Bab 26

68K 5.6K 295
                                    

Edgar membawa Aleandra ke kamar dan mengobati luka di kening Aleandra, beruntung lukanya tak dalam.

“Kenapa kau nekat sekali menemui Sophia, bukankah aku sudah mengatakan kepada mu untuk tidak perlu perdulikan dia?” Edgar marah, ia sedikit menekan luka di kening Aleandra itu dengan kain kasa yang telah dibasahi cairan alkohol.

Aleandra meringis kecil, ia cemberut karena Edgar sengaja menekan lukanya. “Kalau bukan aku yang mengantar makanan ke kamar Kak Sophia lalu siapa lagi? Tidak ada pelayan lain yang mau turun tangan mengurus Kak Sophia, mereka lebih memilih dipecat dibandingkan mengurus Kak Sophia.”

Edgar mencubit pipi Aleandra kesal, “Seharusnya kau bertanya kepada ku dulu, aku sudah meminta anak buah ku untuk membawa perawat untuk jadi pengganti Diana mengurus Sophia.”

Edgar menghela nafas melihat kening Aleandra yang telah terbalut perban, “Tapi setelah melihat mu terluka karena Sophia membuat ku jadi berpikir ulang.”

Alis Aleandra terangkat sebelah, “Berpikir ulang soal apa?"

“Soal tinggal di sini bersama Sophia. Tinggal bersama Sophia tak bagus untuk mu, sebentar lagi kau juga akan melewati ujian kelulusan, kau perlu ketenangan untuk bisa belajar dengan benar. Sekarang kening mu yang terluka besok-besok bisa lebih parah dari ini, maka dari itu aku sudah memutuskan untuk mengirim Sophia pergi dar rumah ini.”

Mata Aleandra membesar, Edgar mau mengusir Sophia?

Edgar menyadari perubahan ekspresi Aleandra dan langsung menjelaskan apa yang sebenarnya ia maksudkan, “Aku tidak mengusirnya, aku hanya ingin dia tinggal di rumah ku yang lain dan dengan pelayan yang baru. Tinggal di sini juga tidak baik untuk proses kesembuhan Sophia, saat aku kerja dan kau sibuk sekolah Sophia selalu diganggu oleh pelayan lain.”

Aleandra menghela nafas lega, ia mengelus dadanya pelan. Ia sempat berpikir kalau Edgar akan mengusir Sophia begitu saja ke luar sana dalam keadaan Sophia yang masih harus menggunakan kursi roda.

“Tapi apa tidak kasihan Kak Sophia tinggal sendirian hanya dengan pelayan, Kak Sophia pasti merasa terbuang jika kau melakukan hal itu Edgar.”

“Aku akan mengunjunginya setiap seminggu sekali sekaligus melihat perkembangan kesehatannya, kau tidak perlu khawatir. Sebaiknya kau pikirkan soal ujian kelulusan mu, kau ingin dapat nilai yang memuaskan bukan?”

Aleandra menganggukkan kepalanya, ujian kelulusannya memang sudah di depan mata. Aleandra harus segera mempersiapkan diri untuk ujian kelulusannya. Aleandra ingin dapat nilai memuaskan dan masuk ke universitas impiannya.

***

Tangan Sophia gemetar saat ia melihat Edgar kembali ke kamarnya dengan wajah tak bersahabat, Sophia tahu kalau ia akan dimarahi lagi oleh Edgar karena Aleandra.

Aleandra si wanita busuk itu benar-benar pintar memainkan situasi hingga Sophia kembali terlihat semakin buruk di mata Edgar.

Dengan suara gemetar Sophia berusaha membela diri sebelum Edgar memarahinya, “Edgar.. aku bersumpah aku tidak sengaja melukai Aleandra, aku tidak bermaksud membuatnya terluka. Dia memancing emosi ku, dia memanas-manasi ku hingga aku terbawa emosi dan tak sengaja melempar vas bunga itu hingga menggores keningnya.”

“Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya Sophia, dan sepertinya ku rasa kita bertiga sudah tidak bisa lagi tinggal satu atap.”

Air mata Sophia menetes, yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. “Kau mau mengusir ku?”

“Aku sudah sediakan rumah untuk mu tinggal, aku juga sudah memerintahkan anak buah ku untuk memperkerjakan perawat dan pelayan untuk menjaga mu di rumah itu.”

Sophia menggelengkan kepalanya, ia menolak untuk pergi dari rumah ini. Rumah yang sudah Sophia anggap bagai istana miliknya sendiri.

“Aku tidak mau meninggalkan rumah ini, rumah ini penuh kenangan bagi ku. Kenangan antara cinta kita berdua.”

Edgar berdecak, memutar bola matanya jengah karena Sophia mulai membahas masa lalu.  Kenapa Sophia selalu ingat masa-masa bahagia mereka tapi seolah lupa masa terburuk mereka.

“Edgar, perasaan mu kepada Aleandra itu hanya sementara. Wanita yang kau cintai itu hanya aku.” Sophia menyentuh dadanya masih dengan tangisnya, “Kau begini karena kau masih marah kepada ku soal calon anak-anak kita, kau hanya ingin balas dendam kepada ku. Kau tidak benar-benar mencintai Aleandra, kau hanya ingin tubuhnya dan ingin membuat ku cemburu.”

“Kau salah Sophia. Kau salah besar.” Edgar melangkah mendekat, “Dulu aku memang marah kepada mu, aku marah saat kau menggugurkan calon anak pertama kita tanpa sepengetahuan ku. Aku marah besar tapi aku tetap mencintai mu saat itu, aku tetap memaafkan mu meski kau telah membunuh anak kita, aku tetap memaafkan mu meski kau dan teman sialan mu itu sudah menjebak Logan dan hampir membuat Logan bangkrut.”

“Aku masih memaafkan mu dan mencintai mu meski kau terus saja melakukan kesalahan, tapi tak bisa aku pungkiri bahwa seiring berjalannya waktu perasaan cinta ku kepada mu semakin lama semakin terkikis setiap kali aku melihat mu membuat kekacauan, kau sering menyiksa pelayan hingga ada pelayan yang masuk UGD karena babak belur kau pukuli hanya karena kau berpikir dia mencuri perhiasan mu, padahal kau yang lupa menaruh di mana perhiasan mu itu.”

“Perasaan cinta ku kepada mu semakin terkikis dan semuanya benar-benar habis tak bersisa saat aku mengetahui kau kembali menggugurkan calon anak ku untuk yang kedua kalinya, kau bahkan dengan tidak tahu malunya mengadakan pesta setelah menggugurkan calon anak kita untuk yang kedua kalinya. Padahal kau tahu seberapa besar keinginan ku untuk punya anak, kau tahu setiap malam setiap kita bercinta aku selalu mengecup perut mu berharap anak kita cepat hadir. Tapi sekalinya dia hadir kau kembali merenggutnya sebelum aku sempat melihat rupanya.”

Edgar menghela nafas berat, “Jujur perasaan cinta yang dulu menggebu-gebu ku rasakan kepada mu telah tandas tak bersisa, yang ku rasakan kepada mu sekarang tak lebih dari sekedar rasa kasihan. Aku kasihan kepada mu yang tak bisa bergerak bebas berlenggak lenggok dengan sepatu tinggi mu seperti dahulu. Kalau bukan karena keadaan mu aku pasti sudah akan menceraikan mu Sophia, karena tak ada lagi alasan bagi ku untuk terus mempertahankan pernikahan kita yang telah hancur sejak lama.”

Sophia masih menangis, bibirnya bergetar bertanya satu pertanyaan kepada Edgar. “Apa tak ada kesempatan bagi ku lagi untuk memperbaiki pernikahan kita?”

Edgar menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa.”

“Apa ini karena Aleandra?” tanya Sophia lagi.

“Ada atau tidaknya Aleandra pernikahan kita tetap tak bisa diselamatkan Sophia.”

Sophia sudah tidak bisa apa-apa lagi selain menangis, Sophia benar-benar tak punya kesempatan untuk kembali menjadi wanita satu-satunya yang Edgar cintai.

“Besok orang suruhan ku akan datang untuk menjemput dan mengantar mu ke rumah baru mu.” ujar Edgar sebelum pergi keluar dari kamar Sophia.

Sophia menunduk sedih, belum ada dua puluh empat jam dari apa yang Diana katakan kepadanya dan sekarang perkataan Diana jadi kenyataan. Sophia diusir oleh Edgar karena Aleandra.

Sophia benar-benar telah kehilangan Edgar, Sophia benci Aleandra, Aleandra telah merebut suaminya, posisinya, dan sekarang rumah yang telah Sophia anggap sebagai istananya sendiri. Semuanya Aleandra ambil dengan mudahnya, benar-benar tidak adil.

Next chapter preview

“Aleandra, sebenarnya apa hubungan mu dengan Om mu itu? Aku tidak bermaksud untuk ikut campur, tapi kau muntah-muntah seperti ini, kau tidak hamil anak Om mu sendiri bukan?”

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang