63 | Family Comes First II

2.3K 179 19
                                    

Jacob menghelakan napasnya usai menuliskan kode pos untuk kesekian kalinya pada paket milik Vic. Sebenarnya baru dua paket, tetapi karena alamat dan detailnya sangat panjang, rasanya jadi seperti habis menulis essay.

Pria itu berhenti sebentar untuk membaca ulang alamat yang sudah dituliskan, memeriksa apakah sudah sama dengan yang Vic beritahu, dan membaca ulang untuk kedua kalinya sebelum ia mengangguk puas.

"That's my second one," ujarnya bangga sambil membubuhkan doodle hati di sebelah nama Vic. "Mana lagi paket yang lain?"

Yang ditanya—sekaligus si pemilik paket—tidak menjawab dan asyik sendiri dengan ponselnya. Matanya menatap layar seolah sedang menunggu pengumuman undian ratusan juta. Tidak berkedip dan sedang menahan napas.

"Vic?" panggil Jacob sebelum ia gunakan ujung spidol untuk menggerakan lutut Vic. "Why so serious, Hon?"

"Gue lagi mempelajari contekan dari Genta. Takut salah persiapan nanti malah memperburuk kondisi Tante Tamara."

"Genta siapa? Contekan apa?"

"Temennya Obyn yang kerja di rumah sakit tempat Tante Tamara dirawat," jelas Vic sebelum meletakan ponselnya. Dia kini duduk bersila di lantai sambil memangku sebuah bantal. "Gue mau jengukin Tante Tamara. Katanya Genta karna udah udah bisa dijenguk. Nggak ketemu langsung, sih. Masih harus lewat telpon."

Dia melanjutkan, "rencananya gue mau bawain makanan, jadi gue tanya dulu diet yang dibolehin apa aja. Terus barusan Genta ngasih contekan."

Jacob membulatkan bibirnya sambil menyerukan 'ooh' pelan. "Kenapa tiba-tiba You mau jenguk his mom?"

"Pengen aja," jawab Vic santai. Beberapa detik kemudian dia mengubah posisi duduknya, menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. "Gue kasian sama Tante Tamara, selama dirawat dia pasti kesepian. Belum lagi dia harus berjuang melawan Covid yang bisa bikin stressfull. I want to cheer her up and bring some homemade foods. Meskipun nggak bisa ketemu langsung, minimal dia tau ada yang nyemangatin."

Jacob hanya diam menyimak apa yang Vic katakan lalu pria itu menggeleng pelan. "Mr. Smarty menang banyak bisa punya pacar kayak You, Hon."

"I mean mantan pacar," ralat Jacob cepat-cepat.

Vic tertawa.

"Gue emang kangen banget sama Obyn dan mau coba ngomong lagi," ungkap Vic dengan suara pelan. Diambilnya bungkusan paket di tepi tempat tidur yang kemudian diberikan pada Jacob agar pria itu bisa lanjut menulis. Sambil memandangi beberapa paket yang sudah selesai ditulis, Vic tersenyum. "Beberapa kali gue bilang dalam hati untuk nggak berharap banyak. Masalah gue sama dia lumayan serius dan seandainya dia nggak berubah pikiran, gue akan terima keputusannya. Maybe we won't be together anymore, tapi gue masih mau berkomunikasi dengan baik sama Tante Tamara. His mom is a good person and had helped me a lot back then."

"Mm-hm, Me pernah dengar dari kicauan warga KB bahwa dulu You itu seperti mata-mata suruhan his mom ... aaannd, I heard she paid you to babysit Mr. Smarty." Jacob berhenti menulis. Kedua tangan kini menopang dagunya. Matanya mengerling genit menanti klarifikasi dari kabar yang dulu sempat ramai di kosan. "Itu beneran, ya?"

"I know about the gossips," aku Vic sambil mengembuskan napasnya. Kini satu lengannya bersandar ke tepi tempat tidur. "Gue paham kenapa sampe ada gosip kayak gitu, tapi I swear there's another story behind that gossip."

"Spill," pinta Jacob tidak sabar.

Vic menyipitkan mata menatap lawan bicaranya yang sepertinya tidak akan lanjut menulis kalau tidak mendengar asupan gosip. Melihat ekspresi antusias Jacob, Vic menyerah. Tidak ada salahnya beristirahat sebentar untuk bercerita. Toh, sejak tadi mereka sudah sibuk mengemas barang yang akan Vic kirimkan ke rumah Eyang.

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang