39| Silent Love - 3

6.3K 439 59
                                    

Sambil menutup botol kopinya, Vic melihat ke layar. Membaca komentar yang masuk dari penontonnya.

"'Kopi sebanyak itu, bisa abisin sendiri?'," bacanya sambil memandang botol kopi besar dalam genggaman. Vic tertawa. "Hai, LaughingJose89! Ini aku minum bareng sama temen-temen. Terus ini tuh bisa tahan tiga hari kalo disimpen di kulkas. Menurut aku, sih, jatohnya jadi lebih hemat daripada beli yang cup."

"Dan untuk ngejawab pertanyaan Mr.RendyJK1, ini dikasih. Bukan sponsor atau endorsement," sambung Vic sambil mengedipkan mata. "Anyway, tentang Q&A yang kalian kirim tempo hari. Masih banyak yang belum kujawab. Kita jawab lagi, yuk?"

Vic mengeluarkan ponsel lain dari laci lalu membuka catatan berisi rangkuman pertanyaan, username pengirim, dan detail lain yang sudah dia sortir. Sambil membetulkan posisi jaket penuh payet yang mengilat setiap dia bergerak, Vic tertawa ketika melihat ada sebuah komentar yang menyuruhnya membuka lebih lebar jaket tersebut.

"Masih pagi, ih. Udah buka-buka aja," serunya gemas. "Oke, pertanyaan pertama. Ini banyak banget yang nanyain ... sekitar tiga puluh akun ... 'Is Victoria my real name?'. Kepo banget, nih."

Setelah menengguk kopi, Vic menyilangkan tangan di meja. Dia menatap layar ponsel tempat merekam live. "Iya, nama asliku emang ada Victoria-nya. Aslinya ada dua suku kata, tapi aku terbiasa nulis cuma satu dan kebawa sampe waktu daftar kuliah. Kalo di absensi mahasiswa, namaku kedua paling bawah. Sedih banget, kan?" Vic mengerucutkan bibirnya. "Kalian kalo suatu saat punya anak, jangan kasih nama alfabet buntut, ya? Kalo lagi di absen panggil nunggunya bosen."

Dan kolom komentar bergerak cepat sepanjang Vic menjawab daftar pertanyaan yang dia miliki. Ada yang merespon jawaban Vic, ada yang menambah pertanyaan, ada yang promosi barang, dan juga ada yang sibuk mengobrol satu sama lain. Sesekali Vic menanggapi komentar di sela waktu menjawab pertanyaan. Dia juga menyanggupi permintaan penonton untuk melakukan pose-pose manis yang katanya akan disimpan untuk kenang-kenangan.

Wynd_: Sisteeeuurr!! Seksi banget sih :(
Wynd_: Kangen deh aku!
Wynd_: Telponan yukk yukk

"Wyn! Apa kabar?" sapa Vic sambil menggulir layar ponselnya. "Guys, look! Our lovely sister, Wyn, is here. Go follow her, guys. Dijamin bakal panas IG Story kalian."

Wynd_: Hihi! Sure will! Tapi gak bakal ngalahin hot-nya kamuuu
Wynd_: Ap kbr mas pcr :p
Wynd_: Vic udh pny pcr guys!

Komentar dari akun bernama 'Wynd_' itu langsung disambut meriah oleh para penonton. Untuk tujuan yang berbeda, mereka semua bersahutan menanyakan siapa pacar baru Vic. Menanggapi komentar yang membludak—terutama yang menyuarakan amarah dan kekecewaan karena Vic sudah punya pacar—Vic memasang wajah memelas.

"Kan pacar aku kalian semua. Lupa, ya?" tanyanya sambil mengerucutkan bibir. "Wyn iri aja nih aku punya 'Kesayangan'. Makanya cari pacar, Wyn."

Di kolom komentar, Wyn mengetik balasan dengan tiga emoji bibir merah. Namun, di aplikasi WA, wanita yang berprofesi sebagai sesama selebgram itu kembali mengingatkan Vic untuk menghubungi saat waktunya sudah senggang.


✿✿✿


| Windy (Wyn): Vic! Kalo udh kosong kabarin aku yaa
| Windy (Wyn): Ad yg mau kuomongin. Penting bangeeeett

| Obyn: Alexander Victoria
| Obyn: Dua kata tuh :p
| Me: Victoria Efraim doongg! hehe :p
| Obyn: jamet bgt :(

Mata Fabian terus memperhatikan layar laptopnya yang belum berganti dari tampilan aplikasi chat. Usai mengantar orang tuanya di kediaman keluarga Efraim di kawasan Menteng, Fabian langsung menuju ruangannya di kafe. Dalam diam dia terus memperhatikan bagaimana nama-nama itu silih berganti menduduki posisi paling atas karena Vic membalas setiap pesan yang mereka kirimkan.

Sejauh ini, masih belum terlihat tanda-tanda Vic menanggapi chat dari Pratama maupun nomor asing lain. Vic hanya meladeni kontak yang sudah tersimpan di kontaknya.

"Pacarmu itu selebriti, ya?" Dygta menyeruak masuk tanpa aba-aba. Pintu terbanting menutup dan dia segera mendudukan diri di seberang Fabian. "Dari tadi banyak yang nge-WA dan nanya apa kita jual kopi seperti yang Vic minum. Memangnya dia ngapain? Kamu suruh promosi?"

Fabian menutup aplikasi lalu membiarkan laptopnya tetap menyala. Dia menerima ponsel yang diberikan oleh Dygta dan melihat puluhan chat yang belum dibalas. Dengan seulas senyum, Fabian mengembalikan ponsel itu.

"Dia selebgram. Bisa dibilang influencer. Apapun yang dia perbuat di dunia maya, penggemarnya bakal ngikutin."

"Penggemarnya banyak?"

"Tadi pagi tembus 25.000 followers dan terus bertambah setiap detik."

Dygta melongo beberapa saat sebelum kembali meladeni chat yang masuk. "Sebenarnya bagus kalau pacarmu itu bisa ngasih banyak keuntungan, tapi aku capek, Bi. Nih, liat. Ada orang yang foto WA-nya kayak kuli bangunan yang nanyain harus beli berapa botol biar bisa meet up sama pacarmu."

Fabian menanggapi dengan tawa kecil.

"Oh, iya. Tadi pagi ada yang nyariin kamu. Sepasang. Yang perempuan cantik dan badannya bagus, kayaknya model. Kalo yang laki-laki ... seingatku dia datang ke sini waktu ada teman-temanmu."

"Tama?"

"Mukanya kayak penjual bakso yang di belakang minimarket."

Fabian menyipitkan matanya. "Luqman?"

"Nggak tau namanya," aku Dygta sambil terus mengetik di ponsel milik kafe. "Dia cuma dateng untuk ngingetin jangan lupa cek email."

Tangan Fabian bergerak di atas trackpad dan membuka satu pesan yang dikirim oleh email pribadi milik Luqman. Saat membuka email tersebut, mata Fabian membelalak.

"Brengsek."

Dygta berhenti mengetik ketika mendengar umpatan itu keluar dari mulut rekan kerjanya. Hanya dengan melirik, dia bisa melihat bagaimana rahang si pemilik kafe mengeras. Belum lagi tangan yang berada dekat laptop tampak mengepal erat.

Penasaran dengan isi email tersebut, Dygta meletakan ponsel di meja lalu berjalan memutari meja.

Pada layar terpampang beberapa foto yang memperlihatkan dua sosok dari kejauhan. Setiap sosok difoto di waktu yang berbeda dengan pakaian yang berbeda-beda pula. Dua sosok itu sepertinya tidak sadar ada yang sedang memotret mereka beraktifitas.

"'Pantas santai-santai, ternyata sudah tinggal bersama. Gawat juga kalau sampai terdengar pimpinan'." Dygta membaca kalimat dalam badan email sambil menyilangkan tangan di dada lalu melirik pada Fabian. "Ternyata dugaanku benar, Bi. Pacarmu itu wanita berbahaya."


-------------------------


A/N:

Pendek ya bab ini :(
Bukan karena writer's block, tapi emang aku lagi menikmati hari libur dengan bermalas-malasan :')

Semoga kalian terhibur, ya~

Tim Fabian, siapkan hati kalian, ya ;)
Heheheh.


When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang