BAB 6

91.3K 6.7K 325
                                    

“Kau serius akan menikah dengan Tuan Edgar?” Ibu Panti terkejut bukan main ketika Aleandra pulang dan mengatakan bahwa ia sudah menerima tawaran Tuan Edgar untuk menikah. “Aleandra.. Ibu minta maaf karena pernah meminta mu dan memaksa mu untuk menerima tawaran Tuan Edgar, tapi sekarang kau tidak perlu menerimanya jika kau tidak menginginkannya. Kau bisa menolak, jangan paksa dirimu menjalani sesuatu yang tidak kau inginkan. Lupakan soal hutang, Ibu akan cari cara lain untuk membayarnya.”

Aleandra menggelengkan kepalanya, keputusannya sudah bulat. Mundur pun tidak akan ada gunanya, “Tidak apa-apa Bu, ini sudah menjadi keputusan ku. Aku hanya perlu menikah dengan Tuan Edgar, melanjutkan sekolah ku lalu mengandung anak Tuan Edgar. Setelah itu kami akan bercerai.”

Ibu Rani menatap Aleandra dengan tatapan khawatir, ia meraih jemari Aleandra dan menggenggamnya. “Apa kau yakin?”

“Aku yakin, Bu.”

“Kapan pernikahannya akan dilaksanakan?”

“Tuan Edgar bilang pernikahannya akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang. Tuan Edgar juga meminta ku untuk bersiap diri, karena kemungkinan informasi tentang hubungan ku dengan Tuan Edgar pasti akan disorot oleh pihak media.”

Tangan keriput Bu Rani bergerak mengusap lembut pipi Aleandra, “Yang bisa ibu lakukan hanya mendukung mu, semiga ini jalan yang terbaik. Semoga kau bahagia, doa Ibu akan selalu menyertai mu, Aleandra.”

Aleandra merogoh tasnya, mengeluarkan amplop tebal berisi uang. Sengaja Aleandra memberikan uang cash kepada Bu Rani karena Aleandra tidak ingin Ibu Rani tahu bahwa uang ini sebenarnya ia dapatkan dari Tuan Edgar. Biar Ibu Rani menganggap bahwa uang ini Aleandra ambil dari tabungannya. Dengan begitu Bu Rani tidak akan merasa bersalah soal pernikahan Aleandra dengan Tuan Edgar.

“Ini uang yang Aleandra janjikan, Ibu bisa bayar hutan ibu dengan uang ini.”

Bu Rani menerima uang tersebut dengan mata berkaca-kaca. “Maaf ya Aleandra, maaf sudah merepotkan mu. Maaf karena Ibu tidak bisa membahagiakan mu sejak kau masuk ke panti ini, Alih-alih Ibu justru kerap membuat mu kesulitan. Maafkan Ibu.”

“Bukan apa-apa, aku sendiri yang ingin membantu Ibu.”

***

Logan, kakak sepupu Edgar melirik ke arah Edgar dengan tatapan tak percaya. “Kau akan menikah dalam dua minggu lagi? Dan kau akan menikah dengan gadis yang merawat Sophia?”

Edgar yang duduk di seberang Logan hanya mengangguk sembari menyesal kopinya dengan hikmat.

“Kau bilang dia menolak tawaran mu sebelumnya, kenapa sekarang dia justru menerima. Kau pasti melakukan hal licik untuk membuatnya menerima lamaran mu 'bukan?” Logan menatap Edgar dengan tatapan penuh selidik.

“Hei.. Kau terlalu berburu sangka kepada ku, aku tidak melakukan apa-apa.” Jawab Edgar enteng.

Logan berdecih tidak percaya, ia mengenal Edgar sudah sejak Edgar masih bayi. Sudah jelas Edgar pasti melakukan sesuatu.

“Kau menjebak wanita itu ya?”

Edgar menggeleng, itu tidak bisa dibilang menjebak. Edgar tidak menjebak siapa-siapa. “Yang ku lakukan hanyalah membuat orang yang meminjamkan uang kepada Bu Rani mengalami kesulitan, dengan begitu Bu Rani akan ditekan untuk membayar hutang. Mengingat Aleandra tipikal orang yang baik hati, dia pasti tidak akan tega melihat orang yang sudah mengasuhnya selama ini terjerat hutang. Dan ya.. Sesuai prediksi ku, Aleandra menelepon ku dan menerima tawaran ku untuk menikah.”

“Kau picik sekali.” tukas Logan sinis.

Edgar berdecih mendengar perkataan Logan, “Berkaca lah kak, kau tidak lihat dirimu itu juga sama liciknya dengan ku? Kau menyukai kekasih anak mu sendiri. Kau bahkan mimpi basah tentang kekasih anak mu.”

“Diam kau, Edgar!”

Edgar tertawa melihat wajah kakak sepupunya yang merah padam karena malu. “Baiklah aku akan diam. Omong-omong kau harus kosongkan jadwal mu, kau harus hadir di pernikahan ku nanti.”

***

Aleandra memejamkan matanya ketika ia diludahi oleh Nyonya Sophia.

Pagi ini Aleandra datang atas suruhan Tuan Edgar, mereka akan memilih baju pengantin untuk pernikahan mereka. Edgar meminta Aleandra menunggu di rumah selagi Edgar mengurus urusannya terlebih dahulu sebelum mereka pergi.

Tapi pagi ini Aleandra mendapatkan perlakuan buruk dari para pelayan dan juga Nyonya Sophia, Aleandra menduga bahwa Tuan Edgar pasti sudah memberitahu soal rencana pernikahan mereka dan hal itu mengundang kemarahan banyak pihak. Salah satunya adalah Nyonya Sophia.

Aleandra tidak perduli jika para pelayan memperlakukannya dengan buruk, karena memang sejak Aleandra bekerja di rumah ini Aleandra selalu dikucilkan oleh pelayan lainnya. Tapi Aleandra merasa terluka ketika Nyonya Sophia yang biasanya menatapnya dengan tatapan biasa kini justru menatapnya dengan tatapan benci.

Saat Nyonya Sophia terjatuh dari kursi rodanya dan ingin Aleandra bantu untuk kembali naik ke kursi roda. Nyonya Sophia justru meludahi wajah Aleandra.

Sudah jelas bahwa tindakan yang Nyonya Sophia lakukan adalah bentuk kekecewaannya atas keputusan yang Aleandra ambil. Jika Aleandra berada di posisi Nyonya Sophia, Aleandra juga pasti akan meludahi wanita yang akan menikahi suaminya.

Meski begitu Aleandra tetap bersikeras untuk membantu Nyonya Sophia kembali ke kursi rodanya, lantai ruang tamu dingin. Setelah membantu Nyonya Sophia kembali duduk di kursi roda, Aleandra mengusap sudut bibir dan dagu Nyonya Sophia yang basah karena air liurnya.

Kondisi Nyonya Sophia yang stroke membuat bentuk bibir dan wajahnya memiring, sehingga Nyonya Sophia kesulitan untuk bicara. Bahkan saat meludahi Aleandra saja Nyonya Sophia kesulitan, lebih banyak air liur yang menetes membasahi dagunya dibandingkan yang terciprat ke wajah Aleandra.

“Kau sedang apa, Aleandra?”

Suara berat Tuan Edgar tiba-tiba saja terdengar, Aleandra menoleh ke belakang dan mendapati Tuan Edgar sudah kembali dari urusannya. Tuan Edgar melangkah mendekati Aleandra, mata Tuan Edgar memperhatikan Aleandra dan Nyonya Sophia bergantian.

“Siapa yang menyuruh mu mengurus Sophia? Aku menyuruh mu kemari untuk menunggu ku, bukan mengurus Sophia. Biar Sophia jadi urusan pelayan lain. Kau bukan lagi pekerja di rumah ini Aleandra, kau calon istri ku. Kau calon Nyonya rumah ini, jadi mengurus Sophia bukanlah tugas mu lagi.” ujar Edgar sembari menarik Aleandra mundur menjauh dari Sophia, Edgar menatap tajam ke arah para pelayan yang hanya terdiam sejak kedatangan Edgar.

“Bawa Sophia ke kamarnya.” perintah Edgar kepada para pelayan.

Diana maju dengan rahang mengeras, ia mendorong kursi roda Nyonya Sophia menuju kamar. Sebelum pergi Diana sempat melirik sinis ke arah Aleandra dan tak Aleandra pedulikan.

“Kita harus berangkat sekarang, banyak hal yang harus ku urus. Kita tidak punya banyak waktu.”

Aleandra tidak menjawab dan hanya mengikuti Tuan Edgar dari belakang, masuk ke dalam mobil mewah Edgar yang akan membawa mereka menuju butik.




Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang