Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________Cia tak henti-hentinya menangis kala Aksa sedang ditangani oleh dokter di ruang UGD. Mengapa? Mengapa di saat dirinya ingin memperbaiki semuanya selalu saja ada masalah yang datang menghadang?
Di ruang tunggu tersebut Cia menangis sesenggukan, belum ada keluarga yang datang, meski Cia sudah menghubungi mereka. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan.
Cia kalut dengan pikirannya sendiri. Sungguh, ia takut terjadi apa-apa pada Aksa, ia juga takut Aksa akan pergi meninggalkannya sendiri.
Namun cepat-cepat Cia menepis semua pikiran buruk tersebut. Ia yakin Aksa pasti akan selamat.
Aksa adalah laki-laki kuat, dia juga sangat mencintai Cia, jadi tak mungkin Aksa tega meninggalkan Cia sendiri, bukan?
Sejak tadi Cia sudah mondar-mondir di depan pintu ruang UGD, namun belum ada dokter ataupun suster yang keluar dari sana.
"Aku pengin peluk A' Aksa," gumam Cia seraya menatap nanar pintu ruang UGD yang tak kunjung terbuka.
"Maafin aku karena belum bisa jadi istri yang baik buat kamu, A'. Aku selalu ngerasa kalau aku yang tersakiti, tapi pada kenyataannya kamulah yang tersakiti. Aku emang egois!" Cia terus saja bergumam demikian. Jujur, ia benar-benar merasa bersalah pada suaminya itu.
Tak lama kemudian, pintu ruang UGD pun terbuka dan menampakkan seorang dokter muda bernama Adi tengah menatap ke arah Cia.
Wajah dokter itu tampak sedih, namun Cia tak mau berpikiran buruk. Ia dengan segera mendekat ke arah Dokter Adi dan berucap, "Gimana keadaan suami saya, Dok?"
"Kamu Cia, kan?" tanya sang dokter.
"Iya, saya Cia. Kenapa?"
"Dari tadi pasien terus memanggil nama kamu," ujar Dokter Adi. "Sekarang, kamu dipersilahkan masuk."
Dengan cepat Cia berlari masuk ke dalam ruang UGD. Di sana, tampaklah Aksa terbaring lemah dengan perban di kepalanya. Ventilator pun terpasang untuk membantunya bernapas.
"Ci--Cia ...."
"Aku di sini. Kamu harus sembuh, A'," ujar Cia seraya mencium tangan suaminya.
"Ma-af." Aksa terlihat sulit sekali untuk berucap.
"Kamu nggak perlu minta maaf sama aku, kamu nggak salah."
"Ma-af ka--karena a-ku be-lum bisa ja-di s-suami yang ba-ik b-buat ka-mu."
Cia menggelengkan kepalanya. Sumpah demi apa pun, rasa takut kini menyelimuti dirinya.
"KAMU HARUS SEMBUH, A'! KAMU HARUS SEMBUH!" Perempuan itu berteriak dengan tangis yang tak kunjung mereda.
"Sa--kit, Ci." Aksa memegangi dadanya yang terasa sangat sakit, pun kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Sebentar, aku panggilin dokter dulu ya. Kamu harus sembuh, A'! Kamu pasti sembuh!" Tatkala Cia hendak pergi untuk memanggil dokter, namun ucapan Aksa membuatnya membeku di tempat.
"Bantu a--ku talkin," lirih Aksa.
"A' Aksa ...."
"A--aku mo-hon, Cia. To--long b-bantu a--ku tal-kin. A--ku u-dah nggak k-kuat."
Hal yang ditakutkan Cia pun terjadi. Kini, Cia tidak tahu harus berbuat apa. Berada di posisi seperti ini membuatnya sangat bimbang.
Akhirnya, Cia semakin mendekat ke arah Aksa. "I-ikutin aku ya," ucapnya dengan suara bergetar. "A-ayshadu an-la."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSAFA (End)
Teen FictionTentang cinta yang tak semestinya mendera hidup kita. -AKSAFA °°°°°° Perjodohan, satu kata yang amat sangat dibenci oleh Aksafa Daniel Adijaya. Hidupnya terasa dikekang dan tak ada jalan keluar untuk lari dari perjodohan tersebut. Rasa sayangnya seb...