51| Future Plans

4.6K 434 100
                                    

Wajah Jacob tampak konyol.

Dia berbaring miring sambil menopang kepala dengan satu tangan di atas tempat tidur Vic, lalu dia telentang menatap langit-langit dengan mulut megap-megap, dan terakhir dia membekap muka sendiri dengan bantal sebelum menjerit histeris.

Vic maklum dengan reaksi itu. Siapapun pasti melakukan hal yang sama atau minimal menjadi murka setelah mendengar alasan Vic untuk mengakhiri hubungan dengan Fabian.

"Sick bastard!" geram Jacob sambil memukul bantal bertubi-tubi. "Why didn't you tell me?"

Jacob rupanya sudah pulih dari fase mengamuk dan kini duduk tegap sambil memeluk bantal yang tadi dia pukul. "Oh, Gorgeous God! Artinya selama ini Me ikut berperan menjerumuskan You ke kandang binatang buas? Vic, I'm sorry. I didn't know he—"

"No! Don't be!" larang Vic sambil mengangkat tangannya. "Lo nggak tau apa-apa, kita semua nggak tau apa-apa tentang dia. Yang seharusnya minta maaf itu dia, tapi udahlah. Gue nggak mau lagi berurusan sama dia. For now, I'm glad my video hasn't gone viral whatsoever."

Pria itu meringis sambil memeluk erat bantal. "So, what's the plan now?"

Mereka berdua saling pandang dan sama-sama terdiam karena satu pertanyaan itu sampai Jacob memperjelas maksudnya.

"Orang-orang kan taunya You pacaran sama Fabian, tapi sekarang putus. Berarti dalam waktu dekat You akan ngeresmiin hubungan sama Robyn, 'kan? Atau jangan-jangan ... " Jacob memajukan kepala sambil menyipitkan mata " ... You udah bikin rencana mau pacaran sama Ganesa juga?"

Vic mendengkus.

Tubuhnya bersandar pada kursi dan kedua kaki bersilang. Satu tangannya menopang dagu, sementara yang lain mengusap kakinya. "Official relationship won't work for us. I mean me and Gen. He's off-limit."

"Why? I thought he's your first love."

"Iya, dia cinta pertama gue dan nggak semua cinta pertama bisa bersama sampai akhir," jawab Vic sambil menegakan tubuhnya. "Setelah apa yang kita laluin bareng, kayaknya mustahil untuk bisa lebih dari sekadar teman ... I swear it feels like we're in a sibling-zone now."

"Yeah, but sibling don't fuck each other, Sis. You two better stay as friends with some spicy benefits," ujar Jacob sambil tersenyum iba dan dibalas anggukan serius dari Vic. "Gimana dengan Robyn? Any future plans?"

Vic memeluk kedua kakinya lalu menempelkan satu sisi wajah di lutut. Bibirnya mengerucut memikirkan jawaban atas pertanyaan Jacob. "When Robyn comes home dan Tante Tamara sembuh, gue pengen ngajak Robyn quality time berdua aja. Nggak perlu liburan jauh-jauh. Netflix, foods, skin care, and probably some random pillow talks. Gue pengen ngulang masa-masa pacaran dulu, but make it more ... us. Is it too much to ask for?"

"You kidding, right? That's so you!" jawab Jacob yang bergerak maju hingga di tepi tempat tidur. Pria itu meraih dua tangan Vic lalu menggenggamnya erat. "Me yakin Robyn bakal seneng banget. Kalian berdua udah menghadapi banyak ups and downs, jadi setelah ini semua berakhir kalian harus have some fun. Jangan lupa pulang liburan bawa Robyn and Vic Jr.."

Vic mengulum senyumnya. "That sounds like a great plan."

Senyum Vic menular pada Jacob dan mereka berdua tertawa geli.

"Oh, satu lagi, Jack," tambah Vic sambil berdeham. "I will stop accepting calls."

Saat melihat Jacob terdiam—dugaan Vic, pria itu mencoba mencerna apa yang baru saja dia katakan—Vic melanjutkan dengan suara pelan. "Robyn udah melakukan banyak hal untuk gue. Dia bahkan nggak pernah ngeluh dan ngebiarin gue melakukan apa yang gue mau. Given the circumstances and seeing where I stand now kayaknya yang bisa gue lakukan adalah dengan menjadi versi terbaik dari diri gue. I want to stand by his side and make him proud of me."

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang