48 - Ingkar?

31 13 13
                                    

Waktu terus berputar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu terus berputar. Udara pun terasa begitu dingin mengikuti hari yang semakin malam. Kedua bola mata milik Athan terus-menerus menatap gadis yang kini tengah tertidur di sampingnya. Meskipun Biola sudah memasang tenda, namun gadis itu tetap memilih untuk tidur di luar bersama Athan. Gadis itu sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu, sedangkan Athan masih terjaga dalam posisi duduknya. Entahlah, ia tak bisa tidur.

"Lo pucat banget, Bi," ujar Athan menepis anak rambut yang menghalangi sebagian wajah gadis itu.

Senyum milik Athan mengembang secara perlahan. Meski mata gadis itu bengkak, hidung dan pipi memerah pula, namun tak mengurangi aura cantik dari wajah Biola.

"Lo cantik banget. Gue suka lihatnya," ujar Athan tanpa memudarkan lengkungan di bibirnya itu. "Tapi wajah lo kenapa harus pucat sih?"

Athan menghela nafas panjang lalu mendekati wajah gadis itu. Ia mengelus pipi lembut milik Biola.

"Lo itu kuat, Bi. Gue ... salut sama perjuangan hidup lo. Tuhan ngasih lo beban seberat ini, itu artinya gak ada yang bisa menghadapinya selain lo, Biola Arisha," ujar Athan pelan karena takut suaranya mengganggu tidur gadis itu.

"Maaf, gue bodoh banget. Gue jahat udah banyak bohongin lo." Athan terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka suara lagi. "Andai lo tahu, gue bukan kiriman dari bokap lo. Bahkan gue gak kenal keluarga lo sama sekali."

"Gue ... cuman so—"

Drrrttt drttttt drrrtttt

Athan menghentikan ucapannya kala ponsel milik Biola bergetar pendek. Layar ponsel gadis itu menyala membuat satu notifikasi pesan menarik perhatian Athan.

Mama
Dimana kamu?! Bukannya bantuin saya malah kabur dari rumah! Pulang, sekarang!!

Setelah membaca pesan dari ibunda Biola, layar ponsel gadis itu kembali mati dengan sendirinya. Athan beralih menatap Biola lalu menghela nafas.

"Bi, bangun," ujar Athan sembari menepuk pelan lengan gadis itu.

Nyatanya perlakuan Athan tak cukup untuk membawa gadis itu pergi dari alam mimpinya. Lantas Athan memegang pipi Biola lalu menepuknya pelan.

"Biola."

Berhasil. Gadis itu bergerak sembari meregangkan otot-ototnya. Tak lama kemudian, kedua matanya membuka secara perlahan. Terlihat matanya memerah, mungkin menahan kantuk yang masih menyerang. Athan jadi tak tega.

"Bi, maaf gue harus bangunin lo."

Biola menguap kemudian bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap ke arah sekitar, baru teringat jika ia menginap di bukit bersama Athan.

"Kenapa, Than?" tanya Biola sembari menahan kantuknya.

"Nyokap lo," balas Athan.

Biola mengerutkan dahinya. "Mama? Kenapa?"

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang