28 - Terancam

34 16 2
                                    

BRUKK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRUKK

"LOLY!"

"OLA!"

Sorak ramai yang tadinya memenuhi lapangan indoor tersebut kini berganti dengan kericuhan karena kecelakaan yang tak disengaja itu. Loly meringis hebat ketika tangannya merasa nyeri, sedangkan Biola memejamkan matanya ketika kakinya terasa terkilir.

"MAKSUD LO APA, HAH?!" Arbel tiba-tiba mendekati Biola dan menarik kostum cheers yang dikenakan Biola.

Gadis itu hanya terdiam sibuk menahan sakit di mata kakinya.

"TANGGUNG JAWAB LO! KITA JADI MALU GARA-GARA LO! KETUA GAK BECUS!" murka Arbel lalu menghampiri Loly yang kini sudah menangis kesakitan.

Bu Hani selaku pembina sudah menghubungi tim medis agar membawa muridnya itu pergi ke rumah sakit. Beberapa saat kemudian, dua orang berbaju putih beserta tandu di tangannya datang membawa Loly.

Kini keadaan semakin ricuh tak teratur. Setelah Loly dibawa oleh tim medis, Arbel dan Kezy menghampiri Biola yang kini terduduk sembari memegang pergelangan kakinya.

"SINI LO!" Lagi-lagi Arbel menarik kunciran rambut Biola membuat gadis itu meringis.

"Lepasin!" sentak Biola.

"Mau apa lo hah?! Lo sengaja, 'kan, mau bikin Loly jatoh?!"

"Jahat banget lo, Bi. Gak nyangka gue," ujar Kezy dengan tatapan amarahnya.

Biola mendongak menatap kedua temannya. "Gue gak sengaja!"

"Gak sengaja? Lo sinting?" tanya Arbel terkekeh sinis.

"Kalo lo marah sama kita, bilang! Jangan nyelakain Loly!" ujar Kezy memendam amarahnya.

Biola hanya menghembuskan nafas pasrah nya. Kini dirinya dikerubungi oleh orang-orang. Kebanyakan dari mereka menyalahi Biola atas kejadian yang tidak sengaja itu. Dia seperti dipojokkan.

"Ola, setelah pulang ke penginapan, ibu mau bicara dengan kamu," ujar Bu Hani dengan nada dinginnya.

Biola hanya mengangguk membuat wanita paruh baya itu pergi dengan sorot kecewa sekaligus malunya. Biola benar-benar merasa bersalah. Namun kejadian itu juga bukan atas kehendaknya.

"WOY! BANGUN LO ANJING!" ujar Arbel memaki.

"Bangun!" Kezy menendang kaki Biola membuat rasa sakitnya semakin bertambah.

Tak selang beberapa lama, beberapa cowok dengan jersey basket yang melekat itu menerobos kerumunan yang mengerubungi Biola, Arbel, dan Kezy. Tatapan amarah dapat terlihat dari kilat tajam salah satu dari mereka.

"Apa-apaan lo!" Askal mendorong Arbel hingga gadis itu hampir terjatuh jika tidak ditahan oleh Kezy.

"Lo mau nyalahin Ola atas kejadian gak sengaja ini?!" tanya Askal dengan wajah memerahnya.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang