BAB 1

166K 8.4K 345
                                    

"Aku tidak mau."

Seorang gadis dengan rambut hitam panjang itu menggelengkan kepalanya, menolak tawaran yang diberikan kepadanya.

"Aleandra.. Kau hanya perlu menikah dengannya dan mengandung anaknya, setelah itu kau bebas memilih jalan hidup mu. Kalau kau ingin bercerai, kau bisa mengajukan perceraian. Kau juga tidak harus bertanggung jawab atas anak yang kau lahirkan nanti. Tuan Edgar hanya menginginkan keturunan."

Gadis bernama Aleandra itu masih bersiteguh dengan keputusannya, tidak perduli mski Ibu Panti yang duduk di hadapannya itu bersikeras membuatnya mengerti akan keinginan sosok Tuan Edgar, orang yang menjadi atasan Aleandra dan juga orang yang selama ini menjadi donatur di panti asuhan tempat Aleandra tinggal.

"Kalau tujuan Tuan Edgar hanya untuk memiliki keturunan kenapa tidak melakukan surogacy, banyak wanita di luar sana yang siap meminjamkan rahimnya untuk mengandung anak Tuan Edgar. Aku tidak akan mau menjadi istri kedua, terlebih lagi menjadi istri kedua dari Tuan Edgar. Apa Ibu bisa bayangkan bagaimana perasaan istri Tuan Edgar jika dia tahu bahwa orang yang selama ini bekerja merawatnya justru dinikahi oleh suaminya sendiri. Apa Ibu bisa bayangkan? aku tidak mau melakukan hal itu, aku tidak ingin menyakiti wanita lain hanya untuk kepentinganku sendiri."

Ibu panti menghela nafas berat, yang Aleandra katakan memang ada benarnya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa menikah dengan Tuan Edgar adalah kesempatan emas bagi Aleandra dan anak-anak panti lainnya.

"Kau tetap tidak mau meski Tuan Edgar menjanjikan akan menyekolahkan mu kembali, dan memberikan beasiswa untuk seluruh anak panti?" tanya Ibu Panti kepada Aleandra sekali lagi.

Aleandra dengan mantap menganggukan kepalanya, keputusannya sudah bulat. Ia tidak akan menikah dengan Tuan Edgar hanya karena uang. "Ya.. aku tidak mau menikah dengan Tuan Edgar, ku harap Ibu Panti bisa sampaikan ini kepada Tuan Edgar. Kalau dia memang ingin punya anak, dia bisa adopsi salah satu anak panti di panti asuhan kita ini. Tapi jika dia ingin keturunan asli, darah dagingnya sendiri. Tuan Edgar bisa cari wanita yang rela melakukan surogasi atau Tuan Edgar bisa mencari wanita lain untuk dia nikahi. Karena aku tidak akan pernah mau menjadi istri kedua."

Aleandra bangkit dari sofa tua yang ia duduki, melangkah pergi keluar dari ruangan Ibu panti. Ibu Panti hanya diam memandang kepergian Aleandra, sesuai dugaan Aleandra menolak tawaran ini. Tidak perduli sebesar apa imbalan yang akan Tuan Edgar berikan kepada Aleandra dan anak-anak panti lainnya.

Ibu Panti mengusap wajahnya kasar, anggap saja dirinya egois. Ibu Panti tak masalah disebut egois, tapi kesempatan seperti ini tidak datang dua kali.

Aleandra hanya perlu menikah dengan Tuan Edgar dan memberikan Tuan Edgar keturunan, Aleandra juga akan dinikahkan secara resmi bukan diam-diam apalagi sirih. Aleandra akan sah menjadi istri Tuan Edgar dan punya hak sebagai istri dari Tuan Edgar.

Belum lagi janji dari Tuan Edgar yang akan menyekolahkan setiap anak panti, bukan hanya Aleandra saja tapi semua anak panti di sini. Tuan Edgar juga berjanji akan membangun panti ini menjadi lebih layak ditinggali. Kenapa mengalah sedikit saja Aleandra tidak mau?

Apa karena status sebagai istri kedua itu terlalu hina? Atau karena Aleandra sudah terlanjur menyayangi istri pertama Tuan Edgar, karena selama ini Aleandra lah yang Tuan Edgar pekerjakan untuk mengurus istri pertamanya yang sakit-sakitan itu.

Ibu Panti turut bangkit dari posisi duduknya di sofa tua itu, bermaksud menyusul Aleandra. Ibu Panti tidak akan menyerah untuk membujuk Aleandra untuk menikah dengan Tuan Edgar.

Ini kesempatan baik, dan tidak seharusnya Aleandra membuang kesempatan baik seperti ini begitu saja.

"Aleandra!" teriak Ibu Panti kepada Aleandra yang kini tengah berjongkok bicara dengan anak-anak panti yang lain, wajah Aleandra yang awalnya dihiasi senyuman kepada anak-anak panti berubah datar ketika Ibu Panti menghampiri mereka.

"Bu, aku sudah bilang aku tidak mau. Percuma Ibu membujuk ku sedemikian rupa, aku tetap pada pendirian ku. Aku tidak mau jadi istri kedua Tuan Edgar."

"Tapi Alea-"

"Kalau Ibu sangat bersikeras, kenapa tidak Ibu saja yang jadi istri kedua Tuan Edgar? Ibu ingin imbalannya kan, Ibu bisa nikmati semuanya sendirian jika Ibu yang jadi istri kedua Tuan Edgar."

"Kalau Ibu masih muda dan bisa hamil, pasti sudah Ibu lakukan Aleandra. Bukan agar Ibu bisa menikmati imbalannya sendirian. Tapi karena imbalan tersebut sangat amat berguna untuk panti kita, mau sampai kapan kita berharap menunggu orang baik yang lain datang untuk menyumbangkan donasi? Yang mereka lakukan hanya menjadikan anak-anak di sini sebagai konten lalu memberikan makanan hampir expired. Kau juga tahu sendiri alasan kau putus sekolah, karena tidak ada biaya. Tunjangan dari pemerintah itu bahkan tidak pernah sampai ke panti ini. Kau hanya perlu menikah dengan Tuan Edgar dan semua akan berubah, nasib mu, nasib anak-anak panti lainnya. Semuanya akan menjadi lebih baik."

Aleandra kembali menggelengkan kepalanya, mudah bagi Ibu panti bicara soal hal ini karena Ibu panti bukan orang yang akan menjalankannya. Aleandra yang akan menanggung bebannya, beban malu karena menikah dengan laki-laki beristri, beban rasa bersalah kepada istri pertama Tuan Edgar, beban menjadi istri dan Ibu nanti. Semuanya belum terjadi saja sudah membuat Aleandra ketakutan.

"Kenapa harus aku? Kenapa Ibu tidak meminta Kak Thalia, Kak Chyntia, Kak Sheina? Mereka lebih tua dari ku, mereka lebih matang dan mungkin siap mengemban beban itu. Kenapa tidak minta mereka saja yang menikah dengan Tuan Edgar?"

Ibu Panti mengusap wajahnya kasar, bagaimana bisa Aleandra mengusulkan orang-orang seperti mereka untuk menjadi istri kedua Tuan Edgar?

"Aleandra.. Kau tahu sikap mereka seperti apa, jika Tuan Edgar membawa salah satu diantara mereka sebagai istri keduanya. Kau sudah bisa menebak sendiri bagaimana mereka akan memperlakukan istri pertama Tuan Edgar, Tuan Edgar secara personal meminta mu kepada Ibu karena Tuan Edgar tahu bahwa kau lah yang paling bisa dia percaya, kau juga pasti akan menyayangi istri pertamanya."

Aleandra menghela nafas berat, perkataan Ibu Panti tetap tidak merubah keputusan Aleandra.

"Aku tetap tidak mau jadi istri kedua Tuan Edgar, aku akan cari kerja sambilan yang lain agar bisa membantu perekonomian panti ini. Aku tidak butuh jalan pintas untuk hidup makmur dengan menjadi istri kedua."

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang