59| Fair and Square

5.9K 394 48
                                    

"Kalo emang itu keputusan yang You buat ... okay. You know what's best for you, Sis."

Kalimat Jacob beberapa malam lalu tiba-tiba saja terbersit dalam benak Vic ketika dia sedang mencoba memilah baju-baju yang mau dibawanya. Sudah dicoba untuk mengempaskan, tetapi kalimat itu terus saja terngiang. Seolah-olah keputusan yang Vic buat layak untuk dipertimbangkan.

" ... just make sure anger doesn't cloud your judgement. You're also physically tired, Hon."

Memang kenyataannya Vic sangat Lelah.

Fisik dan mental.

Hanya saja rasa lelah dan ledakan emosinya tempo hari, rasa-rasanya, tidak sampai membuatnya kalut sehingga gegabah membuat keputusan.

Pergi dari KB adalah solusi tepat untuk dirinya.

Dan mungkin untuk semua orang.


Obyn
Missed calls (23)


Vic memandang nanar pada layar ponselnya yang baru saja menyala di atas meja dan berfokus menatap satu notifikasi itu.

Robyn masih berusaha menghubunginya dan mengirimkan chat meski isinya sekadar menanyakan kabar. Namun, tubuh Vic menolak untuk menanggapi. Bahkan untuk meraih benda yang sudah beberapa hari terakhir dia biarkan tergeletak di meja—dan kalau bukan karena Jacob, ponsel itu tidak akan menyala sejak berhari-hari lalu—saja dia enggan.

"Mungkin gue kelewatan." Dan menanggapi dengan terlalu berlebihan.

Mungkin juga sebenarnya semuanya bisa dia tanggapi dengan kepala dingin, tetapi dirinya memilih untuk mendramatisasi keadaan. Membuat semuanya menjadi sulit untuk mereka berdua.

Kemarin malam Vic kembali menelpon Eyang dan lagi-lagi dia tidak bisa menahan emosinya. Selama satu jam setengah dia menumpahkan seluruh kekecewaannya pada Eyang yang, mungkin saja, di seberang sana menjadi semakin khawatir dan panik.

Tentu saja tidak semua bisa Vic ceritakan.

Dia tidak mau Eyang tahu tentang kehidupannya selama di Jakarta.

Dia tidak mau Eyang tahu bahwa selama ini, untuk bertahan hidup, yang Vic lakukan adalah membiarkan tubuhnya menjadi pelampiasan napsu para pria-pria yang memiliki uang.

Dan Eyang pun tidak perlu tahu bahwa Vic tidak memiliki tempat lain untuk bercerita selain pada dirinya sendiri.

Eyang hanya perlu tahu tentang Vic yang sudah mandiri dan mampu mengirimkan uang serta membelikan keponakannya mainan setiap bulan.

Dan Eyang hanya perlu tahu bahwa saat ini Vic sedang sangat lelah.


✿✿✿


" ... kayaknya aku mau pergi aja, Eyang."

"Mau ke mana, Ndhuk?"

"Nggak tau ... aku capek, Eyang. Aku mau istirahat dan pergi jauh dari sini. Aku ... capek banget."

"Ndhuk? Jangan lupa kamu masih punya rumah di sini. Ada Tere dan Raka juga. Kamu boleh pulang kapanpun untuk istirahat di sini, Ndhuk."


✿✿✿


Vic sebenarnya tidak lapar, tetapi dia butuh sesuatu untuk mengganjal perut agar bisa minum obat dan kebetulan air minumnya pun sudah habis.

Seharusnya tidak ada orang di kosan. Begitu kata Jacob sebelum pria itu pergi untuk mengurus pekerjaannya. Begitu Vic tiba di dapur dan melihat Fabian berdiri membelakangi pintu, Vic terkejut.

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang