24 - Merasa Kehilangan?

36 19 3
                                    

"Dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia ... pergi," lirih Biola dengan kedua mata yang dilapisi cairan bening.

Mendengar lirihan yang terlontar dari bibir Biola membuat Azka seketika menatap gadis itu iba. Dia melayangkan tangannya, memegang bahu gadis yang kini tengah menunduk.

"Kak Ola, apa yang harus Azka lakuin biar Kak Ola gak sedih?" tanya Azka pelan.

Biola menggeleng pelan bersamaan dengan setetes air mata yang jatuh mengenai pipinya. Gadis itu mendongak, menatap kendaraan yang melewati mobil yang tengah dinaikinya.

"Kak Ola, Azka boleh tanya sesuatu?" tanya Azka sedikit ragu. Ia takut pertanyaannya ini malah membuat Biola tersinggung ataupun semakin sedih.

Biola beralih menatap cowok di sampingnya. Azka yang melihat respon baik dari Biola pun berdeham sebelum berbicara.

"Kak Athan ninggalin Kak Biola itu maksudnya ... meninggal?" tanya Azka ragu. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati ketika melihat ekspresi datar milik Biola.

"Maaf, Kak. Gak usah dijaw—"

"Dia pergi. Bukan meninggal," potong Biola membuat Azka terdiam.

"Pergi? Ke mana?" tanya Azka setelah beberapa menit terdiam.

Biola menghela nafas panjang hingga hembusan nafas itu terdengar di telinga Azka.

"Gak tau," balas Biola.

"Kak Athan nggak pamit?" tanya Azka lagi.

"Pamit," singkat Biola.

Azka mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan penjelasan Biola yang terpotong-potong seperti ini.

"Sorry kalau Azka lancang," ujar Azka tak enak.

Biola menggeleng sembari menghapus jejak air matanya. Dia menolehkan wajahnya ke arah Azka.

"Makasih," ujar Biola. Meskipun berucap demikian, namun ekspresi gadis itu tetaplah datar.

Azka menganggukkan kepalanya. "Kak Ola mau diantar kemana sekarang?"

"Gak usah. Mending lo balik ke apartemen Askal," ujar Biola.

Azka menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak. Azka mau antarin Kak Ola dulu."

"Jangan keras kepala. Askal itu nekat, lo bisa dimusuhin sama dia kalo sampe dia tau lo bantuin gue ke luar kayak gini."

"Kak Ola tenang aja. Azka udah nyiapin seribu alasan untuk bilang ke Bang Askal kalo Kak Ola kabur," ujar Azka sembari tersenyum.

Biola mendengus. "Tetep aja. Mending lo bal—"

"Nggak, Kak. Udah, Azka antarin ke rumah Kak Ola, ya?" tanya Azka meminta persetujuan.

Biola menggeleng cepat. "Gak. Gue bukan mau ke rumah."

"Terus mau ke mana?" tanya Azka.

Biola menghembuskan nafas kasar lalu menegakkan badannya.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang