49 - Sakit Jiwa?

32 14 16
                                    

"Ahaha ahaha nangis kayak bocil!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahaha ahaha nangis kayak bocil!"

"Ahaha ahaha!"

"Apa lo?!" tanya Biola galak.

Gadis dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya itu kini tengah berjalan di atas trotoar sembari menangis. Acara pernikahan Mauren belum selesai, namun ia kabur untuk menemui Bu Hani yang terus meneleponnya berkali-kali agar ia pergi ke sekolah saat ini juga.

Awalnya Biola tidak peduli dengan gurunya itu, namun dering telepon membuat suasana galaunya terganggu. Ya, Biola masih galau karena Athan belum menampakkan batang hidungnya semenjak hilang dari kamar Biola.

"Ahaha ingusan!" ledek salah satu anak kecil yang sedari tadi membuntuti Biola.

Biola yang sudah naik pitam pun membalikkan badannya lalu membulatkan matanya berniat agar terlihat menyeramkan. "Pergi kalian semua!"

"Nggak mau! Wle!" ujar salah satu anak kecil berambut keriting.

"Kasian si Kakak, pasti habis diputusin selingkuhannya!"

"Ahahaha kasian!"

"Ih Kakak ada ingusnya!"

"Ih jolokkk HAHAHAHA!"

"STOPPP!!!!!" teriak Biola emosi membuat keempat anak kecil itu seketika terdiam. Kini mereka menampakkan ekspresi takutnya.

"Ka—"

"KABULLL!!!" teriak salah satu anak kecil berbaju merah.

Biola membulatkan matanya kesal ketika keempat anak kecil itu berlari menjauhinya setelah mengganggunya selama perjalanan menuju sekolah. Benar-benar kekurangan akhlak!

"Dasar bocil nggak waras!" umpat Biola dengan kepalan tangannya.

Setelahnya, ia kembali melanjutkan langkahnya menuju gedung sekolah. Terlihat beberapa murid sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Entahlah, Biola tidak tahu mengapa mereka ada di sana. Tapi, Biola merasa mereka memperhatikannya sembari berbisik-bisik.

"MASUK! ADA ORANG GILA!" Mendengar instruksi dari salah satu siswa, murid-murid lainnya berlarian memasuki area sekolah setelah melirik Biola.

Biola yang diperlakukan seperti itupun hanya bersikap acuh tak acuh. Ia pikir, pasti mereka melakukan itu karena diperintah oleh Arbel dan kedua buntutnya.

Menatap satpam yang tengah berjaga, Biola menghampirinya. Sang satpam terkesiap ketika melihat gadis itu mendekatinya.

"Pak, ka—"

"M-masuk a-aja," ujar satpam sekolah dengan keringat dingin.

Biola mengerutkan dahinya melihat tingkah aneh satpam sekolahnya itu. Ia hendak memegang lengan besarnya, namun sang satpam seketika berlari seraya bergidik menjauhinya.

"Ini pada kenapa sih?" tanya Biola pada dirinya sendiri.

"Apa si Arbel berhasil mempengaruhi satpam juga?" lanjutnya.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang