18| The Complaints

7.9K 585 59
                                    

"We have way too many problems in this building," keluh Jacob yang mulai lelah mendengarkan keluhan dari para penghuni KB. Dia menyesal mengajukan diri untuk bicara duluan dan itu pun terselesaikan dengan mudahnya. Masalahnya hanyalah bau apek pada bantal sofa di setiap lantai.

Robyn pun sama. Dokter satu itu sudah tidak fokus dengan jalannya pertemuan dan tampak begitu serius di depan laptop yang dia letakan di pangkuannya.

Mike sudah selesai mengajukan pertanyaan berkedok protes mengenai kebijakan pemakaian tv di ruang tengah. Untunglah di buku dosa masih ada catatan di masa lampau mengenai aturan pakai–yes, he's allowed to watch anime when the tv is not in use as long as he keep the voice bearable.

Fathia?

Anehnya tidak banyak yang dia keluhkan selain suara obrolan tengah malam dan genjrengan ukulele absurd Ganesa serta permintaan pemakaian gudang untuk jadi penyimpanan sementara seluruh kardus berisi barang endorse miliknya.

"Mumpung lagi dibahas Fathia, gue juga mau mengajukan keluhan tentang kardus-kardus itu. Kalo gudang, kayaknya bakal susah, ya? Karena kita cuma punya satu gudang dan itu udah kepake untuk nyimpen alat."

"Aku udah ngehubungin kontak yang kamu kasih, Bi—"

Seluruh penghuni yang hadir di ruang tengah tampak mengernyit kompak mendengar panggilan akrab Fathia untuk Fabian.

"—tapi belum diangkat. Kayaknya sibuk. Nanti kalo udah bisa kuhubungi, aku bakal pindahin kardus-kardus ini, kok. Maaf, ya, aku bikin kalian semua kerepotan. Untung Bian ngasih tau aku. Kalian juga kalo ada keluhan apa-apa bilang aja, ya?"

"Bilangnya harus lewat 'Bian' supaya keluhan kalian valid," sindir Robyn.

"Nggak perlu lewat Bian, kok. Kamu kalo ada keluhan tentang aku juga bisa bilang langsung, Robyn."

Robyn mendongak dan menunjukan sebuah senyuman manis. "Nggak perlu, Fathia. Aku lebih suka menyampaikan langsung keluhanku ke Bu Kos biar lebih privacy."

Di tempat duduknya, Jacob mati-matian menahan keinginan untuk tertawa. Tidak ada satu pun yang menyangka seorang Robyn akan terang-terangan menyerang Fathia. Terlebih dia sampai menirukan gaya berbicara Fathia yang lemah lembut.

"Bisa kita terusin?" lanjut Fabian yang memberi kode pada Ganesa. "Lo sendiri belum dapet giliran ngomong. Vic juga."

Ganesa menggaruk kepalanya sambil mengangguk. "Iya, bener. Gue belum ngeluh betapa lapernya gue sekarang dan mulut gue mulai asem." Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap Vic. Namun, apa yang dilihatnya membuat Ganesa berhenti sejenak. "Baby Girl, you have something to share?"

Vic melirik ke arah Ganesa lalu terlihat berpikir. "Ada, sih. Tentang tempat sampah sama jemuran di atas."

Seluruh mata langsung tertuju pada Vic. Kecuali Ganesa yang langsung memeriksa buku dosa.

"Gue belum nulis," aku Vic sungkan. "Udah beberapa hari ini tempat sampah gue sering disemutin dan bau sampah basah. Gue emang naro tempat sampah sendiri di luar kamar dan semua orang boleh pake, tapi tolong jangan buang sampah bekas makanan. Kita punya tempat sampah sendiri di dapur atau langsung di luar."

Mata Jacob langsung menyipit ke arah satu target dan sang target langsung membela diri dengan menggumam 'Sumpah! Bukan gue!'.

"Terus tentang jemuran?" Ganesa sudah selesai mencatat keluhan pertama Vic di buku dosa.

Dengan satu tarikan napas, Vic mengaku, "celana dalem gue ilang."

Tangan Ganesa berhenti menulis, Robyn mengangkat kepalanya dari depan laptop, Jacob dan Mike yang sedang bercanda seketika terdiam, dan Fabian masih dalam posisi yang sama.

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang