43 - Yola Berubah?

25 15 3
                                    

Drrrttt drrrtttt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drrrttt drrrtttt

Getaran dari benda pipih yang tergeletak di atas nakas itu menarik perhatian seorang gadis yang kini tengah mengoleskan masker greentea ke wajahnya. Ekor matanya melirik ponsel yang bukan miliknya itu.

Yola tersenyum ketika sebuah ide seketika melintas di otaknya. Ia menyimpan koas masker di atas tisu lalu beranjak mendekati ponsel yang sedari tadi terus bergetar.

"Askal," gumam Yola membaca nama kontak yang melakukan panggilan pada ponsel milik Biola.

Mendengar suara langkah kaki, dengan cepat Yola kembali pada posisi awalnya. Duduk di depan meja rias sembari mengoleskan masker miliknya lagi.

Cklek

Biola memasuki kamar berukuran cukup besar itu. Hal yang pertama ia lihat adalah Yola yang sibuk dengan kegiatannya. Namun, Biola sama sekali tak ada niat untuk sekadar menyapa calon kakak tirinya itu.

Biola berjalan menuju tas miliknya. Esok hari ia akan berangkat untuk perlombaan melukis tingkat provinsi. Makanya, waktu senggang di malam ini akan ia gunakan untuk bersiap.

"Biola," panggil Yola. Namun, badannya tetap menghadap ke arah cermin besar.

Biola yang merasa dipanggil pun menghentikan kegiatan merapikan pakaiannya. Wajahnya mendongak, menatap Yola yang tak lama kemudian membalikkan badannya.

"Gue nggak akan ganggu hidup lo lagi, tapi dengan satu syarat," ujar Yola dengan sebelah ujung bibir yang terangkat.

Malas berbicara, Biola hanya menaikkan satu alisnya. Sebenarnya Biola tak tergiur dengan ucapan Yola, namun kilat mata gadis itu terlihat berbeda. Jadi, Biola akan mencoba memancingnya.

Yola menghela nafas sembari melirik kilas ponsel Biola. "Deketin gue sama Askal."

Biola terdiam sesaat lalu mendengus kasar. Mendekatkan Yola dengan Askal? Hei! Memangnya semudah itu? Biola saja terkadang malas melihat wajah cowok itu.

"Gimana? Lo pasti mau, 'kan?" Yola bangkit dari posisi duduknya menghampiri Biola yang kini tengah melanjutkan kegiatannya.

"Biola, jawab dong!" ujar Yola merasa kesal karena dicueki.

Menutup resleting tas ranselnya, Biola mengalihkan tatapan malasnya pada Yola.

"Gue gak bisa," ujar Biola singkat lalu mulai merebahkan dirinya di atas kasur.

Yola berdecak kesal kala respon gadis itu tak sesuai dengan ekspektasinya. Namun, meski begitu, Yola mengikuti perpindahan Biola. Dia duduk di atas kasur sembari menatap gadis itu.

"Jangan sombong lo, Biola."

"Emang apa salahnya sih lo bantuin gue buat deket sama Askal?" tanya Yola kesal.

Biola melirik Yola malas. "Gue nggak punya hak itu, Yola. Dan satu lagi, gue males ngelihat muka Askal."

Yola tak bergeming beberapa saat. Otaknya masih sibuk mencerna perkataan Biola. Jadi, Biola itu tidak memiliki perasaan lebih dengan Askal? Ia kira, selama ini, Biola itu mengejar-ngejar Askal. Makanya ia benci dengan sosok gadis itu.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang