32 - Rencana Lomba Melukis

25 13 17
                                    

"Biola, lo dipanggil ke ruang wakil kepala sekolah," ujar seorang murid yang menjabat sebagai teman sekelas Biola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biola, lo dipanggil ke ruang wakil kepala sekolah," ujar seorang murid yang menjabat sebagai teman sekelas Biola.

Biola yang kini tengah mencorat-coret halaman buku bagian belakangnya pun mendongak seketika. "Gue?"

Murid tadi mengangguk membalas pertanyaan Biola.

"Oke, thanks," ujar Biola.

Setelah temannya kembali ke tempat duduknya, Biola beranjak pergi ke luar kelas. Kebetulan guru mata pelajaran bahasa Indonesia sedang sakit, hingga membuat kelas Biola bisa menikmati jam kosong selama dua jam.

"Pasti ngungkit masalah kemarin," gumam Biola malas.

Tidak semua teman sekolahnya tahu tentang insiden kecelakaan saat perlombaan tersebut. Ya, ternyata Bu Hani ingin kejadian itu tidak disebar seantero sekolah. Biola sedikit bersyukur karena dirinya tak akan mendapat cacian dari banyak orang.

"Biola, ya?"

Gadis dengan model rambut kuncir kuda itu mengangguk.

"Silahkan masuk ke ruang Bu Tania."

Sepasang kaki putih itu melangkah memasuki ruang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kedua mata bulatnya itu bertemu dengan tatapan Bu Tania yang kini tengah duduk di kursinya.

"Silahkan duduk," perintah Bu Tania.

Biola mengindahkan ucapan guru wanita itu. Dia duduk di depan Bu Tania lalu menyimpan tangannya di atas meja.

"Ibu dengar, kamu mengalami masalah sewaktu perlombaan di pentas seni kemarin?"

Benar dugaannya. Masalahnya kemarin pasti diungkit. Dan jangan lupakan, jika dirinya pasti yang paling disalahkan.

"Benar?" tanya Bu Tania memastikan.

Biola mengangguk tanpa ragu.

"Oke. Ibu gak tau kamu sengaja atau tidak. Tapi Ibu tidak akan membahas itu."

"Mana mungkin gue sengaja celakain orang," batin Biola kesal.

Bu Tani berdeham membuat gerutuan Biola dalam hati terhenti seketika. "Kamu ingat jika kamu terpilih mewakilkan sekolah dalam lomba melukis tingkat provinsi?"

"Iya," balas Biola singkat.

Malas. Benar-benar malas. Jujur saja, lebih baik ia digantikan daripada harus mengikuti lomba yang menurutnya tak penting itu.

Lebih baik ia menghabiskan waktunya dengan Athan daripada harus berlatih untuk perlombaan tersebut. Lebih menyenangkan bersama Athan kan daripada bersama sebuah kanvas kosong?

"Biola, ibu sedang tidak bercanda," ujar Bu Tania ketika melihat Biola tersenyum dengan kedua mata yang terpejam.

Biola seketika membuka kedua matanya. Ia merutuki dirinya sendiri karena telah membayangkan betapa serunya jika menghabiskan waktu bersama Athan. Sial! Mengapa dirinya menjadi budak cinta seperti ini?!

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang