Kandungan Aleandra sudah menginjak 9 bulan, selama beberapa bulan kehamilan Aleandra ini Edgar selalu berusaha berada di sisi Aleandra sebisa mungkin meski terkadang Edgar terhalang pekerjaannya yang tak bisa ia kesampingkan.
Edgar juga banyak menghabiskan waktunya belajar dari Logan yang sudah punya anak lebih dulu dibandingkan dirinya, Edgar belajar banyak dari Logan yang lebih berpengalaman.
Seperti saat ini Edgar sedang mempraktekan apa yang telah Logan ajarkan kepadanya, dengan menggunakan boneka yang Edgar belikan untuk anaknya nanti, Edgar membiasakan diri untuk menggendong anak bayi.
Edgar sebenarnya sempat meminta kepada Logan untuk meminjamkan Christina; putri Logan yang telah lahir ke dunia ini beberapa bulan yang lalu untuk Edgar gendong namun Logan menolak mentah-mentah permintaan Edgar itu dengan dalih tak ingin tulang putri kesayangannya itu patah karena digendong oleh orang tak berpengalaman seperti Edgar.
Logan terlalu protektif terhadap putrinya maka dari itu Edgar membeli boneka bayi untuk ia gunakan sebagai alat latihan.
Aleandra sampai tertawa melihat Edgar yang bersemangat karena berlatih hampir setiap malam, termasuk berlatih mengganti popok bayi.
“Sudah lah Edgar ini sudah tengah malam, mau sampai kapan kau berlatih.” Aleandra menggeleng-gelengkan kepalanya karena ketika ia melihat ke sisi ranjang sebelahnya Edgar masih saja sibuk dengan boneka, seolah tiada lelah padahal sudah seharian Edgar bekerja.
Edgar menoleh ke arah Aleandra dan tersenyum kecil. “Aku hanya ingin memastikan aku sudah menghapal semua caranya, aku ingin jadi suami yang berguna untuk mu dan juga Ayah yang bisa diandalkan untuk calon anak kita. Aku ingin turut andil dalam merawat dan menjaganya setelah dia lahir nanti.”
“Kau bisa latihan lagi esok hari, sekarang kemari peluk aku. Aku tidak bisa tidur kalau tidak dipeluk oleh mu.” Aleandra merentangkan tangannya bersiap menerima pelukan dari Edgar.
Edgar menaruh bonekanya ke lantai dan beralih memeluk Aleandra dengan lembut, tak ingin pelukannya menekan anaknya yang berada di dalam perut Aleandra itu.
Edgar menepuk-nepuk punggung Aleandra dengan lembut agar Aleandra bisa segera tidur. Edgar bersenandung pelan tanpa menghentikan gerakan tangannya hingga Aleandra dan dirinya tertidur.
***
Edgar mengernyit ketika merasakan cengkraman di punggungnya, dengan mata yang masih terasa berat karena kantuk. Edgar melirik ke arah Aleandra yang berada di sebelahnya.
Alangkah terkejutnya Edgar saat menyadari bahwa Aleandra sudah berkeringat dan wajah Aleandra pucat.
“Edgar.. perut ku sakitt..” ringis Aleandra yang membuat Edgar panik, Edgar meraba ranjang yang telah basah oleh air ketuban Aleandra.
Mata Edgar yang semula berat karena kantuk mendadak segar, ia panik bukan main. Turun dari ranjang untuk mengambil kunci mobil dan menggendong Aleandra keluar dari kamar mereka.
Edgar berteriak memanggil supir yang sedang tidur di kamarnya karena ini masih pukul setengah 3 pagi. Edgar membawa masuk Aleandra ke dalam mobil dan memasukkan barang-barang yang sudah mereka persiapkan jauh-jauh hari untuk keperluan persalinan Aleandra.
“Pak, cuci muka dulu sebelum menyetir. Saya tunggu di sini.” perintah Edgar kepada supir pribadi mereka itu, Edgar sebenarnya bisa menyetir sendiri namun jika ia yang menyetir bisa-bisa mereka kecelakaan karena Edgar terlalu panik.
Edgar duduk di samping Aleandra di bangku penumpang, memegang tangan Aleandra sembari menunggu supir mereka kembali dari toilet.
“Ayo Pak, kita harus ke rumah sakit sekarang. Istri saya mau melahirkan.” ujar Edgar setelah melihat supir mereka telah datang dan duduk di kursi kemudi mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.