16| Mutuals

10.1K 625 24
                                    

Fabian mengernyit saat mendapati Ganesa duduk di ruang tengah dengan wajah masam. No offence but he looks like someone who commited a murder and now waiting for a perfect timing to dispose the body.

"I don't kill people," gumam Ganesa yang melirik tajam ke arah Fabian. Seolah-olah dia tahu apa yang Fabian sedang pikirkan. Dia melanjutkan. "Or any living things."

Fabian menggedikan bahu. "Kirain lagi ngobrol sama orang, tadi dari bawah kedengeran lagi ketawa," ujar Fabian yang berjalan menuju kamarnya. Satu tangannya merogoh saku celana, mencari kunci kamar.

Yang dituduh habis tertawa hanya menggerakan alis sambil melirik ponselnya. Dia memang baru saja tertawa sehabis menelpon Vic, tapi usai menelpon, suasana hatinya kembali keruh. Satu kakinya bergerak tidak sabar dan alis di keningnya bertautan.

"Banyak kerjaan?"

"Nggak."

"Itu apa?"

"Diklat kuliah, berkas punya staf, sama fotokopian buku."

Ganesa mengangguk.

"I need your help, Yan."

"Bentar, gue simpen ini dulu," potong Fabian yang berhasil menemukan kunci kamarnya di saku celananya. Setelah menyimpan kardus di kamar, dia kembali ke ruang tengah. "Kenapa?"

Ganesa mematikan rokok di sela jarinya lalu menyeruput sisa jus. "Gue mau berperang."

Sebelah alis Fabian terangkat. Belum juga bertanya lebih lanjut, Ganesa sudah melanjutkan dengan sukarela.

"Lo adalah kunci keberhasilan rencana gue. Cuma lo doang manusia di gedung kos ini yang bisa menyalakan obor kemenangan—"

"The point is?"

Ganesa mengembuskan napasnya lalu menatap wajah Fabian dengan begitu serius.

"Sabtu ini, gue mau ngadain pertemuan sama anak-anak. Gue minta tolong untuk ...."


✿✿✿


Begitu tiba di lantai satu, Fabian menghentikan langkahnya untuk menatap tumpukan kardus yang kini memenuhi sepertiga ruang tengah. Padahal, seingat Fabian, tumpukan itu awalnya hanya terdiri atas tiga kardus besar yang terletak tepat di samping pintu penghubung ruang tengah-dapur. Namun, sekarang tumpukannya semakin besar dan menutupi pintu.

"Oh, kardus di bawah punya Fathia?" tanya Fabian ketika Ganesa menjelaskan tugas yang akan dia jalankan. Sejak awal Fabian sempat berpikir bahwa kardus itu milik salah seorang penghuni lantai satu, hanya saja dia tidak begitu ambil pusing memikirkan siapa pemiliknya.

Memang harus diakui keberadaan kardus-kardus itu begitu mengganggu. Buktinya, untuk bisa lewat Fabian harus menggeser dua kardus besar dan tiga kardus kecil seukuran kardus mie instan. Pantas saja Ganesa dan penghuni lain mengeluhkannya di buku dosa dan akan membahasnya pada pertemuan di akhir pekan.

Sekilas, saat lewat Fabian melihat tulisan yang ada pada kardus. Font unik dengan warna-warni lucu itu terlihat begitu asing—sepertinya bukan merk lokal yang biasa muncul di televisi. Beberapa kardus bahkan tertulis dalam bahasa asing yang kemudian dikonfirmasi dengan pernyataan 'Made in Thailand'. Dari salah satu kardus, Fabian bisa mencium bau manis buah-buahan.

Sesampainya di dapur, Fabian langsung mengambil piring, sendok, dan menuang air dingin ke gelas. Dia duduk di salah satu bangku dan mulai menyantap makan malam yang dibeli saat perjalanan pulang dari kafe. Selagi makan, dia mengeluarkan ponsel dan memeriksa notifikasi.

Kampus.

Kampus.

Kafe.

Kafe.

Kafe.

Grup keluarga.

Semua notifikasi diperiksanya satu per satu dan dia berikan jawaban jika diperlukan. Setelah semua notifikasinya bersih, dia memeriksa kembali daftar chat. Memastikan apakah ada chat yang belum dia balas dan bisa jadi sedang ditunggu oleh si pihak pengirim.

Lalu sampailah tangannya pada satu chat yang masih terlihat bertanda centang satu.

Kening Fabian mengerut saat melihat tulisan kapan terakhir kali si penerima terlihat online. Dia refleks menoleh pada rak di atas wastafel dan ada satu mug warna ungu yang masih dalam posisi menelungkup.

Tidak biasanya mug itu masih berada di sana. Biasanya sejak pagi mug itu sudah berkeliaran. Entah di atas meja, di pendopo, atau di mana saja si pemilik berada. Lampu kamar si pemilik mug pun mati sejak tadi pagi dan Fabian tidak mencium aroma kopi atau masakan sebelum dia berangkat ke kafe.

"Mungkin sibuk," gumam Fabian sambil menutup aplikasi chat dan beralih pada Instagram. Dia melanjutkan makan malamnya sambil menggulir layar dan secara random memberikan 'Like' pada postingan yang lewat di berandanya.


✿✿✿


Dua hari.

Waktu yang dibutuhkan Fabian untuk mendapatkan balasan dari si pemilik mug ungu. Pagi ini, selesai Fabian bersiap-siap, dia melihat ada notifikasi pesan masuk.


| Victoria (KB): mbb :( msh butuh printernya gk? Gw taro ruang tengah aja y? use it anytime, yan! gk usah ijin hehe


Sambil meneguk air mineral dari botol minum, Fabian duduk di kursi. Tangannya bergerak membuka satu notifikasi Instagram—Reid_J mentioned you in a comment.

Saat dibuka, mata Fabian membelalak.

Jacob rupanya mengomentari foto tampak belakang seorang wanita. Foto tersebut terlihat hitam putih. Dalam foto itu sang wanita hanya dibalut sehelai kain putih yang hanya menutupi bokongnya dan pada punggungnya tertulis '(Vic)tory!' dengan tinta merah. Ya, hanya tulisan itulah yang nampak berwarna. Selebihnya terlihat mengabur dengan disengaja.

Fabian tertegun.

'My Queen!!!' adalah tulisan yang Jacob cantumkan sebelum menandai akun milik Fabian, Ganesa, Robyn, Mike, dan beberapa akun lain yang tidak dikenali. Salah satunya sepertinya kekasih Jacob.

Pria itu meletakan botol minumnya lalu membuka akun si pemilik foto. Akun milik Vic.

Setelah beberapa kali menggulir—dan memastikan bahwa akun itu memang akun Vic—tangan Fabian menekan tombol 'follow'.

"Oh, shit!" desis Fabian yang sadar bahwa dia baru saja mengikuti akun Vic dengan akun pribadinya. Bukan akun publik yang selama ini selalu dia sebut ketika ada orang (staf kampus, staf kafe, mahasiswa, atau kerabat jauh lain) yang bertanya. 

Namun, nasi sudah menjadi bubur. 

Sudah terlambat untuk meng-unfollow akun Vic karena satu notifikasi sudah muncul di layar ponselnya.

Vic (HelloitsV) started following you


----------------


A/N:

Tim Sate Padang—eh, maksudnya Tim Fabian :''')—mana suaranya?
Mereka udah mutualan, tuh.
Ayo, ramein biar hubungan mereka berlayar lebih jauh dari sekadar bermutual ;)

Tapi jangan sampai Ganesa tau, ya. Nanti ceritanya bukan memanas, malah berdarah-darah.

Oh, iya! Tidak lupa ingin kuucapkan terima kasih untuk 13,000 views-nya juga komentar yg kalian tinggalkan di setiap bab. Maaf belum kubalas semua, ya :(

Semoga bab ini menghibur, yaa~ Have a nice day!

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang