48| Good Luck

4.5K 442 48
                                    

"Boo!"

"Argghh!!"

"Oops!"

Jacob menutup mulutnya. Matanya membulat lucu dan bergerak melihat ke kanan dan kiri. Sambil menyengir, pria itu membuka laci wastafel, mengeluarkan kotak P3K lalu menjejalkannya pada Robyn yang meringis sambil memegangi dagunya.

"I swear I didn't mean to ... I don't know you're shaving, Smarty. Here, take this!" ujarnya sambil menepuk bahu Robyn beberapa kali. "You're the doctor, I believe you can take care of your own wound. Bye!"

Jacob langsung terbirit-birit meninggalkan toilet, mengabaikan teriakan Robyn yang menyumpahinya, dan memeluk Karina yang sedang duduk di depan TV. "That was scary."

"Gimana?" Ganesa mengambil korek dari meja sebelum menyalakan sebatang rokok yang diapit oleh bibirnya. "Udah ditanya belom?"

Jacob menggeleng.

"Yee ... terus ini menu makan siang gimana?" decak Ganesa seraya beranjak dari tempat duduk lalu menghampiri Robyn di kamar mandi. Dia mengetuk dua kali sebelum membuka pintu. "Byn, kita mau—Wow!? You OK, Man?"

"'OK' my ass!" desis Robyn yang sibuk mengelap dagu kirinya dengan handuk kecil. Pria itu menelengkan kepala, memastikan lukanya sudah tidak berdarah lalu membuka kotak P3K untuk mencari plester.

Ganesa menoleh ke belakang. Menggelengkan kepala melihat Jacob menyengir tanpa dosa di samping Karina lalu kembali menatap Robyn di depan wastafel. "Anak-anak pada mau nasi padang buat makan siang. Menurut lo mending Gading Merdeka, Anda Raya, Cinta Sari, atau Selera Jaya?"

"Anda Raya nggak ada rasa. Gading Merdeka pelit bumbu. Selera Jaya aja," usul Robyn sambil membuka kemasan plester luka.

"Masalahnya Selera Jaya udah seminggu ini tutup." Ganesa mengeluarkan catatannya, membaca kembali tulisan yang tadi dibuatnya. "Karina pengen ayam bakar Anda Raya, Jacob sama Mike maunya Gading Merdeka, dan gue—"

"Terus?" sela Robyn bingung. "Kenapa nggak pesen masing-masing aja, sih?"

"Gue mau jalan nanti siang buat beli, biar sekalian. Kalo order online ongkosnya mahal."

Robyn melongok ke luar kamar mandi lalu menunjuk pada Karina, Jacob, dan Mike yang sedang mengobrol. "Woi, penghuni durhaka! Kalian kalo mau nitip jangan nyusahin orang dong. Kasian ini abang-abang, ototnya bisa kempes."

"Sialan lo."

Setengah jam kemudian, Robyn keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang jauh lebih baik. Kumis dan jenggot sudah dicukur, rambut sudah disisir rapih, dan sebuah plester luka berwarna coklat tampak menghiasi dagu kirinya. Dia mendelik pada Jacob yang sedang tertawa—sepertinya Karina habis bercerita tentang sesuatu—lalu berkata pada Ganesa, "gue skip dulu. Abis ini mau ke rumah sakit."

"Loh, katanya udah resign, Byn. Balik lagi?" Karina penasaran. Wanita itu melirik pada Jacob—si sumber berita—lalu kembali menatap Robyn yang berjalan menuju kamarnya.

"Gue coba apply di tempat baru. Seleksi berkasnya lolos dan ini mau interview."

"Di rumah sakit mana?"

"His father's," jawab Jacob sukarela sambil menunjuk pada Ganesa yang masih sibuk dengan buku catatan berisi pesanan nasi padang.

Karina memiringkan kepalanya. Dua alis tipisnya terangkat. "What? Really? Beneran, Byn?"

Robyn mengangguk lalu masuk kamar.

"Lo udah ngehubungin bokap lo, Gen?"

"Buat apa?" Ganesa bertanya dengan suara pelan. Dia melirik ke kamar Robyn sebelum meneruskan, "gue aja baru tau dia apply ke tempat bokap."

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang