3 - Kotak Makan Misterius

100 29 7
                                    

Matahari memancarkan cahayanya menyinari bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari memancarkan cahayanya menyinari bumi. Pagi itu, sekitar pukul tujuh pagi, Biola sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Seragam sekolah yang biasa dipakai pada hari Rabu pun sudah melekat di tubuhnya.

"Morning," gumam Biola di depan cermin. Kedua bola matanya menatap pantulan tubuhnya.

Cklek

"Non?"

Menolehkan wajahnya, Biola menatap Bi Marti yang tengah memegang nampan berisi roti selai coklat dengan segelas susu vanila. Wanita itu berjalan memasuki kamar bertema gelap milik Biola.

"Ini sarapannya, Non."

"Perut Biola udah penuh, nanti cacing-cacingnya kekenyangan," ucap Biola mengusap perut ratanya.

Bi Marti tertawa renyah, "Non bercanda terus."

Biola mengulas senyumnya sesaat, "Buat bibi aja, makan ya. Biola pamit berangkat dulu."

Gadis itu menyalami tangan asisten rumah tangannya. Meskipun Bi Marti hanya seorang pembantu di rumahnya, tetapi Biola sangat menghormati wanita itu.

"Eh, Non," ucap Bi Marti membuat Biola menatap kembali wanita itu.

"Dasinya nggak rapi. Itu mmm wajah non Ola juga nggak mau dikasih bedak sedikit gitu? Biar agak fresh...." ucap Bi Marti.

Biola menggeleng seraya mengelus bahu wanita itu, "Biola berangkat dulu."

"B-baik, Non," ucap Bi Marti setelah Biola menghilang dari pandangannya.

Wanita dengan umur sekitar lima puluh tahun itu menatap pecahan figura yang kini berserakan di lantai dekat kasur anak majikannya. Ia mendekat lalu memegang serpihan kaca itu.

"Bibi tau, semua ini nggak seharusnya dialami sama anak seceria kamu," gumam Bi Marti.

Tanpa sadar, air mata itu lagi-lagi turun mengenai pipinya yang sudah mulai mengkerut. Untuk kesekian kalinya, wanita itu menangisi nasib anak majikannya.

Biola masih muda, tapi Biola harus menanggung beban yang tak wajar bagi anak muda seusianya.

-♡♡♡-

"LA! AYO GERCEP IKUT GUE!"

Biola menarik tangannya yang diseret oleh Arbel. Gadis itu berdecak.

"Arbel! Bisa jelasin dulu nggak sih ada apa? Nggak usah narik-narik gue," ucap Biola.

"CK, ADUH, LA! GAK BISA DIJELASIN LAGI! BURUAN KE RUANG CARAMELLO!!" panik Arbel lalu menarik pergelangan tangan Biola kembali.

Biola kali ini tidak membantah, ia mengikuti langkah besar temannya itu. Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu. Dan yang tersisa di sekolah kini hanya beberapa murid yang tengah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ataupun OSIS.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang