21 - Hari Bersama Papa

39 21 3
                                    

Pagi itu, setelah kejadian kemarin di mana dirinya dan Athan hujan-hujanan dengan perdebatan yang hebat, Biola kini terbaring lesu di kasur miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, setelah kejadian kemarin di mana dirinya dan Athan hujan-hujanan dengan perdebatan yang hebat, Biola kini terbaring lesu di kasur miliknya. Suhu tubuhnya memanas seketika pada waktu tengah malam. Namun gadis itu tak melakukan upaya apapun untuk menurunkan suhu di tubuhnya itu.

Bi Marti selaku asisten rumah tangga Biola juga menghilang akhir-akhir ini. Biola tak tahu wanita setengah baya itu ke mana perginya, yang jelas di rumahnya hanya ada dirinya sendiri.

Alvian? Entahlah, Biola tak pernah melihat pria itu lagi semenjak ia pergi ke sekolah. Mauren pun sudah lama tak mengunjungi rumahnya ini.

Biola tidak peduli. Ingat, tidak peduli!

Cklek

Suara decitan pintu seketika menghentikan lamunan Biola. Gadis itu menatap ke arah pintu, di mana seorang pria yang baru saja melintas di pikirannya berdiri di sana.

"Ola." Alvian memasuki kamar Biola dengan wajah bersalahnya.

Biola seketika menatap ke arah lain. Dia sama sekali tidak mau menatap orang yang tak bertanggungjawab itu.

"Maafin Papa," ujar Alvian sendu. Pria itu berjongkok di pinggir kasur Biola. Tangan kasarnya mengelus rambut anak semata wayangnya itu.

"Kejadian kemarin lalu itu di luar kendali Papa. Papa minta maaf, Ola," ujar Alvian dengan nada menyesal.

Biola mendengus, enggan menatap Alvian. Namun tiba-tiba perkataan Athan kemarin melintas di pikirannya.

"Kalo lo mau ikutin apa kata gue, gue akan menghilang dari hidup lo sesuai ucapan gue."

"Gue ... janji."

"Bio—"

"Oke," final Biola membuat ekspresi Alvian seketika berubah senang.

"Biola maafin Papa," ujar Biola dengan hati yang sedikit tak ikhlas.

Biola melakukan ini bukan murni keinginannya, ia hanya mengikuti permintaan Athan agar cowok itu pergi dari hidupnya.

"Kamu serius?!" ujar Alvian dengan senyum di wajahnya.

Biola mengangguk sembari memaksakan senyumnya.

Saat itu juga Alvian memeluk Biola dari samping. Alvian terlalu senang, sampai air matanya turun mengenai rambut Biola.

"Papa nangis?" tanya Biola. Dia berusaha untuk menerima papanya itu lagi.

Alvian terkekeh sesaat sembari merenggangkan pelukannya. "Papa terharu, kamu mau maafin Papa."

Biola tersenyum kilas. "Papa gak usah sampe nangis, kayak dapat lotre mobil aja."

Alvian terkekeh dibuatnya. Tangan pria itu kembali mengelus rambut sang anak. Namun ketika kulit tangannya tak sengaja menyentuh dahi Biola, kerutan di dahinya seketika muncul.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang