12 - Semakin Rumit?

44 18 7
                                    


Setelah memperingati Athan di taman tadi, Biola memutuskan untuk berjalan sampai ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memperingati Athan di taman tadi, Biola memutuskan untuk berjalan sampai ke rumahnya. Hingga saat ini, Biola sudah sampai di depan pagar rumahnya dengan ekspresi yang tidak mengenakkan.

Kedua bola mata Biola menangkap mobil putih yang terparkir di bagasi rumahnya. Ia sedikit asing dengan mobil tersebut, karena Mauren tidak pernah mempunyai mobil berwarna putih. Wanita itu penggila warna merah, makanya warna mobilnya senada dengan warna kesukaannya.

Dengusan nafas pelan terdengar dari hidung Biola. Kakinya kembali melangkah membuka knop pintu utama.

Cklek

Keadaan di dalam rumah rupanya sedang ramai, namun tak berselang lama orang-orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu menghentikan kegiatannya ketika Biola membuka pintu.

"Ola?" panggil seorang pria dewasa.

Suara itu. Suara yang sudah sejak lama tak menghiasi pendengarannya. Suara yang bahkan sedikit asing baginya sekarang.

Pria bernama Alvian itu bangkit dari duduknya lalu menghampiri Biola yang kini termenung. Dengan secepat kilat, Alvian—Papa Biola berhambur memeluk anak gadisnya.

"Apa kabar, nak?" tanya Alvian mengelus rambut milik Biola yang terurai.

Gadis itu hanya terdiam dengan tatapan nanar nya. Segala rasa bercampur di benaknya. Jujur, Biola sangat rindu dengan sang papa, tapi rasa benci dan kecewa di dalam hatinya terlalu mendominasi. Sehingga rasa rindu itu berubah menjadi rasa sakit yang sebelumnya tak pernah Biola rasakan.

"Ola? Baik-baik aja, kan?" Alvian mengurai pelukannya sembari menatap mata sang anak.

"Kok anak Papa nangis?" tanya Alvian.

"Ayah, dia cengeng, kan? Aku aja anak ayah nggak nangis!" celetuk seorang anak kecil berumur sekitar tujuh tahun.

Alvian menolehkan wajahnya ke belakang seraya terkekeh. "Anak Ayah gak ada yang cengeng."

"Tapi Tante itu cengeng, Ayah!!" ucap anak kecil itu lagi.

Biola menatap ke atas guna menahan lapisan air matanya yang kian memberontak. Merasakan pergerakan dari Biola pun, Alvian kembali memusatkan perhatiannya pada Biola.

"Cerita sama Papa. Ada apa?" tanya Alvian.

"Nggak cukup buat ceritain semuanya," balas Biola setelah sekian lama terdiam. Ia sangat kecewa dengan Alvian. Pria itu meninggalkannya selama satu tahun. Dan selama itu juga Alvian tak pernah menghubunginya.

Ingat kan Biola pernah mengirim pesan pada papanya itu? Ya, dibalas saja tidak. Memang Alvian itu sepertinya tidak peduli lagi terhadapnya, pikir Biola.

"Papa bakal nginep di sini sama adek kamu selama tiga hari. Jadi, kamu bisa cerita sepuasnya sama Papa," ujar Alvian tersenyum.

"Tiga hari?" tanya Biola tak percaya. Setelah meninggalkannya selama satu tahun, pria itu kembali hanya untuk tiga hari?

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang