38 - Askal Berubah?

24 15 6
                                    

"DOR!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DOR!"

Biola terlonjak kaget sembari membalikkan badannya. Kedua matanya membulat melihat seorang pria yang kini tersenyum di depannya dengan wajah tanpa dosanya.

Jika kalian mengira cowok itu adalah Athan, maka kalian salah besar. Karena cowok itu bukanlah Athan, melainkan ....

"Ngapain lo di sini, Askal?" tanya Biola dengan alis mengerut kesal.

Melihat Askal, membuat emosinya seketika naik. Mungkin karena kejadian di apartemen cowok itu waktu lalu.

Askal terkekeh kecil lalu duduk di sofa hijau itu. "Ini privat room yang gue pesan."

"Untuk kita berdua," lanjutnya setelah memberi jeda.

Kedua mata Biola membulat kaget sekaligus tak terima. "Mana Qiya?!"

"Qiya?" Cowok itu lagi-lagi terkekeh.

"Dia di rumahnya lah," jawab Askal santai.

Ingin sekali Biola menjambak rambut Askal sekarang juga. Dia baru tersadar, sepertinya Qiya bekerjasama dengan Askal. Sialan!

"Gue mau balik!" ketus Biola lalu berjalan menuju pintu privat room. Tangannya sibuk menggerakkan knop pintu, namun tak kunjung membuka.

Cowok yang kini tengah memakan kentang goreng tertawa renyah melihat kebodohan Biola.

"Ola, mending duduk sini," ajak Askal dengan tawa kecilnya.

Biola melirik sinis cowok itu lalu berusaha membuka pintu berwarna coklat itu lagi. Beberapa menit ia mengeluarkan seluruh tenaganya, namun pintu tak kunjung berpihak padanya.

Menyerah. Biola membalikkan badannya melihat Askal yang tengah memainkan ponselnya santai. Namun kegiatan cowok itu terhenti ketika Biola menatapnya dendam.

"Sini." Askal menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

Biola tak bergeming. Mata tajamnya itu terus menghunus cowok yang menjebaknya itu.

"Keluarin gue dari sini." Kali ini nada bicara Biola terdengar dingin.

Askal meneguk minuman sodanya lalu beranjak mendekati Biola. Ditatapnya penampilan Biola dari atas sampai bawah, lalu disusul dengan senyuman di bibirnya.

"Sorry, waktu itu gue khilaf. Gue nggak akan apa-apain lo kok. Jadi, nggak usah takut gitu," ujar Askal.

Biola tetap pada ekspresi dinginnya. Tidak mudah bagi ia mempercayai ucapan orang lain, apalagi ini Askal. Cowok yang notabennya pernah 'hampir' mencelakai dirinya.

"Gue gak butuh permintaan maaf Lo. Yang gue butuhin, kunci. Sini," ujar Biola sembari menengadahkan sebelah tangannya.

Bukannya memberi kunci pintu privat room, cowok itu malah menarik lengan Biola menuju sofa. Biola sendiri tak dapat memberontak, tenaga Askal sangat kuat.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang