12| Somewhere More Private with Your Ex

10.9K 654 19
                                    

" ... dalam 24 jam terakhir, tercatat sudah mencapai 127 jumlah pasien meninggal dunia akibat infeksi virus Covid-19. Dengan itu, total angka kematian akibat Covid-19 telah mencapai angka 4.134 ..."

Vic menutup portal berita yang muncul pada kolom rekomendasi berita browsernya lalu membiarkan layar dengan ilustrasi abstrak berwarna ungu menatapnya. Dengan satu embusan napas, Vic menempelkan keningnya pada lutut.

Sejak mendengar kabar dari Karina tentang kepergian sang ayah, semua berita kasus Covid-19 terus mengganggunya. 

Setiap buka browser, rekomendasi berita Covid-19 muncul. Saat sedang menggulir timeline Twitter, selalu bermunculan berita meminta bantuan dan doa untuk keluarga yang terkena Covid-19. Status WA pun kini penuh dengan tampilan hitam dan tulisan putih yang isinya kurang lebih sama; meminta info rumah sakit dengan fasilitas ICU untuk pasien Covid-19.

Apakah sebelumnya memang sudah seperti itu?

Atau karena mendengar berita dari Karina yang berdampak membuat Vic lebih sadar dengan kondisi di sekitarnya?

Rasanya menyesakan.

Berita anggota keluarga jatuh sakit bahkan sampai meninggal dunia membuatnya kehilangan semangat beraktivitas.

Dengan posisi kepala dimiringkan, Vic menatap layar ponselnya. Tampilan foto keluarganya masih di sana. Terpendam bersama ribuan foto lain dalam memory card miliknya dan hari ini—secara tiba-tiba—kembali dibukanya tanpa alasan yang jelas. Setelah melihatnya, Vic membiarkannya begitu saja.

Pada akhirnya, sama seperti setiap berita dan update status orang-orang, Vic menutup pula foto tersebut. Ponsel lamanya dia simpan dalam laci dan dikuncinya rapat. Berharap tidak akan muncul kesempatan lain di mana dia harus membuka laci itu lagi.


| Karina (NEW): Thanks, Vee! It means a lot, I swear! I miss you alrd!


Sudut bibir Vic terangkat membentuk sebuah senyuman ketika dia mengirimkan balasan menggunakan stiker berbentuk hati besar yang berdetak. It hasn't been that long tapi harus diakuinya, Vic rindu bertemu Karina. Dia ingin melihat teman kosnya satu itu untuk sekadar tahu kabar dan memastikan Karina baik-baik saja.

"Victoriaaa~ main, yuk!"

Mendengar suara nge-bass Robyn membuat Vic terlonjak dari kursinya. Dia buru-buru membuka pintu usai membetulkan cepolan rambutnya. "Kayak bocah deh, Byn."

Robyn terkekeh. "Cari makan, yuk. Gue laper dan gue tau lo lagi nggak fit untuk masak."

"Mau makan ke mana? Kan lagi—"

"McD sama KFC ada yang drive thru. Nggak usah makan di tempat. Bungkus dan makan di rumah kan bisa." Melihat reaksi bingung Vic, Robyn berdeham. "Should I say the secret password? Pretty please?"

Vic tertawa lalu mengangguk. "Because you're so cute, I give you a 'yes'."

"Okay, gue tunggu di mobil, ya?" Robyn sudah berbalik, siap menuju mobil. Beberapa langkah kemudian, dia berbalik. "Boleh request 'nggak usah dandan'? Keburu gulung tikar itu McD kalo nunggu lo dandan."

"No! Cowok nggak boleh ngatur-ngatur cewek dalam hal make up or clothes. Tunggu di mobil aja, gih."

Sambil berdecak, Robyn meneruskan langkahnya menuju parkiran.


✿✿✿


When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang