35| Why We Argue - 3

5.5K 479 50
                                    

"Tell me, Gorgeous."

Ganesa mengangkat kepalanya dan melihat Jacob sedang malas-malasan menggosok kap mobil dengan sponge penuh busa. Gerakan pria itu malas-malasan. Seperti wiper mobil yang kekurangan tenaga.

"Jadi pasien BPJS semenyebalkan ini?"

Alis Ganesa terangkat.

"Made an appointment but then there's this VIP, self-pay patient, having my favorite doctor busy for the rest of the day." Jacob mengembuskan napasnya lalu melemparkan sponge merah muda yang dia pegang. "And here I am, working so hard washing my own car. Despite the fact I've paid a car cleaning service. Kalo Me punya penyakit bahaya, Me bisa keburu meninggal."

Memahami arah pembicaraan Jacob, Ganesa terkekeh. Dia embali membasuh ban mobil penuh busa dengan air. "Kalo dokternya kayak Robyn, gue yakin pasien BPJS pun yang dilayani cuma yang cantik-cantik. Gosok yang bener, masih ada tiga mobil yang harus dicuci."

Jacob mendengkus, tapi tidak protes saat disuruh kembali bekerja. "Mind if I ask?"

"Nggak. Lo nggak boleh istirahat sebelum ini mobil selesai dicuci."

Jacob memutar matanya. "Kenapa Fathia bisa mikir Vic meniru? Karena menurut Me, sejak awal mereka punya goals berbeda. Like for example, Fathia focuses on endorsement and Vic only posts about herself and her daily routine."

Ganesa diam sebelum menjawab pertanyaan itu. Dia bangkit dari posisi berjongkok lalu menekan ujung selang air agar tekanan air bisa menyapu seluruh permukaan yang tertutup sabun. "Emang bukan niru. Yang gue liat, sih, mereka salah paham dan komentar netizen memperkeruh suasana."

"Like what?"

"They both like purple from long time ago. Kalo yang satu beli barang lucu warna ungu, yang lain otomatis kepengen. Waktu awal Vic tinggal di sini, dia sering nanya ke Fathia beli aksesoris ini-itu di mana."

"Girls."

Ganesa mengangguk. "Puncaknya waktu Vic mulai ngadain live untuk ngobrol. Dia sering ditanya sama pengikutnya tentang barang-barang yang dia pake. Nah, mahluk-mahluk bodoh ini yang tiba-tiba nyerang Fathia. Accused her of being a copycat."

"She got the blame while Vic's followers continue growing?" tebak Jacob yang dikonfirmasi dengan anggukan oleh Ganesa. "Then, what happened?"

"Vic heard what happened and she apologized," cerita Ganesa sambil melempar selang ke tanah. Dia mengelap basah di wajahnya dengan lengan kaus lalu beralih pada ban belakang. "Apologize accepted but you can guess the rest of the story."

Jacob mengangguk. "Tegangan tinggi, ya."

Melihat Ganesa dengan tekun menyelesaikan tugasnya, Jacob pun ikut melanjutkan. Dua-tiga kali dia menggosok badan mobil, aktivitasnya berhenti. "Hey, Gorgeous. Where's Fabian?"

"Katanya hari ini launching produk baru di kafe dan stafnya satu orang lagi sakit, jadi dia turun."

"Poor my little V," ujar Jacob tidak bertenaga. Dia mendongak untuk melihat balkon lantai atas yang tampak sepi. Hanya tampak tirai putih yang bergoyang akibat embusan angin. "Di saat begini, dia pasti butuh pelukan. Can I–"

"No," jawab Ganesa cepat. Dengan seulas senyum yang menyiratkan ancaman, pria itu menunjuk matanya lalu menunjuk pada Jacob. "Wash the damn car, Mr. Reid."

Berdecih, Jacob pun meremas sponge di tangannya. "Possessive bastard."


✿✿✿


Karina keluar sebentar dari kamar Fathia untuk menyambut driver yang mengantarkan makanan. Sekembalinya dari mengambil makanan, Karina menyempatkan diri untuk mengintip Jacob dan Ganesa yang berada di tempat parkir.

"Hi, Sweetheart," sapa Jacob sambil melambaikan sponge berbusa.

Karina balik melambaikan tangan lalu menempelkan telunjuk di depan bibirnya. Dengan gerak hati-hati, dia memanggil Ganesa.

"How is she?"

"Masih meledak-ledak, tapi sudah lebih terkendali," lapor Karina sambil mengelilingkan pandangan. "Vic gimana? Is she okay?"

"Udah aman sama Robyn. If you need anything, call me, Kar."

Karina mengangguk lemah dan senyumnya terlihat pasrah. "Tell Vic I'm all ears if she ever need me."

"Fokus dulu aja ke Fathia, Kar. Vic pasti ngerti, kok." Ganesa mengusap bahu Karina untuk menguatkan rekan satu kosnya itu. "Makan yang bener, Kar. Lo butuh tenaga untuk ngadepin perang dunia. Masa cuma kopi sama toast?"

"Bingung mau makan apa, ini permintaan Fathia. Traktir dong, Gen. Yang enak dan ngenyangin."

Ganesa berdecak, "ngelunjak lo, ya?"

Karina mengedipkan satu matanya lalu tertawa. "Oh, ngomong-ngomong, lo ada kontaknya Pak RT?"

"Kontak anaknya Pak RT yang kuliah di Unpad juga ada." Ganesa tertawa melihat reaksi Karina yang mendadak jijik. Wanita itu punya pengalaman pahit dengan si anak Pak RT dan Ganesa seringkali menggodanya. "Nanti gue WA aja, ya? Emergency nggak?"

Sambil menggedikan bahunya Karina menjawab, "for someone, it's an emergency. Gue menyarankan kirimin kontaknya selambat mungkin. Karena Fathia bilang mau langsung lapor Pak RT kalo Bu Kos nggak ambil keputusan untuk ngusir Vic dari kos ini."


✿✿✿


"Byn," panggil Ganesa ketika melihat Robyn baru keluar dari kamar Vic. Tangan Robyn membawa sebuah wadah plastik berisi barang-barang yang dikenali Ganesa sebagai produk skin care. "Ada yang bisa gue bantu?"

Robyn memindahkan wadah plastik ke satu tangan saat mencoba menutup pintu kamar Vic. "Everything's fine. Udah mulai tenang dan sekarang gue laper."

Ganesa mengangkat tangannya. Menunjukan tiga bungkusan berbeda. Satu plastik putih besar dengan aroma manis, satu paper bag coklat, dan satu gelas minuman boba. "Dari Fabian, gue, dan ini dari Jacob buat lo."

"He's working." Sebuah statement dengan nada dingin.

"Kalo butuh apa-apa kabarin aja. Gue sama Jacob masih nyuci di bawah. Ada Mike yang bisa disuruh-suruh beli makanan," jelas Ganesa yang sengaja mengalihkan topik. Tiga kantong dalam genggamannya dia oper ke tangan Robyn yang senggang. "Karina masih ngomong sama Fathia. Sampe situasi adem, Vic di atas dulu aja."

"Sepenting apa bisnisnya sampe ninggalin Vic di saat kayak gini?"

"Spion kanan lo lecet dan agak penyok, Byn. Udah ada sebelum gue pegang, lho."

"Vic is badly hurt, Gen."

"I know." Ganesa mengepalkan tangannya. "And there's nothing we can do, Byn. Vic nggak akan suka kalo kita ikut campur."

Robyn mengatupkan rahangnya. Dengan mata yang memancarkan kecewa, Robyn mendengkus. "Lebih baik dia benci gue karena ikut campur daripada menyesal ngeliat dia dihancurin si bangsat itu."

Ganesa akan membalas omongan itu, tapi Robyn sudah memutuskan untuk pergi.


---------------------


A/N:

Jadi Obyn dan Gen sudah mencium bau-bau bangkai di gedung KB, tapi kapan mau dikonfrontasi?

Coba tim Obyn kumpul dulu, ya.
Update Bab35 setelah ini--semoga--bisa jadi obat sakit kepala.
Ramein, ya?
Biar kapal kalian nggak tenggelam ;)





When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang