32| It Feels Empty

6.5K 445 69
                                    

Sepi.

Satu kata itu melintas di kepala Ganesa ketika dia memarkir mobilnya di lahan parkir samping gedung kos.

Ya, maklum saja. Jam menunjukan pukul sepuluh malam. Sebagian besar penghuni pasti sudah di kamar masing-masing.

Setelah memarkir jipnya di samping Pajero milik Fabian, Ganesa menggemblok ranselnya di satu bahu. Tidak lupa dia mengikat rambutnya membentuk cepolan kecil sebelum turun.

Sambil bersiul, dia menyusuri jalan setapak menuju gedung kos. Sekilas lewat, semua motor rapih terparkir. Hanya motor milik Mike yang diparkir agak ke dalam yang setengahnya tertutup daun-daun yang tumbuh subur.

Bahkan ketika sandal jepitnya melangkah, bunyi gemerisik daun kering pun terdengar begitu nyaring di malam hari.

Dasar penghuni durhaka, getir Ganesa sambil memungut satu gelas bekas kopi yang tergeletak di tanah. Gelas itu sudah penyok dan kotor. Pasti sudah diinjak-injak oleh penghuni yang lewat, tapi tidak ada yang berinisiatif memungutnya. "Nanti kalo ditarik iuran kebersihan, ngamuknya kayak kerasukan setan," gumamnya jengkel.

Setidaknya, ruang tengah dan dapur terjamin bersih dan rapih. Begitu pikir Ganesa ketika memeriksa ruangan di lantai satu dan mampir ke dapur untuk mengambil minum. Pria itu duduk di depan meja panjang lalu mengeluarkan ponselnya tepat saat seseorang masuk ke dapur.

"Welcome back," sapa Fabian sambil membawa dua buah mug dan satu botol minum, serta beberapa sampah bekas camilan.

"Masih kerja, Yan?"

"Nggak, abis Netflix-an."

Ganesa hanya mengangguk tidak peduli. Saat Fabian mencuci gelas, barulah Ganesa menyadari mug ungu yang sedang dibilas oleh sang dosen.

"Gue duluan, ya," ujar Ganesa sebelum meninggalkan dapur. Dia tidak mendengarkan apa balasan Fabian, karena langkahnya dengan cepat menuju depan kamar yang terletak di dekat tangga.

Keinginannya untuk mencari tahu apakah si pemilik kamar ada di dalam begitu besar, terlebih setelah mendengar dan melihat Fabian mengurus mug ungu tadi. Dia mengetuk pintu dua kali dan tidak ada respon.

Maybe she's in his room.

Berita Fabian dan Vic jadian—yang dia ketahui dari cara Jacob yang terus menyebutkan 'Hubby' dan 'Wifey' dalam percakapan—cukup membuat Ganesa tercengang. Bukan kaget, hanya tidak bisa percaya apa yang didengarnya.

Ganesa tahu Vic 'penasaran' karena Fabian memperlakukannya berbeda dengan penghuni lain. Wanita itu merasa diasingkan karena kesalahan yang sebenarnya tidak pernah dia perbuat. Beberapa kali Vic curhat tentang bagaimana Fabian bereaksi dingin terhadapnya dan sejujurnya, bagi Ganesa, itu normal. Sepanjang tahun dia mengenal Fabian, pria itu memang dingin terhadap wanita yang belum dekat. Kecuali pada Fathia yang cenderung ... hm, 'menghampiri' dengan sukarela.

Waktu itu pun Ganesa memberi saran agar Vic bicara pada Fabian. Tujuannya agar Vic berhenti overthinking. Dia tahu wanita favoritnya itu akan terus memikirkan dan berprasangka buruk sampai terbukti faktanya.

Alasannya sederhana.

Di gedung kos, Fabian adalah satu-satunya penghuni seusia dengannya yang cukup sering mengobrol dan satu-dua pandangan mereka sejalan. Beberapa tahun mengenal Fabian, Ganesa cukup yakin pria itu bukan tipe yang akan tiba-tiba membenci orang yang tidak pernah dia kenal secara dekat. Buktinya dia adalah salah satu penghuni kos yang masih bisa mentolerir Fathia dan segala tingkah ajaibnya.

Pria yang berprofesi sebagai pengajar dan pebisnis itu memang terlihat kompleks, tapi dia begitu sederhana setelah kenal dekat.

Dan tentang Fabian Efraim.

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang