7 - Main Hujan

60 23 4
                                    

"Ck, tapi hujan," keluh Biola menatap hujan yang tak henti-hentinya turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ck, tapi hujan," keluh Biola menatap hujan yang tak henti-hentinya turun.

"Pake payung aja," saran Athan.

"Ya gue tau! Tetep aja hujan!" desis Biola. Dirinya kini tengah memikirkan bagaimana cara menjemput Bi Marti yang terjebak hujan di supermarket. Wanita itu tidak membawa payung, dan halte angkutan umum pun jauh dari lokasi supermarket itu. Taksi? Bi Marti bukan wanita paruh baya kekinian yang sudah menguasai ponsel. Bahkan ponsel milik Bi Marti masih model jaman dahulu.

"Daripada bibi di sana terus-terusan," ucap Athan membuat Biola berpikir keras.

Setelah beberapa saat, Biola menolehkan wajahnya pada Athan.

"Lo naik apa ke rumah gue?"

"Terbang," ucap Athan.

"Yang bener!" Tangan Biola melayang memukul bahu cowok itu.

"Gue gak boong. Tapi kalo lo mau lebih manusiawi lagi, gue datang ke sini ya jalan."

"Jalan? Rumah lo sekitar sini?"

Athan menggeleng, "Nggak."

"Terus?"

"Lo bukan tukang parkir, Bi. Jangan bilang terus."

Biola memutar bola matanya, "Ya maksud gue, emangnya rumah lo dimana sampe lo jalan ke sini."

"Jauh ... banget!" ucap Athan serius.

"Terus ngapain lo capek-capek ke rumah gue? Gabut lo?" tanya Biola.

"Bukan gabut. Tapi gue harus melindungi lo...."

"... dari diri lo sendiri."

Biola mengerutkan dahinya heran. Sepertinya cowok ini sedang dalam kondisi sangat tidak waras.

"Terserah lo! Gak nyambung dasar!"

"Suatu saat, lo akan tau apa maksud gue," ucap Athan tersenyum.

"Udah ah, gue mau jemput bibi!" Biola membalikkan badannya lalu berjalan menuju luar rumah. Athan mengikutinya dari belakang.

"Gue mau jemput bibi, lo balik aja," ucap Biola setelah keduanya sudah di teras rumah.

"Gue ke sini kan buat nemuin lo, jadi gue bakal ikut lo."

"Terserah. Tapi lo jangan ribetin gue!" peringat Biola lalu kakinya hendak melangkah, namun Athan menahan pergelangan tangan gadis itu.

"Eh-eh mau kemana?" Pake payung dulu anjir." Athan mengambil payung berwarna hitam yang terletak di pojok teras rumah Biola.

Setelahnya cowok itu memakaikan payung tersebut di atas kepala Biola.

"Gue bisa sendiri!" Biola mencoba merebut payung hitam itu, namun Athan memegangnya kuat.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang