Bab 31

63.5K 5.4K 190
                                    

Berhubung Edgar tidak bisa mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan hamilnya Aleandra, Edgar pada akhirnya hanya mengadakan makan malam kecil bersama dan mengundang Logan berserta Agatha.

Kedatangan Logan dan Agatha tentu disambut hangat oleh Aleandra meski sebenarnya Aleandra tidak dekat dengan mereka berdua.

Makan malam itu dipenuhi obrolan Logan dan Edgar soal beberapa pekerjaan, sedangkan Aleandra dan Agatha mengobrol soal kehamilan mereka. Aleandra belajar banyak hal dari Agatha termasuk soal cara mengatasi morning sickness.

Usai makan malam, Aleandra dan Agatha lanjut mengobrol di ruang tamu sementara Edgar menemani Logan yang merokok di luar. Wanita hamil tidak boleh menghirup aroma rokok maka dari itu Logan merokok di luar.

Aleandra memperhatikan perut Agatha yang besar, “Kapan kira-kira Kak Agatha akan melahirkan?” tanya Aleandra kepada Agatha yang sedang bersandar di sofa.

“Kalau menurut perkiraan dokter sekitar dua Minggu lagi, sebenarnya Logan sempat enggan kemari membawa ku karena aku mudah lelah sejak hamil besar. Tapi berhubung ini hari bahagia mu dan Edgar jadi kami kemari.” jawab Agatha sembari mengusap perut besarnya itu, “Kau mau mencoba mengelus?”

Aleandra dengan cepat menganggukkan kepalanya, ia mengulurkan tangannya mengusap perut Agatha. Bertepatan saat tangan Aleandra menyentuh perut Agatha, Aleandra bisa merasakan tendangan kecil dari dalam perut Agatha.

“Dia selalu seperti itu setiap kali aku habis makan, heboh.” kekeh Agatha membicarakan anak dalam perutnya itu.

Edgar dan Logan akhirnya kembali masuk ke dalam rumah, Edgar mengambil posisi duduk di samping Agatha karena ingin mengusap perut Agatha juga, Edgar merasa tak sabar menunggu kehamilan Aleandra sebesar Agatha, ia juga ingin merasakan gerakan anaknya sendiri di dalam perut Aleandra.

Aleandra bangkit dari posisi duduknya hendak menuju dapur setelah melihat gelas minum Agatha yang kosong, Aleandra ingin mengisinya kembali.

Tapi ternyata saat Aleandra menuangkan minuman ke gelas kosong untuk Agatha itu, Logan ternyata mengikutinya dari belakang. Aleandra cukup terkejut saat tiba-tiba Logan berdiri di sampingnya.

“Bisa kita bicara sebentar?”

Aleandra sontak mengangguk, meski ia sebenarnya agak canggung bicara berdua dengan Logan.

“Selamat atas kehamilan mu, semoga janin yang tumbuh di dalam rahim mu itu tumbuh sehat dan lahir dalam keadaan selamat.” Logan melirik Aleandra, entah kenapa Aleandra merasa tatapan Logan seolah mengintimidasinya.

“Kalau boleh jujur aku tidak suka padamu Aleandra, saat Edgar mengatakan dia ingin menikahi mu aku sempat tidak setuju karena menurut ku kau tidak pantas untuk Edgar.”

Aleandra menundukkan kepalanya, jadi ini yang ingin Logan bicarakan dengannya? Merendahkannya? Seharusnya Aleandra tidak perlu kaget, sudah jelas orang sepertinya tidak akan mudah disukai oleh keluarga Edgar. Aleandra tidak punya apa-apa yang bisa ia banggakan.

Logan yang menyadari kalau ia salah bicara sampai membuat Aleandra menunduk murung berdeham pelan karena merasa bersalah karena telah sembarang bicara, “Aku tidak bermaksud menghina mu, tapi saat itu aku berpikir kau itu masih terlalu muda dan masih punya impian yang besar sedangkan Edgar sangat menginginkan keturunan, aku sempat berpikir kalau kalian tidak akan cocok dan seharusnya Edgar memilih wanita lain saja atau melakukan surogasi.”

Ah.. ternyata itu maksud Logan. Ternyata Logan juga sempat berpikiran sama dengan Aleandra, dulu Aleandra juga sempat berpikir kenapa Edgar mengajaknya menikah kenapa tidak melakukan surogasi saja padahal Edgar punya banyak uang.

“Tapi sekarang aku justru bersyukur karena Edgar menikah dengan mu, sejak Edgar bersama mu Edgar jadi lebih baik. Dia jadi murah senyum bahkan dia jadi lebih sering bercerita soal kesehariannya dengan mu kepada ku, tidak seperti sebelumnya dia hanya bicara padaku soal pekerjaan. Edgar yang semula suka berganti-ganti partner ranjang, kini tak pernah lagi ku lihat berkeliaran dengan wanita berbeda setiap malamnya. Justru saat kami bersama Edgar sering ingin pulang cepat karena merindukan mu, ku akui kau membawa banyak dampak positif bagi Edgar.”

Aleandra tersenyum kecil mendengar pujian dari Logan, Aleandra sudah sempat berpikiran buruk tentang Logan. Untunglah Logan tidak seburuk yang ia pikirkan.

“Itu saja yang ingin ku bicarakan dengan mu.” Logan melirik gelas yang Aleandra bawa. “Apa itu untuk Agatha? Biar aku yang bawakan.”

Aleandra mengangguk memberikan gelas berisi air minum tersebut kepada Logan, Aleandra memandang Logan yang pergi ke ruang tamu duduk di sebelah Agatha dan memberikan segelas air minum tersebut kepada Agatha dengan senyuman manis.

Oh? Ternyata Logan bisa tersenyum?

***

Hari yang Aleandra nantikan telah tiba, hari pertama ujian kelulusan.

Pagi ini Aleandra merasa lemas, ia sempat muntah-muntah sebelum berangkat ke sekolah diantarkan oleh Edgar.

“Seandainya ini bukan hari ujian mu, aku pasti tidak akan memperbolehkan mu ke sekolah. Aku pasti akan menyuruh mu beristirahat saja di rumah.” Edgar mengusap pipi Aleandra lembut, ia seolah enggan membiarkan Aleandra turun dari mobil dan masuk ke gedung sekolahnya itu.

Edgar jadi agak merasa bersalah kepada Aleandra karena Aleandra harus mengandung dalam keadaan seperti ini, pasti sulit fokus mengerjakan soal ujian jika kondisi Aleandra saja tidak fit.

“Semangat mengerjakan soal ujiannya ya sayang, Aku yakin kau pasti bisa mengerjakannya dengan lancar.” Edgar mengecup pelan kening Aleandra lembut, “Aku akan menjemput mu nanti siang setelah ujian mu selesai.”

Aleandra turun dari mobil Edgar dan melambaikan tangannya ke arah Edgar sebelum ia masuk ke dalam gedung sekolahnya untuk melewati ujian hari pertama.

Aleandra masuk ke dalam ruang ujiannya, duduk di kursi yang telah ditentukan. Aleandra melihat ke kursi di depannya yang ternyata ada Julian di sana, duduk sembari melihat ke arah Aleandra.

“Kau tampak pucat.” ucap Julian setelah sekian lama mereka tak bicara satu sama lain.

“Aku hanya merasa gugup, nilai ujian ku harus bagus agar aku bisa masuk kuliah ke kampus yang aku inginkan.” Aleandra tidak berbohong soal rasa gugupnya, ia memang gugup namun Aleandra pucat bukan karena rasa gugupnya saja melainkan karena pagi tadi semua sarapan yang Aleandra makan telah Aleandra muntahkan hingga ia merasa lemas.

“Oh.. oke.” Julian bangkit dari posisi duduknya dan melangkah menuju kursi di belakang, kursi di mana nama Julian tertulis karena memang ujian kali ini mereka harus duduk berdasarkan nama absen mereka.

Aleandra menghela nafas berat, ia mengusap lembut perutnya. “Nak.. tolong jangan rewel hari ini ya. Mama harus mengerjakan soal ujian hari ini dengan benar, ini impian Mama sejak lama, bersekolah dan mendapat nilai terbaik. Tolong mengerti ya sayang.”

Next Preview

“Oh jadi kau belum tahu ya kalau Edgar itu orang yang telah membuat kau dan anak-anak panti menderita? Dia yang membuat donatur panti kalian mendadak menghentikan sumbangan rutin, dia sengaja membuat kau dan anak-anak panti kesulitan agar kau mau menikah dengannya.”

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang