13 - Karena Nyamuk

48 19 3
                                    

"Ola, mau ke mana kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ola, mau ke mana kamu?"

Kaki berkulit putih pucat itu menghentikan langkahnya. Sang empu membalikkan badannya, menatap sang papa beserta adik tirinya yang kini berdiri di meja makan.

"Pergi," jawab Biola singkat.

"Ke mana?" tanya Alvian lagi.

"Bukan urusan Papa," ujar Biola dengan ekspresi malas.

"Ola, kamu itu tang—"

"Nggak usah ngomongin tanggung jawab lagi deh, Pa. Biola bukan prioritas jadi gak usah pedulikan Biola," potong Biola sedikit ketus.

"Ola, anak Pap—"

"Ayah! Katanya mau ajak adek jalan-jalan? Kok malah ngomong sama Tante itu, sih?" rengek Kaysa. Gadis kecil itu sudah siap dengan dress mininya. Alvian pun sudah rapi. Sepertinya, mereka memang akan berpergian.

"Tuh, mending urusin tanggung jawab Papa ke dua," balas Biola jutek lalu hendak berjalan ke luar rumah, namun suara Alvian menghentikannya.

"Ola. Kalo kamu mau ke luar cari hiburan, ikut sama Papa dan Adek. Kita mau ke pasar malam," ucap Alvian menawarkan. Alvian sangat memaklumi sikap jutek Biola kepadanya, karena dirinyalah yang membuat sang anak seperti itu.

"Yang ada bukan hiburan, tapi malah tertekan." Biola terkekeh hambar.

Alvian ikut terkekeh, "Lucu juga ya candaan kamu."

Seketika Biola menetralkan ekspresinya kembali. Jadi, ia terkekeh hambar itu menurut Alvian adalah sebuah candaan kebahagiaan? Yang benar saja!

"Sayangnya bukan candaan, tapi sarkasan," ujar Biola sedikit menyunggingkan senyum mirisnya.

"Biola pamit." Kaki Biola kembali melangkah ke luar rumah. Alvian tidak menahan gadis itu lagi, karena otaknya sibuk berpikir mengenai ucapan Biola sebelum pamit. Dalam kata lain, otak Alvian nge-lag.

Biola berjalan ke luar pagar rumah. Bi Marti yang sedang membereskan alat kebersihan pun seketika mendongakkan kepalanya lalu berteriak, "Non Ola!"

Gadis dengan kaos pendek dan celana selutut itu membalikkan badannya. Bi Marti dengan cepat berlari ke arah Biola.

"Non, mau ke mana atuh?"

"Ke luar," jawab Biola seadanya.

Sang asisten rumah tangga itu menatap langit malam lalu meringis kecil. Wajahnya menampilkan ekspresi khawatir.

"Nggak di dalam aja gitu? Ini udah malam, Non. Bibi takut Non diculik atau sakit gitu," ucapnya.

Biola menggelengkan kepalanya pelan. "Biola bisa. Biola pamit."

Setelah mengusap bahu wanita paruh baya itu, Biola kembali melangkah berjalan di atas trotoar.

"HATI-HATI, NON!" teriak Bi Marti yang tidak ditanggapi Biola.

Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang