Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
________________________________________Aksa langsung melihat siapa yang memukulnya. Sejenak, ia mengingat-ingat wajah yang pernah ia lihat. Ah, ia baru teringat jikalau lelaki paruh baya yang memukulnya tadi adalah Rangga--ayah Luna.
Aksa sendiri tidak tahu kenapa Rangga terlihat begitu marah padanya. Padahal selama ini ia tak pernah berbuat masalah dengan Luna. Bahkan semenjak hari itu, di mana ia ditembak oleh Yova dan alasan dendam Luna diketahui, ia tak pernah lagi melihat gadis itu.
Rangga menarik kerah baju Aksa, kemudian ia memukul kembali wajah Aksa yang sudah memar, melampiaskan semua kemarahannya.
"Gara-gara kamu anak saya hamil!!!" ujar Rangga menggebu.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rangga barusan membuat Aksa terkejut setengah mati. Bukankah kabar kehamilan Luna hanyalah settingan belaka yang sudah dibuat-buat oleh Luna sendiri? Lantas, mengapa sekarang Rangga malah menuduhnya sudah menghamili Luna?
Sementara Cia yang melihat suaminya dipukuli merasa tak terima, ia pun segera mendekat seraya berucap, "Jangan pukuli suami saya, Om! Dia nggak salah!"
Sontak, Rangga menghentikan aksi memukulnya, ia menolehkan pandangan ke arah Cia. Ia juga terkejut tatkala mengetahui jikalau perempuan yang berada di hadapannya sekarang adalah anak dari sahabat baiknya dulu yang bernama Adit.
"Apa kamu Cia, anaknya Adit?" tanya Rangga.
Cia mengangguk. "Iya, Om. Lepasin suami saya. Saya mohon." Ia mengatupkan kedua tangannya di hadapan Rangga, memohon agar Rangga mau sedikit berbaik hati melepaskan Aksa.
Namun apa dikata, bukannya melepas Aksa, dia malah menyeret Aksa dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sebenarnya Aksa ingin melawan, akan tetapi kepalanya terasa sakit dan tubuhnya terlalu lemah untuk melawan.
Melihat hal tersebut, tentu Cia langsung ikut masuk ke dalam mobil Rangga juga. Ia langsung mendekap tubuh Aksa yang tak berdaya. "A' Aksa, kamu nggak papa kan?" tanya Cia khawatir, air matanya sudah berlinang membasahi pipi.
Walau tubuhnya kesakitan, Aksa tetap mengembangkan senyum. "Iya, Ci. A--aku nggak papa, kamu tenang aja."
Tanpa mereka berdua sadari. Sebenarnya sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka. Ya, dia adalah Luna. Perempuan itu duduk di jok depan, di samping Rangga.
Ia memilih bungkam tak bersuara. Biarlah nanti dramanya akan dimulai saat waktunya tiba.
Beberapa menit kemudian, mobil Rangga berhenti tepat di kediaman Sanjaya, membuat Cia mengerutkan kening heran. Kenapa Om ini ke rumah ayah?
"Turun kamu!" titah Rangga sembari mencengkeram kuat tangan Aksa.
"Lepasin tangan A' Aksa, biar saya yang bantu suami saya turun dari mobil!" ujar Cia, ia menatap tajam Rangga. Sumpah demi apa pun, ia benar-benar tidak menyukai laki-laki paruh baya itu. Dia terlalu menghakimi.
Dengan perlahan, Cia membantu Aksa untuk turun dari mobil. Banyak sekali pertanyaan terlintas di benaknya, namun Cia sama sekali tak menemukan apa jawabannya.
Tanpa diduga, Rangga mengetuk bel rumah kediaman Sanjaya begitu keras, membuat sang pemilik rumah yaitu Adit yang kebetulan berada di rumah tersebut langsung membuka pintu.
"Rangga, tumben kamu ke sini. Ada apa?" tanya Adit heran, ia mengerutkan keningnya tatkala melihat Cia dan Aksa pun berada di samping Rangga.
"Loh, Aksa. Kenapa muka kamu memar begitu?" Lagi-lagi tak ada yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Adit, membuat sang empunya menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...