46| ULILA-1 (B)

4.6K 438 44
                                    

Tenaganya sudah habis untuk bisa melawan Ganesa yang membujuknya pulang. Kakinya gemetar. Berdiri pun rasanya sulit kalau bukan Ganesa yang menopang tubuhnya. Walau begitu, Vic masih enggan meninggalkan kafe tersebut. Dia masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang membuatnya harus menemui Thalia hari ini.

"Gen, please ...," dengan suara yang serak dan nyaris habis, Vic mencengkeram kaus pria itu. "Gue nggak mau pulang ... gue cuma ... jawaban ... gue harus ...."

Ganesa menggeleng.

Tangan besarnya semakin erat merangkul tubuh Vic dan mengajak wanita itu menuju parkiran. Tidak peduli dengan belasan pasang mata yang menatapnya heran, bingung, dan penasaran.

"Nggak ada gunanya lo ngeliat, Vic."

"Nama gue ada di sana, Gen!" bentak Vic dengan segenap sisa tenaga yang dimilikinya. "Gue berhak tau. Nama gue ada di grup itu. They ... they want something from me."

"Terus setelah tau, lo mau apa? Ngelawan? No, Vic. You can't. Nggak ada gunanya lo tau dan ngurusin mereka." Pria itu menyugar rambutnya frustrasi. "Denger, Vic. Lo hanya harus menjauhi orang-orang itu. Let them fail the bet and you're saved."

"And then what?"

Vic mengelak dari rangkulan Ganesa lalu menepis setiap usaha pria itu yang ingin menyentuhnya. "Terus apa lagi? Setelah gue berhasil selamat dari taruhan itu, mereka akan lanjut ke target lain. Itu yang lo mau? Lo akan ngebiarin ada perempuan lain di luar sana jadi korban manusia-manusia brengsek itu? Iya?"

"Iya!" bentak Ganesa. "Cuma itu yang ada dalam pikiran gue. Your safety. I don't give a fuck about the others. It's just you, Vic. You and only you!"

"Selama ini lo tau." Pernyataan itu diucapkan Vic dengan gigi mengatup. Diusapnya kasar air mata yang membanjiri wajahnya. "Lo tau dan lo diem aja? Jangan-jangan lo juga salah satu dari mereka, iya? Siapa lagi? Fabian juga? Robyn juga? Jawab gue, Ganesa!"

Lingkungan di sekitar pun semakin ramai oleh penonton yang ingin mencari tahu. Mereka datang satu per satu, saling bertanya satu sama lain mengenai insiden apa yang terjadi, dan lambat laun area parkiran pun semakin ramai. Pengendara motor mulai menepi. Mobil melaju lambat untuk sekadar melihat-lihat.

"We'll talk about it later, Vic. Let's go home."

Dengan suara yang begitu pelan, Ganesa berkata, "I owe you an explanation. Let's go home."

Tanpa perlawanan, Vic masuk ke mobil.

Ganesa memutari mobilnya menuju kursi pengemudi. Ponselnya bergetar tepat saat dia mulai menyalakan mesin mobil.


| +6285715xxx: Hi, it's me, Thalia. Pls take care of Vic.


Ganesa memandangi layar ponselnya lalu menatap sosok Thalia yang berdiri di dalam kafe sambil melihat ke luar jendela. Wanita itu melambaikan tangannya pelan dan kembali duduk setelah melihat Ganesa mengangguk.

Pria itu melempar ponselnya ke dashboard. Tangannya sudah erat menggenggam persneling ketika Vic membuang muka ke arah jendela.


✿✿✿


"What are you doing, Fath?"

Fathia terlonjak sampai mundur beberapa langkah ketika Jacob, dengan suaranya yang menggelegar, menegur. Wanita itu melotot lalu mengusap dadanya berkali-kali. "Kamu ngagetin aku, Jacob!"

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang