39.

9K 764 121
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
________________________________________

Semalam merupakan malam terpanjang bagi Aksa dan Cia, kamar menjadi saksi bisu pergumulan panas mereka. Ya, Cia mengizinkan Aksa menyentuh setiap inci dari tubuhnya. Sekarang, ia telah menjadi milik Aksa sepenuhnya.

Awalnya Cia menolak disentuh Aksa, namun ia juga ingin mempunyai anak dari benih suaminya. Tidak salah bukan jika Cia menerima permintaan Aksa untuk saling bercinta?

Ketika Cia sedang duduk di meja rias sembari menyisir rambutnya yang masih basah, tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekap tubuhnya dari belakang.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Aksa semakin mengeratkan pelukannya.

"Pagi juga," balas Cia disertai dengan senyuman.

Tangan Aksa semakin merambat ke bagian bawah perut istrinya lalu mengelusnya lembut. "Semoga jagoan kecil kita cepet ada ya di perut kamu. Aku udah nggak sabar pengin ngerasain dipanggil ayah sama anak kita." Tanpa disangka, Aksa berjongkok di hadapan Cia kemudian mencium perut rata perempuan itu sangat lama.

Sumpah demi apa pun, Cia benar-benar bahagia melihat Aksa seperti ini. Walaupun ia belum mengandung, tetapi perlakuan suaminya sudah sangat manis. Bagaimana jika nanti ia sudah dinyatakan positif hamil? Pasti ia akan menjadi seorang istri yang sangat bahagia nantinya.

"Kalau aku hamil gimana sama sekolah aku, A'?" tanya Cia.

"Seminggu lagi kita UN, Ci. Yang artinya, sebentar lagi kita bakalan lulus sekolah," jawab Aksa masih dengan wajahnya yang berseri. "Jadi kamu nggak usah khawatir."

Cia menganggukkan kepala, kekhawatirannya berangsur menghilang tatkala mendengar penuturan Aksa barusan.

"Ya udah, sekarang kita turun ke bawah yuk. Aku udah masak buat kamu."

Aksa langsung mengecup kening istrinya. Sungguh, Cia benar-benar tidak kuat dengan keuwuan ini. Kedua pipinya merah merona, matanya menoleh ke arah lain, dan jantungnya berpacu dengan sangat cepat.

"Morning kiss," bisik Aksa.

°°°°°°

Sesampainya di sekolah, Aksa dan Cia langsung berjalan menuju kelas mereka. Senyum di wajah keduanya sejak tadi tak pernah pudar, membuat semua pasang mata yang melihatnya merasa iri dengan semua itu.

"Enak banget si Cia bisa pacaran sama most wanted di sekolah kita! Andai aja gue yang ada di posisi Cia."

"Kalian ngerasa enggak kalau Aksa sama Cia nggak cocok? Liat deh, muka Cia keliatan tua banget dibandingin sama My Baby Aksa."

"Sok cantik lo, Cia!"

"Harusnya Aksa sama gue!!!"

Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan yang memojokkan Cia. Mereka, terutama kaum hawa sangat tidak setuju jikalau Cia dan Aksa berpacaran. Padahal kenyataannya ialah keduanya bukan sekadar berpacaran lagi, melainkan sudah menjadi sepasang suami istri.

"Ngeselin banget si mereka!" Cia mendengkus kesal, ia mengeucutkan bibirnya.

"Udah nggak udah didengerin, anggap aja mereka haters kamu, Sayang." Aksa tertawa terbahak-bahak.

"Kamu juga ngeselin!!!" ujar Cia, lalu melangkahkan kakinya mendahului Aksa yang masih tertawa di tempat.

"Eh, jangan ngambek dong! Aku cuma bercanda!!!" Aksa menggeleng-gelengkan kepalanya diiringi dengan kekehan kecil. Cia cepat sekali marah.

"Woy, Bro!" sapa seseorang. Sontak Aksa langsung menoleh.

"Udah tau belum kalau sekolah kita bakal ngadain pertandingan basket lagi? Ya ... cuma antar kelas si, tapi nggak papa, itung-itung bersenang-senanglah sebelum ujian," ucap Cesario. "Lo mau ikut kan, Sa? Lo kan kapten basket."

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang