BAB 14

84.2K 6.1K 287
                                    

Diana pagi ini bertugas memandikan Sophia, ia membasuh tubuh basah Sophia dengan handuk. Sudah beberapa hari ini Diana semakin dekat dengan Sophia, padahal dahulu Diana malas mengasuh Sophia, tapi sejak Aleandra menjadi istri Edgar. Diana merasa ia memerlukan Sophia untuk memisahkan Edgar dan Aleandra.

Dulu Diana selalu melempar pekerjaan mengurus Sophia ke pelayan lain, bahkan Sophia terkadang tak terurus. Sampai Edgar datang membawa Aleandra sebagai pekerja baru untuk merawat Sophia, sejak saat itu Sophia jadi lebih terurus oleh Aleandra.

Tapi setelah Aleandra menikah dengan Edgar, tugas mengurus dan menjaga Sophia kembali dialihkan kepada Diana. Diana kesal tentu saja, tapi Diana juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.

Jika Sophia sembuh, Diana yakin keberadaan Aleandra tidak akan dibutuhkan lagi di rumah ini. Karena Diana yakin kalau Aleandra dinikahi oleh Edgar semata-mata hanya untuk pelampiasan nafsu Edgar saja karena Edgar tidak bisa tidur dengan Sophia yang cacat.

“Nyonya harus rajin terapi, apa Nyonya tidak ingin sembuh? Jika Nyonya sembuh, dan kembali cantik lagi seperti dulu, Tuan Edgar pasti akan kembali kepada Nyonya.” Diana menambahkan lagi, “Nyonya harus sembuh sebelum Aleandra menguasai rumah ini, dia jahat.. dia sudah merebut suami Nyonya, bukan tidak mungkin jika dia nanti akan menindas Nyonya dan para pelayan di sini.”

Sophia yang duduk diam itu mulai berpikir perkataan Diana ada benarnya, selama 2 tahun ini Sophia selalu terbaring di ranjang atau pun duduk di kursi roda, tidak bisa bersolek untuk memikat Edgar. Mungkin Edgar menikahi Aleandra hanya karena Edgar butuh pelampiasan, jika ia sembuh, jika ia kembali sehat seperti sedia kala. Edgar pasti akan kembali padanya seperti dulu, mencintainya seorang dan membuang Aleandra yang tak lagi dibutuhkan.

Sejauh ini Sophia belum bisa menggerakkan kakinya, tapi ia sudah mulai bisa menggerakkan tangannya meski hanya sedikit dan itu pun sudah susah payah ia lakukan. Jika ia rajin terapi, Sophia yakin ia bisa sembuh.

***

Edgar terbangun karena mendengar suara keributan dari luar kamar, ia menyadari bahwa di sisi ranjang sebelahnya sudah tidak ada Aleandra di sana.

Dengan keadaan telanjang bulat Edgar turun dari ranjang, mengenakan celananya dan keluar dari kamar untuk melihat keributan apa yang terjadi di luar.

Edgar keluar kamar dengan keadaan telanjang dada, membiarkan bagian atas tubuhnya terekspos. Bukan hanya otot lengan dan perutnya saja yang terekspos tapi bekas cakaran Aleandra di punggung dan lengan Edgar akibat kegiatan panas mereka semalam pun terekspos.

Beberapa pelayan yang melihat Edgar keluar dari kamar ada yang menunduk malu ada juga yang dengan sengaja membuka matanya lebar-lebar untuk menikmati penampilan Edgar di pagi hari yang terlihat seksi itu.

“Ada apa ini?” tanya Edgar ketika ia melihat Aleandra dan Diana tengah berdebat.

Diana yang melihat kedatangan Edgar pun mengadu, “Aleandra dengan sengaja menumpahkan air panas ke Nyonya Sophia, Tuan.”

Dengan cepat Aleandra menggelengkan kepalanya membela diri, yang Diana katakan tidak benar. “Bukan begitu Edgar, aku tidak sengaja. Aku tersandung.”

“Bohong, Aleandra sengaja! Dia sengaja ingin mencelakai Nyonya Sophia karena sekarang Nyonya Sophia sudah mulai bisa menggerakkan tanga—”

“Diana..” Edgar memotong perkataan Diana, suaranya berat seperti orang yang tengah kesal. Bagaimana Edgar tak kesal, tidurnya terganggu.

“Kenapa kau memanggil Aleandra tanpa sebutan Nyonya?” tanya Edgar yang membuat Diana terdiam tak tahu harus menjawab apa.

“Aleandra salah, dia sudah menumpahkan air panas ke tangan Sophia. Biarkan Aleandra minta maaf pada Sophia, kau tidak perlu ikut campur apa lagi mendebat Aleandra, dia juga Nyonya di rumah ini.” Edgar melangkah mendekati Sophia yang berada di antara Diana dan Aleandra.

Edgar berlutut untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Sophia yang duduk di kursi roda. Edgar meraih tangan Sophia yang katanya terkena air panas, tangan Sophia memang agak sedikit memerah.

“Diana ambilkan kotak obat” perintah Edgar pada Diana, Diana segera menurut mengambil kotak obat dan menyerahkannya kepada Edgar. Edgar dengan telaten mengobati tangan Sophia.

Diana tersenyum puas melihat hal itu, ia melirik ke arah Aleandra yang menunduk sedih melihat kedekatan Edgar dan Sophia.

Sophia terenyuh memperhatikan Edgar yang mengobati tangannya, rasanya senang melihat Edgar masih peduli dan menyayanginya namun senyum Sophia luntur saat menyadari bekas bekas merah di lengan dan sekitar punggung Edgar. Bekas yang Sophia yakini dibuat oleh Aleandra.

“Sudah selesai.” Edgar kembali berdiri, ia menatap Diana yang masih tersenyum. “Sebagai pelayan yang ditugaskan menjaga Sophia seharusnya kau sigap mengobati Sophia jika Sophia terluka, bukannya buang-buang waktu mendebat Aleandra.”

Edgar beralih pada Aleandra yang masih menunduk merasa bersalah, Edgar mengulurkan tangannya ke arah Aleandra. “Kenapa kau diam saja di sana sayang, kemari lah.”

Aleandra melangkah mendekat, ia tidak lagi menundukkan kepalanya. Awalnya Aleandra pikir Edgar akan termakan oleh omongan Diana dan memarahinya tapi ternyata tidak.

“Edgar, aku bersumpah aku tidak sengaja melakukannya.”

Edgar mengangguk mengerti, “Iya aku tahu kau tidak sengaja. Aku tidak marah. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, besok malam kau akan ikut dengan ku menghadiri acara pesta rekan bisnis ku. Aku takut tidak sempat mengatakannya karena sepertinya malam ini aku akan pulang larut.”

“Ah.. ya, aku mengerti.”

***

“Kau terlihat ceria.” Edgar yang berpapasan dengan Logan di lift berkomentar, pasalnya Logan terlihat tersenyum lebar saat memasuki lift. Terlihat seperti bukan Logan yang Edgar kenal.

“Apa ada kabar baik?” tanya Edgar lagi.

Logan menoleh ke arah Edgar, “Agatha sudah kembali dari jepang.”

Mata Edgar melebar, “Dia sudah kembali? Pantas saja kau tersenyum seperti orang bodoh begitu.”

Logan menggelengkan kepalanya, bukan kepulangan Agatha sang wanita pujaan hatinya yang membuat pagi Logan terasa bahagia.

“Aku sudah tidur dengan Agatha.”

Edgar dengan cepat menoleh ke arah Logan, “Wah.. kau gila kak, dia itu calon tunangan putra mu.”

Logan menggelengkan kepalanya tidak setuju, “Sudah bukan lagi. Pertunangan mereka batal setelah Agatha mendapati Nathanael selingkuh dengan sahabatnya sendiri dan semalam, saat aku dengan sengaja mengikuti Agatha ke klub malam. Agatha justru mendekati ku, menggoda ku, dan kami melakukannya.”

Edgar berdecih melihat Logan yang nampak berbunga-bunga karena hal itu. “Baguslah kalau begitu, sudah seharusnya kau perjuangkan cinta mu. Kau tidak bisa diam saja melihat orang yang kau cintai disakiti dan dikhianti oleh putra mu sendiri.”

***

Aleandra merasa beruntung mengenal Julian, selain karena Julian ketua kelas yang bertanggung jawab. Julian juga teman yang baik.

Setiap kali Aleandra merasa tidak mengerti akan beberapa materi pelajaran, Julian pasti akan dengan sigap membantu menjelaskan agar Aleandra bisa mengerti.

Julian pintar dan Julian tak segan membagi ilmu yang ia miliki kepada teman-temannya termasuk Aleandra.

“Kalau kau mau aku bisa mengajari materi lain yang tidak kau mengerti sepulang sekolah nanti, apa kau mau?” Julian menawarkan diri untuk mengajari Aleandra.

Aleandra menganggukkan kepalanya, “Boleh, tapi aku harus mengabari sua—eh, maksud ku orang rumah dulu.”

Hampir saja Aleandra keceplosan menyebut kata suami di depan Julian.

Next preview

“Aleandra, aku suka padamu. Apa kau mau jadi pacar ku?”


Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang