Hari ini aku double up!
Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen.
Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian. Terima kasih.
_______________________________________Tawa seseorang tiba-tiba menggelegar, membuat Cia menoleh ke sumber suara. Di sana, terlihatlah Luna mendekat ke arahnya. Sebenarnya Cia ingin membawa Aksa ke rumah sakit secepatnya, namun tak ada celah sedikit pun agar ia dan Aksa bisa lolos dari kepungan geng Pikers.
Ya Allah, bantu Cia. Jangan biarkan mereka nyakitin Aksa, batin Cia.
Cia bangkit dari duduknya, dan berdiri tegak menatap Luna dan Yova bergantian tanpa rasa takut.
"Kenapa kalian berdua punya dendam sama Aksa, hah?! Kenapa?! Apa kesalahan Aksa sampai-sampai kalian berdua menyimpan dendam yang sangat besar untuknya?" tanya Cia.
"Itu bukan urusan lo, Ci!!!" papar Luna dengan menekan setiap kata yang ia ucapkan.
"Aksa masih suami gue. Yang artinya, setiap masalah yang menimpa hidupnya, jadi masalah gue juga!"
Yova tertawa meremehkan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pemikiran Cia. "Bodoh! Jadi istri yang nggak dianggap aja bangga."
Seketika tawa Yova disusul oleh tawa Luna. Kini keduanya tengah menertawakan kebodohan Cia.
"Dan suaminya lebih mentingin gue daripada dia," ujar Luna melanjutkan ucapan Yova barusan, lalu ia menyeringai ke arah Cia. "Lo istri yang paling bodoh sedunia, Ci!" Luna menunjuk tepat di depan wajah Cia, membuat Cia semakin mengepalkan kedua tangannya.
Namun ia mencoba mengontrol emosi, dan tak kalut akan semua penuturan Luna dan Yova yang begitu menusuk hati.
Perlahan, Cia mengembangkan senyumnya. "Makasih atas pujiannya. Kalau dibandingin sama kalian, kebodohan gue masih jauh lebih baik daripada dendam kalian." Ia terkekeh kecil. "Dendam? Buat apa kita balas dendam? Bukannya setiap perbuatan manusia entah itu yang baik atau yang buruk akan dibalas oleh Allah suatu nanti? So, jangan pernah jadi orang yang merasa paling bener, karena kita nggak tau di mata Allah kita seperti apa. Inget itu!!!"
"Halah! Banyak bacot lo!!!" Luna segera bergegas mendekat ke arah Aksa yang tengah terbujur lemah di lantai gedung tersebut.
"Hai, Sayang. Kenapa? Sakit ya?" tanya Luna dengan wajah yang dibuat-buat peduli pada lelaki itu.
Mata Aksa menatap tajam Luna. Gadis ini ternyata memiliki dendam padanya? Dendam apa yang Luna punya sehingga ia begitu gencar membuat hidupnya menderita?
"Ba---" Aksa mengatur napasnya dalam-dalam, kedua mata lelaki itu terpejam untuk beberapa saat, mencoba meminimalisir rasa sakitnya. "Bajingan!"
Luna memutar kedua bola matanya malas. "Heh, cowok sialan! Apa lo amnesia sampai nggak tau kesalahan lo di masa lalu apa, hah?!"
"E--emangnya apa yang udah gue perbuat sampai-sampai lo mau balas dendam sama gue, Lun?" tanya Aksa, ia sudah tak jelas melihat wajah Luna. Semuanya sudah memburam, namun ia harus tetap sadar untuk mengetahui alasan dendam gadis di hadapannya ini.
"Lo udah ngebuat nyokap gue meninggal! Gue tau lo yang nabrak nyokap gue tiga tahun lalu, Aksa!!!" Napas Luna memburu tak beraturan, amarahnya mulai menguap sampai ke ubun-ubun.
"Seharusnya sekarang gue masih bisa dapet kasih sayang dari nyokap gue," lirih Luna, air mata sudah membanjiri wajah gadis itu.
"Apa?" Aksa tak mengerti mengapa Luna berucap demikian. Jujur, ia tidak pernah menabrak seseorang bahkan sampai meninggal dunia tiga tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...