerucutkan bibirnya dan tidak menerima novel milik Andini. Sebenarnya, Cia suka membaca novel. Akan tetapi, ia membaca jika di waktu luang saja saat di rumah.

"Ayo ke lapangan sekarang, biar kita bisa dapet tempat duduknya di depan. Gue mau liat suami gue main basket," ungkap Cia.

Suami? Masih pantaskah Aksa disebut sebagai suami? Ah sudahlah, apa pun itu, Cia tetap menganggap Aksa sebagai suaminya.

Terdengar embusan napas kasar dari Andini, gadis itu segera menaruh novel-novelnya di kolong meja, lalu bangkit dari duduknya. "Ya udah, ayo!"

"Lo emang sahabat gue yang paling pengertian!"

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang